Kebijakan Tarif dan Kuota

untuk menekan biaya suatu input produksi agar biaya produksi usaha pertanian tidak terlalu mahal, misal dengan menetapkan harga eceran tertinggi dari pupuk atau input produksi lainnya dan diharapkan dengan adanya kebijakan ini dapat menurunkan biaya produksi pertanian dan menjual hasil produksinya dengan harga yang tinggi sehingga keuntungan yang diperoleh meningkat dan karena keuntungan meningkat dapat menaikkan pendapatan masyarakat petani, yang pada akhirnya dapat menambah tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Untuk mengetahui perubahan kesejahteraan yang terjadi, terhadap kebijakan ini perlu dilakukan telaah secara teori ekonomi bagaimana pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, produsen dan konsumen. Apabila pemerintah menetapkan harga suatu produk sebesar P 1 dari semula P , maka produsen akan mengurangi produksi dari Q menjadi Q 1 maka kesejahteraan disisi konsumen akan bertambah sebesar segiempat A dan berkurang sebesar segitiga B, sedangkan dari sisi produsen akan kehilangan kesejahteraan sebesar segi empat A dan segitiga C, sedangkan secara keseluruhan kesejahteraan yang berkurang akibat adanya kebijakan ini adalah sebesar segitiga B dan C.

3.3.3. Kebijakan Tarif dan Kuota

Perdagangan antar negara dapat dilakukan jika ada perbedaan atau selisih antara harga domestik dengan harga dunia. Jika harga dunia lebih rendah dari harga domestik maka negara yang bersangkutan akan berusaha untuk mengimpor dari negara luar. Adakalanya beberapa kebijakan diambil oleh suatu negara untuk melindungi produk lokal yang salah satunya melalui kebijakan kuota atau tarif. Masuknya barang dari luar negeri dapat dihalangi ke pasar domestik dengan mengenakan tarif atau pajak masuk yang tinggi. Agar impor sama dengan nol maka tarif terebut harus lebih tinggi atau sama dengan selisih harga domestik dengan harga pasar dunia P - Pw. Apabila dengan tarif tersebut samasekali barang dari luar negeri tidak masuk maka pemerintah tidak akan memperoleh samasekali pemasukan pajak dari impor.Jika pemerintah mengenakan tarif atau kuota dengan maksud mengurangi jumlah impor dari luar negeri, dapat dihitung seberapa besar perubahan kesejahteraan yang akan terjadi terhadap produsen, konsumen dan perolehan pemerintah sendiri berupa pajak masuk terhadap kebijakan tersebut, untuk jelasnya dapat dikaji sebagaimana yang diperlihatkan oleh Gambar 9 . Gambar 9. Kebijakan Pemerintah dengan Pengenaan Tarif atau Kuota Harga produk pertanian domestik dngan adanya perdagangan bebas akan sama dengan harga pasar dunia Pw dan kuantitas barang yang diimpor sebesar Qs – Qd. Sekarang jika pemerintah memberlakukan pajak bea masuk sebesar T rupiah per unit terhadap komoditas barang impor, maka harga barang lokal akan D A B D C S Qs T Qs1 Qd1 Qd Price Quantity P Pw naik menjadi P harga pasar dunia + tarif; sudah barang tentu produksi barang lokal akan meningkat dan konsumsi lokal secara keseluruhan akan turun. Pada Gambar 9 terlihat terjadi perubahan pada surplus komsumen ∆ CS = -A – B – C – D, sdangkan disi lain pada surplus produsen terjadi perubahan sebesar ∆ PS = A. Berdasarkan gambar tersebut pemerintah mengumpulkan penerimaan sebear tarif T dikalikan dengan jumlah unit komoditas barang yang diimpor yaitu sebesar D. Perubahan kesejahteraan total dalam kebijakan pemerintah ini adalah ∆ CS ditambah ∆ PS ditambah penerimaan pemerintah adalah –A – B – C –D +A +D = - B –C. Segitiga B dan C menunjukkan kerugian bobot mati dead weight lost dikarenakan adanya pembatasan impor. Segitiga B merupakan besaran kerugian dari kelebihan produksi domestik yang tidak terserap oleh konsumen dan segitiga C adalah besaran konsumsi tidak jadi dikonsumsi oleh konsumen. Pemerintah kerapkali menerapkan kebijakan proteksi terhadap produk pertanian dalam negerinya dengan maksud untuk meningkatkan pendapatan para petani, namun pada akhirnya ternyata menimbulkan biaya tinggi bagi para konsumen miskin, termasuk petani gurem yang merupakan pembeli akhir bahan pangan. Fakta di Indonesia menunjukkan kebijakan larangan impor beras untuk mencegah penurunan harga di tingkat produsen merupakan penyebab utama meningkatnya angka kemiskinan dari 16 persen tahun 2005 menjadi 18 persen pada tahun 2006 World Development Report, 2008.

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Kerangka Konstruksi Sistem Neraca Sosial Ekonomi