Jalur Struktural Sektor Pertanian ke Rumahtangga

pertanian yang memberi pengaruh closed loop terbesar dalam perekonomian yakni sektor padi yang mempunyai angka CLM sebesar 6.2723, subsektor industri penggilingan padi 27 sebesar 5.046, subsektor tebu 16 sebesar 5.8769, subsektor pertanian tanaman pangan lainnya 15 sebesar 5.6403, subsektor jagung 14 sebesar 5.4874, dan subsektor pertanian perkebunan lainnya 18 sebesar 5.1938. Jika kita fokuskan perhatian pada angka CLM subsektor padi 13 sebesar 6.2723, ini artinya bila dilakukan injeksi pada subsektor padi sebesar 1 milyar rupiah, maka setelah melalui keseluruhan sistem dalam blok produksi, total permintaan input pada blok faktor produksi dan total pertambahan pendapatan rumahtangga pada blok institusi adalah sebesar 6.2723 milyar rupiah. Dimana permintaan input yang diciptakan subsektor padi pada blok faktor produksi lebih besar mengarah kepada permintaan tenaga kerja pertanian di desa dan modal, masing-masing sebanyak 0.9886 milyar rupiah dan 0.6667 milyar rupiah. Adapun pada blok institusi, satu-satunya institusi yang merasakan kenaikan pendapatan paling tinggi adalah pengusaha tani yang berubah pendapatannya sebesar 0.8484 milyar rupiah untuk setiap injeksi sebanyak 1 milyar rupiah di subsektor padi.

6.4. Jalur Struktural Sektor Pertanian ke Rumahtangga

Analisis dekomposisi multiplier sebenarnya sudah menjelaskan jalur struktural. Namun jalur yang dijabarkan masih antarblok, sehingga tidak dapat menjelaskan bagaimana alur dampak itu terjadi dari satu aktifitas ke aktifitas yang lain. Untuk memotret alur dampak semacam ini dengan lengkap maka alat analisis yang lebih tepat adalah structural path analysis SPA. Melalui SPA kita dapat melakukan identifikasi seluruh jaringan yang berisi jalur yang menghubungkan pengaruh suatu sektor pada sektor lainya dalam suatu sistem sosial ekonomi. Pengaruh dari suatu sektor ke sektor lainnya dapat melalui sebuah jalur dasar elementary path atau sirkuit circuit. Selain itu pengaruh yang diukur bukan hanya mencakup pengaruh langsung, namun juga pengaruh tidak langsung, pengaruh total dan pengaruh global. Untuk menganalisis jalur struktural dari semua sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia digunakan perangkat lunak MATS version 1.0.5 matrix accounts tranformation system yang mampu menghasilkan perhitungan sangat lengkap. Namun demikian tidak semua output hasil perhitungan MATS ditampilkan dalam pembahasan ini, mengingat banyak sekali jalur yang telah diukur. Jalur dasar yang disampaikan dalam pembahasan ini hanyalah jalur dari sektor pertanian ke institusi rumahtangga. Kemudian, agar lebih jelas melihat bagaimana cara mengaplikasikan SPA, maka hanya 2 sektor pertanian saja yang dijelaskan jalur dasarnya untuk mewakili keseluruhan sektor pertanian. Dua sektor yang dimaksud adalah komoditi padi dan industri penggilingan padi. Pemilihan jalur dasar dari sektor pertanian ke rumahtangga dalam SPA kali ini sangat terkait erat dengan tujuan dari pembangunan pertanian, dimana salah satunya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk terutama yang hidup di perdesaan, selain itu dalam tujuan penelitian juga sudah tersirat bahwa jalur dasar yang diidentifikasi adalah jalur dari sektor pertanian ke institusi rumahtangga. Adapun yang menjadi alasan mengapa komoditi padi dan industri penggilingan padi yang menjadi fokus pembahasan dalam SPA kali ini, karena kedua sektor pertanian tersebut telah terindikasi sebelumnya memiliki dampak multiplier yang paling besar terhadap perubahan pendapatan institusi rumahtangga. Pada Tabel 31 disajikan hasil perhitungan lengkap jalur dasar dari subsektor padi 13 ke institusi rumatangga, dimana institusi rumahtangga dibagi menjadi enam kelompok rumahtangga yakni buruh tani 6, pengusaha tani atau petani pemilik modal 7, rumahtangga golongan rendah di perdesaan 8, rumahtangga golongan atas di perdesaan 9, rumahtangga golongan rendah di perkotaan 10, dan rumahtangga golongan atas di perkotaan 11. Berdasarkan Tabel 28 terlihat jelas bahwa institusi petani pemilik modal 7 menerima pengaruh global paling tinggi yaitu sebesar 0.849, jauh lebih besar dibandingkan yang diterima oleh buruh tani 6 dan rumahtangga golongan rendah di perdesaan 8. Dalam hal ini, alur pengaruh komoditi padi ke institusi pengusaha tani yang dapat dideteksi adalah sekitar 89.6 persen, sisanya 11.4 persen tidak terdeteksi oleh karena pengaruhnya sangat kecil dibawah 0.1 persen. Pengaruh langsung yang diterima oleh pengusaha tani dari komoditi padi adalah sebesar 0.454 persen, atau sekitar 83.3 persen, yang diperoleh melalui jalur dasar dari subsektor padi 13 ke faktor produksi tenga kerja pertanian 1, dan berakhir pada institusi pengusaha tani 7. Pada analisis SNSE, matriks koefisien A lihat Lampiran 27 adalah merupakan matriks yang menunjukan besaran-besaran pengaruh langsung dari satu aktifitas ke aktifitas yang lain. Dalam hal ini apabila kita menunjuk pada sel 7, 13, dibaca baris ke-7 petani pemilik modal kolom ke-13 kolom padi, yang terlihat sebenarnya adalah angka nol. Sekarang bagaimana kita bisa mengatakan bahwa ada pengaruh langsung dari komoditi padi 13 ke institusi petani pemilik modal 7 sebesar 0.454. Untuk menjawab hal ini kita lihat dahulu jalur dasar yang diciptakan komoditi padi ke petani pemilik modal paling besar pengaruhnya Tabel 31. Jalur Dasar Komoditi Padi ke Institusi Rumahtangga Jalur Pengaruh Global Pengaruh Langsung Jalur Multiplier Pengaruh Total Persentase Terhadap Pengaruh Global Kumulatif Persentase Terhadap Pengaruh Global 13, 1, 6 0.159 0.043 1.464 0.064 40.0 40.0 13, 2, 6 0.025 1.285 0.032 19.9 60.0 13, 1, 7, 6 0.006 1.632 0.010 6.6 66.5 13, 1, 9, 6 0.001 1.560 0.002 1.2 67.7 13, 1, 7 0.849 0.454 1.557 0.707 83.3 83.3 13, 2, 7 0.018 1.512 0.027 3.2 86.5 13, 5, 7 0.003 1.726 0.006 0.7 87.2 13, 1, 9, 7 0.001 1.652 0.002 0.3 87.5 13, 18, 1, 7 0.010 1.665 0.016 1.9 89.3 13, 36, 3, 7 0.001 0.729 0.001 0.1 89.5 13, 36, 4, 7 0.001 0.797 0.001 0.1 89.6 13, 1, 8 0.299 0.090 1.577 0.142 47.6 47.6 13, 3, 8 0.003 1.486 0.004 1.5 49.0 13, 5, 8 0.003 1.639 0.005 1.6 50.6 13, 1, 7, 8 0.003 1.746 0.006 1.9 52.5 13, 18, 1, 8 0.002 1.687 0.003 1.1 53.6 13, 36, 3, 8 0.005 0.664 0.003 1.0 54.5 13, 1, 9 0.206 0.080 1.484 0.118 57.3 57.3 13, 3, 9 0.001 1.453 0.002 0.9 58.3 13, 5, 9 0.002 1.546 0.004 1.8 60.0 13, 1, 7, 9 0.001 1.652 0.002 0.9 60.9 13, 18, 1, 9 0.002 1.590 0.003 1.3 62.2 13, 36, 3, 9 0.002 0.654 0.001 0.6 62.8 13, 2, 10 0.340 0.018 1.553 0.029 8.4 8.4 13, 5, 10 0.004 1.753 0.008 2.2 10.6 13, 1, 7, 10 0.007 1.915 0.013 3.7 14.3 13, 1, 9, 10 0.001 1.843 0.002 0.7 15.0 13, 33, 4, 10 0.001 2.457 0.003 0.8 15.8 13, 36, 4, 10 0.010 0.733 0.007 2.1 17.8 13, 2, 11 0.321 0.021 1.513 0,032 9.9 9.9 13, 5, 11 0.004 1.713 0,008 2.4 12.3 13, 1, 7, 11 0.001 1.880 0,003 0.8 13.0 13, 33, 4, 11 0.001 2.435 0,002 0.8 13.8 13, 36, 4, 11 0.009 0.727 0,007 2.1 16.0 Sumber : data diolah Jalur dasar ini ternyata memliki dua busur yaitu dari komoditi padi 13 ke tenaga kerja pertanian 1, dan tenaga kerja pertanian 1 ke petani pemilik modal 7, dengan demikian jalur dasar dari pengaruh langsung ini mempunyai panjang sebesar dua. Dalam matrik A nilai koefisien 13.1 adalah sebesar 0.6674, sedangkan nilai koefisien 1, 7 sebesar 0.6803. Sesuai dengan rumus yang telah diutarakan pada bab sebelumnya maka besarnya pengaruh langsung dari 13 ke 7 adalah : ID13,7 = a 13,1 x a 1,7 = 0.6774 x 0.6803 = 0.4540. Cara seperti ini digunakan sama untuk menghitung pengaruh langsung dari jalur-jalur dasar yang lain yang memiliki dua buah busur. Buruh tani menerima pengaruh global dari subsektor padi hanya sebesar 0.159. Sedangkan pengaruh langsungnya paling besar kelihatan pada jalur dasar 13, 1, 6. Pengaruh langsung yang diberikan oleh jalur ini adalah sebesar 0.043, dengan kata lain bila ada injeksi pada komoditi padi sebesar 1 rupiah maka pendapatan buruh tani diperkirakan langsung bertambah sebanyak 0.043 rupiah. Jalur dasar komoditi padi ke buruh tani yang melalui alur 13, 1, 6 adalah sekitar 40 persen yang dapat dideteksi dari seluruh jalur dasar yang terbentuk. Dimana secara keseluruhan jalur dasar yang bisa ditelusuri untuk menjelaskan pengaruh langsung dari komoditi padi ke buruh tani hanyalah sebesar 67.7 persen, sisanya 32.3 persen tidak bisa terdeteksi oleh karena pengaruhnya sangat kecil dibawah 10 persen. Subsektor padi memberi pengaruh global terhadap rumahtangga golongan rendah diperdesaan sebesar 0.299, dan pengaruh langsung paling besar yang dapat dideteksi adalah 0.09 atau sekitar 47.6 persen, dimana pengaruh ini dijelaskan melalui jalur dasar 13, 1, 7. Secara keseluruhan jalur dasar yang dapat dideteksi 13 1 5 7 2 18 4 3 36 6 8 9 10 33 11 untuk menjelaskan pengaruh langsung subsektor padi ke rumahtangga golongan rendah di perdesaan sebesar 54.5 persen, yang berarti ada sekitar 45.5 persen jalur dasar lainnya lagi yang tidak dideteksi oleh karena hanya dapat menjelaskan pengaruh di bawah 10 persen. Gambar 12. Jalur Dasar Komoditi Padi ke Institusi Rumahtangga Rumahtangga golongan rendah di perkotaan 10, menerima pengaruh global sebesar 0.340, dengan pengaruh langsung yang diterima paling besar dapat dideteksi adalah sebesar 0.018 atau sekitar 8.4 persen melalui jalur dasar 13, 2, 10. Untuk keseluruhannya jalur dasar yang dapat dideteksi hanya sebesar 17.8 persen, sedangkan sisanya 81.2 persen tidak terdeteksi oleh karena pengaruh yang dijelaskan di bawah 10 persen. Jalur dasar yang dijelaskan dalam SPA sebenarnya mencoba untuk mengurai pancaran efek yang ditimbulkan dari dampak injeksi subsektor padi ke institusi rumahtangga, faktor produksi atau sektor-sektor produksi lainnya. Oleh karena itu SPA bisa menjadi dasar pemikiran yang pertama sebelum kita melakukan berbagai simulasi kebijakan yang terkait dengan peningkatan produksi padi. Untuk mengetahui lebih dalam maksud dari pernyataan ini, berikut disajikan gambar jalur struktural komoditi padi ke institusi rumahtangga. Gambar 12 di buat berdasarkan seluruh jalur dasar yang dapat dideteksi oleh SPA sebagaimana yang dipaparkan dalam Tabel 30. Dalam gambar tersebut kelihatan jelas bahwa pengaruh dari injeksi yang disimulasikan pada komoditi padi sebelum mencapai masing-masing institusi rumahtangga terlebih dahulu harus melalui berbagai variabel antara intervening variable sebagai penghubung antara komoditi padi dengan institusi rumahtangga. Kita ambil contoh rumahtangga golongan rendah di perdesaan 8. Sekiranya disimulasikan ada injeksi sebanyak 1 rupiah pada komoditi padi, maka dampak yang diberikannya untuk pertambahan pendapatan rumahtangga golongan rendah di perdesaan akan melalui 5 jalur dasar yaitu: 13, 1, 8, 13, 3, 8, 13, 5, 8, 13, 1, 7, 8, 13, 18, 1, 8, dan 13, 36, 3, 8. Dengan demikian sebelum pendapatan rumahtangga golongan rendah di perdesaan berubah akibat adanya injeksi pada komoditi padi, maka terlebih dahulu yang merasakan dampak kenaikan pendapatan tersebut adalah tenaga kerja pertanian di desa 1, tenaga kerja non pertanian di desa 3, kapital 5, sektor tanaman pangan lainnya 18, sektor perdagangan 36, dan terakhir pengusaha tani 7. Kondisi yang sama juga terjadi untuk dampak komoditi padi terhadap institusi rumahtangga lainnya. Beranjak kepada alur pemikiran yang telah disampaikan, maka sangatlah logis jika petani pemilik modal 7 menjadi satu-satunya institusi yang paling banyak menerima pancaran efek yang ditimbulkan komoditi padi ketika neraca eksogennya diinjeksi sebesar satu-satuan moneter. Institusi petani pemilik modal dapat menjadi variabel penghubung dari setiap jalur dasar komoditi padi ke institusi rumahtangga. Keadaan inilah yang menyebabkan mengapa pendapatan mereka bertambah lebih besar dibandingkan institusi lainnya ketika ada injeksi sebanyak 1 rupiah pada komoditi padi. Dimana kenyataan tersebut sudah diketahui sebelumnya melalui uraian angka multiplier household induced income multiplier yang dipaparkan pada pembahasan sebelumnya. Berikut ini akan dijelaskan jalur struktural dari industri penggilingan padi ke institusi rumahtangga. Sebagaimana yang dipaparkan dalam Tabel 32 kelihatan sekali lagi bahwa rumahtangga petani pemilik modal menerima pengaruh global paling besar, yakni sebesar 0.707. Pengaruh langsungnya yang paling besar adalah melalui industri penggilingan padi yakni sebesar 0.320 atau sekitar 73 persen yang dapat dijelaskan melalui jalur dasar 27, 13, 1, 7. Secara keseluruhan jalur dasar yang dapat dideteksi untuk menjelaskan pengaruh dari industri penggilingan padi ke intitusi rumahtangga adalah sebesar 81.1 persen yang berarti masih ada sekitar 19.9 persen jalur dasar yang tidak dapat dideteksi oleh karena pengaruhnya di bawah 10 persen. Subsektor industri penggilingan padi dapat memberi pengaruh global dan pengaruh langsung terhadap perubahan pendapatan buruh tani masing-masing sebesar 0.139 dan 0.031. Dimana pengaruh langsung yang diberikan ini tercipta melalui jalur dasar 27, 13, 1, 6, yang berhasil dideteksi sekitar 36.2 persen dari seluruh jalur dasar yang dapat dibentuk. Untuk menjelaskan pengaruh dari subsektor industri penggilingan padi terhadap perubahan pendapatan buruh tani, kita hanya dapat mendeteksi sekitar 54.9 persen dari seluruh jalur dasar yang Tabel 32. Jalur Dasar Sektor Industri Penggilingan Padi ke Rumahtangga Jalur Pengaruh Global Pengaruh Langsung Jalur Multiplier Pengaruh Total Persentase Terhadap Pengaruh Global Kumulatif Persentase Terhadap Pengaruh Global 27, 3, 6 0.139 0.003 1.392 0.004 2.8 2.8 27, 13, 1, 6 0.031 1.52 0.047 33.4 36.2 27, 13, 2, 6 0.017 1.337 0.023 16.7 52.9 27, 36, 3, 6 0.003 0.619 0.002 1.4 54.3 27, 36, 4, 6 0.001 0.684 0.001 0.6 54.9 27, 3, 7 0.707 0.006 1.588 0.010 1.4 1.4 27, 4, 7 0.003 1.868 0.005 0.8 2.2 27, 5, 7 0.003 1.640 0.005 0.7 2.9 27, 13, 1, 7 0.320 1.613 0.516 73.0 75.9 27, 13, 2, 7 0.013 1.567 0.020 2.8 78.7 27, 13, 5, 7 0.002 1.782 0.004 0.6 79.3 27, 36, 3, 7 0.007 0.686 0.005 0.7 80 27, 36, 4, 7 0.007 0.749 0.005 0.8 80.8 27, 36, 5, 7 0.003 0.715 0.002 0.3 81.1 27, 3, 8 0.296 0.021 1.411 0.030 10.3 10.3 27, 5, 8 0.002 1.555 0.004 1.30 11.6 27, 13, 1, 8 0.064 1.631 0.104 35.1 46.7 27, 13, 3, 8 0.002 1.536 0.003 1.1 47.8 27, 13, 5, 8 0.002 1.691 0.003 1.1 48.9 27, 36, 3, 8 0.024 0.624 0.015 5.2 54.1 27, 36, 5, 8 0.002 0.675 0.002 0.5 54.6 27, 3, 9 0.192 0.01 1.38 0.013 7 7 27, 5, 9 0.002 1.469 0.003 1.6 8.5 27, 13, 1, 9 0.056 1.539 0.086 44.9 53.5 27, 13, 5, 9 0.002 1.598 0.003 1.4 54.8 27, 36, 3, 9 0.011 0.615 0.007 3.5 58.4 27, 36, 5, 9 0.002 0.654 0.001 0.7 59 27, 4, 10 0.365 0.022 1.691 0.036 10 10 27, 5, 10 0.004 1.659 0.006 1.7 11.7 27, 13, 2, 10 0.013 1.604 0.021 5.7 17.4 27, 13, 5, 10 0.003 1.805 0.005 1.5 18.9 27, 36, 4, 10 0.053 0.688 0.036 9.9 28.8 27, 36, 5, 10 0.004 0.698 0.003 0.7 29.5 27, 4, 11 0.346 0.021 1.676 0.035 10.2 10.2 27, 5, 11 0.004 1.622 0.006 1.8 12 27, 13, 2, 11 0.015 1.564 0.023 6.7 18.7 27, 13, 5, 11 0.003 1.765 0.006 1.6 20.3 27, 36, 4, 11 0.051 0.683 0.035 10.1 30.4 27, 36, 5, 11 0.004 0.687 0.003 0.7 31.1 Sumber : data diolah 27 1 2 3 4 5 36 13 7 6 8 9 10 11 Gambar 13. Jalur Struktural Industri Penggilingan Padi Ke Institusi Rumahtangga dapat dibentuk. Ini berarti sisanya 45.1 persen merupakan jalur-jalur dasar yang menjelaskan pengaruh subsektor industri penggilingan padi 27 terhadap buruh tani dibawah 10 persen. Rumahtangga golongan rendah di perdesaan dapat menerima pengaruh global dari industri penggilingan padi sebesar 0.296, dan pengaruh langsung sebesar 0.064 yang dihasilkan melalui jalur dasar 27, 13, 1, 8. Jalur ini telah terdeteksi sekitar 46.4 persen dari total jalur dasar yang bisa bangun. Dimana secara keseluruhan jumlah jalur dasar yang dapat dibentuk untuk menjelaskan pengaruh komoditi tebu di atas 0.1 persen hanya sekitar 54.6 persen. Dengan kata lain masih ada 45.4 persen jalur dasar lainnya yang tidak dideteksi karena pengaruhnya sangat kecil di bawah 10 persen. Tidak seperti pada jalur struktural sebelumnya, untuk semua jalur dasar industri penggilingan padi kelihatan fungsi intermediasi dari institusi petani pemilik modal ke institusi rumahtangga lain tidak lagi terjadi. Seluruh intistusi rumahtangga menerima pancaran efek dari industri penggilingan padi hanya melibatkan variabel antara tenaga kerja pertanian di desa 1, tenaga kerja pertanian di kota 2, tenaga kerja non pertanian di desa 3, tenaga kerja non pertanian di kota 4, kapital 5, sektor padi 13, dan terakhir sektor perdagangan, perhatikan Gambar 13. Jalur dasar industri penggilingan padi paling banyak menggunakan variabel antara kapital 5 sebagai penghubung ke institusi rumahtangga. Tekecuali pada buruh tani, semua institusi tampak melibatkan faktor produksi ini sebelum menerima pancaran efek dari industri penggilingan padi. Berdasarkan hasil analisis kedua jalur struktural di atas, terlihat bahwa ada perbedaan yang cukup nyata antara komoditi padi dengan industri penggilingan padi dalam memancarkan efeknya terhadap kenaikan pendapatan rumahtangga. Sekiranya komoditi padi tersebut dapat mewakili sektor pertanian primer, dan industri penggilingan padi mewakili sektor agroindustri, maka secara umum dapat disimpulkan semua golongan rumahtangga akan mengalami peningkatan pendapatan dari setiap kenaikan injeksi di sektor pertanian primer. Namun pada akhirnya, sebagian besar peningkatan pendapatan tersebut akan dinikmati oleh pemilik modal yang ada di desa, dalam hal ini rumahtangga yang memiliki modal relatif besar adalah pengusaha tani. Beda halnya untuk efek pendapatan yang dipancarkan oleh sektor agroindustri. Meskipun petani pemiliki modal masih menerima efek paling besar untuk rumahtangga di desa, namun efek yang dipancarkan tidak lagi terpusat kepadanya. Sektor agroindustri dapat memberi stimulus kenaikan pendapatan kepada masing-masing rumahtangga tanpa melalui satu institusi pun, sehingga disini tidak ada lagi pemusatan efek yang banyak diterima oleh satu institusi saja. Beranjak kepada hasil analisis jalur di atas maka strategi yang cukup tepat dilakukan untuk meningkatkan rumahtangga yang berpendapatan rendah di desa adalah melalui pembangunan agroindustri, terutama yang banyak menggunakan tenaga kerja. Dimana menurut Heri 2007 kebijakan ekonomi di sektor agroindustri makanan akan memberi dampak paling besar untuk meningkatkan pendapatan tenaga kerja pertanian, rumah tangga buruh tani dan petani, sehingga dapat menurunkan tingkat kesenjangan pendapatan rumah tangga, pendapatan tenaga kerja dan output sektoral yang lebih besar. Sedangkan kebijakan ekonomi untuk agroindustri non makanan akan berdampak lebih besar menurunkan tingkat kemiskinan.

VII. SIMULASI DAMPAK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN