Transfer terhadap Kelompok Rumahtangga Analisis Jalur Struktural Simulasi Kebijakan

mempunyai besaran pengganda paling tinggi bagi peningkatan pendapatan seluruh kelompok rumah tangga.

4.4.3. Transfer terhadap Kelompok Rumahtangga

Suatu kebijakan dapat diterapkan dengan maksud dan tujuan dapat meningkatkan kesejahteraan kelompok penduduk rumahtangga tertentu dengan pertimbangan pada kelompok tersebut terpusat kelompok golongan berpenghasilan rendah. Salah satu simulasi yang akan dilakukan adalah suatu kebijakan berupa transfer secara langsung kepada suatu kelompok rumahtangga. Melalui simulasi ini, diharapkan dapat diketahui seberapa besar respon suatu kelompok rumahtangga terhadap suatu kebijakan tersebut dan bagaimana pengaruhnya terhadap peningkatan pendapatan rumahtangga itu sendiri, dan kaitannya dengan peningkatan produksi dari suatu sektor tertentu maupun terhadap perekonomian secara keseluruhan.

4.4.4. Analisis Jalur Struktural

Analisis Jalur Struktural atau SPA adalah suatu metode analisis yang dapat mengidentifikasi transaksi-transaksi yang terjadi dengan melacak jalur keterkaitan dari suatu sektor asal ke sektor-sektor tujuan. Metode ini menunjukkan bagaimana pengaruh transmisi satu sektor ke sektor lainnya melalui penelusuran jalur struktur perekonomian. Dalam model ini setiap unsur dari pengganda SNSE dapat didekomposisi menjadi pengaruh langsung, total dan global.

4.4.5. Simulasi Kebijakan

Simulasi kebijakan dilakukan melalui kebijakan yang dapat mempengaruhi neraca eksogen di dalam SNSE, yang selanjutnya akan berdampak pada indikator perekonomian Indonesia lainnya, seperti tingkat pendapatan, produksi nasional, neraca perdagangan dan lain-lain. Dengan kata lain simulasi kebijakan ditujukan untuk mengetahui seberapa besar dampak dari suatu peningkatan atau penurunan atas suatu permintaan terhadap suatu sektor sebagai akibat perubahan faktor eksogen misal : pengeluaran pemerintah, tarif, pajak, kenaikan upah dan sebagainya, sehingga terlihat kebijakan seperti apa yang paling optimal dan efektif untuk mencapai sasaran atau target yang ditetapkan. Simulasi ini dilatar belakangi asumsi adanya pertumbuhan di sektor produksi pertanian baik untuk kebutuhan domestik maupun pasar ekspor terkait dengan prediksi meningkatnya harga komoditas pertanian seiring dengan meningkatnya permintaan atas komoditas tersebut, dikaitkan dengan adanya pertumbuhan pendapatan yang pesat di negara-negara Asia khususnya negara Asia dengan sumberdaya tanah dan air yang terbatas dapat mengakibatkan gelombang besar impor makanan dibarengi dengan meningkatnya harga energi dan harga pupuk serta kompetisi antara pangan, pakan ternak dan bio fuel World Development Report, 2008. Skenario kebijakan yang akan disimulasikan dalam model SNSE ditujukan untuk dapat melihat dampak pengaruh dan peranan sektor pertanian seandainya sektor tersebut dalam kondisi meningkat produksinya atau permintaan produksi pertanian dari luar negeri mengalami peningkatan dalam jumlah tertentu dan bagimana dampaknya terhadap pendapatan rumah tangga, upah tenaga kerja, penyerapan tenaga kerja, total produksi, Produk Domestik Bruto serta bagi perekonomian nasional. Skenario juga dilakukan terhadap sektor agroindustri dan non pertanian dengan tujuan sebagai pembanding terhadap kebijakan di bidang pertanian dilihat dari sisi output, distribusi income dan keterkaitan antar sektor. Skenario ini dilakukan dengan asumsi pemerintah dengan berbagai program kebijakan yang dilakukan dapat melakukan peningkatan produksi atau ekspor di sektor tersebut. Adapun skenario-skenario simulasi kebijakan yang akan disimulasikan terdiri dari 9 sembilan kebijakan sebagaimana berikut ini: Simulasi 1 : Peningkatan produksi sektor pertanian primer sebesar 10 triliun rupiah dengan peningkatan secara proporsional ke seluruh sub sektor dalam sektor pertanian primer. Simulasi 2 : Peningkatan produksi sektor agroindustri sebesar 10 triliun rupiah dengan peningkatan secara proporsional ke seluruh sub sektor dalam sektor agroindustri. Simulasi 3 : Peningkatan produksi sektor pertanian primer dan agroindustri sebesar 10 triliun yang terbagi secara proporsional ke sektor agroindustri dan sektor pertanian primer Simulasi 4 : Peningkatan produksi sektor non pertanian sebesar 10 triliun rupiah yang terbagi secara proporsional ke sektor non pertanian. Simulasi 5 : Bantuan tunai ke RT buruh tani dan Rumahtangga golongan rendah di desa sebesar 10 triliun secara merata Simulasi 6 : Dukungan terhadap harga gabah sebesar 10 triliun melalui transfer pendapatan untuk menambah keuntungan sektor padi yang kemudian terdistribusi kepada 2 kelompok RT buruh tani dan RT pengusaha tani. Simulasi 7 : Kenaikan ekspor pertanian primer sebesar 10 triliun rupiah Simulasi 8 : Kenaikan ekspor pertanian primer dan agroindustri sebesar 10 triliun rupiah Simulasi 9 : Kenaikan ekspor sektor non pertanian 10 triliun rupiah Peningkatan produk pertanian dalam simulasi di atas berbeda dengan peningkatan besaran ekspor, dengan asumsi peningkatan produksi sektor pertanian adalah peningkatan semua subsektor pertanian berdasarkan angka proporsional dari masing-masing subsektor, sedangkan pada ekspor angka diperoleh dari angka proporsional terhadap ekspor dari sub sektor yang bersangkutan. Agar selaras dengan tujuan penelitian ini, dan terhadap data sekunder yang diperoleh tersebut dilakukan pengolahan dengan rekapitulasi, penguraian lebih lanjut untuk memperoleh penajaman interpretasi. Untuk mendapat validitas dan ketepatan pengolahan presisinya tinggi, akan digunakan beberapa perangkat lunak, seperti MATS, Gams, dan Microsoft Office Excel.

V. DESKRIPSI SEKTOR PERTANIAN BERDASARKAN KAJIAN SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI

Struktur perekonomian suatu negara dapat dikaji berdasarkan 3 indikator makroekonomi yaitu nilai tambah Produk Domestik Bruto, perdagangan luar negeri dan tenaga kerja. Sebagai suatu neraca yang memiliki bentuk sistematis dan terintegrasi, SNSE mampu menjabarkan seluruh struktur ekonomi tersebut. Dalam SNSE komponen nilai tambah dan tenaga kerja masuk pada neraca endogen, sedangkan perdagangan luar negeri berada di neraca eksogen. Struktur perekonomian ini penting untuk menjelaskan kontribusi nilai tambah dari masing- masing sektor perekonomian sehingga terlihat sektor mana yang paling dominan dalam menyangga perekonomian suatu negara dilihat dari besaran output yang disumbangkan terhadap perekonomian nasional. Demikian juga bisa dilihat struktur tenaga kerja dari masing-masing sektor perekonomian, apakah suatu sektor itu merupakan sektor padat karya atau padat modal. Struktur perekonomian dapat menjelaskan juga neraca perdagangan suatu negara dan dapat melihat sektor mana sebagai penghasil utama devisa, dan sektor mana yang paling sedikit memberikan sumbangan devisa.

5.1. Struktur Nilai Tambah

Nilai tambah atau value added VA merupakan aliran pengeluaran setiap sektor produksi kepada faktor produksi, rumah tangga dan perusahaan. Ini berarti bagi ketiga pelaku ekonomi tersebut nilai tambah merupakan pendapatan yang diterima dari sektor produksi, yang secara garis besarnya dapat dibagi atas pendapatan upah untuk tenaga kerja, sewa untuk rumahtangga dan surplus usaha untuk perusahaan. Oleh karena nilai tambah merupakan komponen penting untuk