untuk pembentukan modal tetap bruto atau investasi, Menkeu menjelaskan, pihaknya mencatat pertumbuhan sebesar 10.4-10.5 persen Gatra Com, 2008.
Keberhasilan pemerintah dalam melampaui target jangka pendek dalam RPJM 2005-2009 tampaknya hanya terjadi pada penurunan angka pengangguran
dan perkembangan ekspor. Seperti yang diungkapkan oleh presiden bahwa tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 10.5 persen pada tahun 2006, telah
menurun menjadi 8.5 persen di tahun 2008. Ini berarti realisasi 2008 jauh lebih rendah dari target yang disebutkan pada tahun 2006 sebesar 9.4 persen di RPJM.
Selanjutnya realisasi ekspor Indonesia pada semester I tahun 2008 tumbuh mencapai 11.9-12.0 persen, melebihi target yang ditetapkan pada tahun 2006
sebesar 6.5 persen. Beberapa kebijakan pemerintah dalam rangka membangun sektor
pertanian yang umum dilakukan oleh pemerintah adalah kebijakan fiskal fiscal policy
yang dalam implementasinya bisa berupa kebijakan subsidi atau pengenaan pajak, stabilisasi harga, pengenaan tarif atau kuota terhadap produk
pertanian impor.
3.3.1. Subsidi dan Dukungan Harga
Pada setiap tingkatan pemerintahan terdapat berbagai program yang pada dasarnya merupakan bantuan berupa transfer uang atau barang untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Salah satu jenis program adalah pembiayaan transfer yang
dilakukan dengan jalan mengurangi daya beli pembayar pajak dari golongan penduduk berpenghasilan tinggi atau langsung berasal dari dana budget
pemerintah untuk disalurkan kepada penerima bantuan yang umumnya
mempunyai penghasilan rendah. Transfer dapat dilakukan dalam bentuk uang tunai atau bentuk terkait dengan pemberian bahan in kind transfer seperti kupon
makanan, bantuan kesehatan dan bantuan perumahan Rosen , 2005. Bantuan pemerintah bisa dalam bentuk subsidi dukungan harga price
Support terhadap produk suatu komoditas, input untuk produksi yang pada
dasarnya merupakan salah satu bentuk intervensi pemerintah dalam penentuan kebijakan pengeluaran dana pemerintah. Menganalisa suatu program pemerintah,
seperti subsidi rehabilitasi lahan milik petani, dengan jalan mempelajari perkembangan serta permasalahan program sering memberikan manfaat untuk
dilakukan penyempurnaan. Analisa berikutnya, mencoba menghubungkan antara kebutuhan, sumber permintaan terhadap salah satu bentuk kegagalan pasar seperti
kompetisi yang tidak sempurna, barang publik, eksternalitas, pasar yang tidak lengkap dan informasi yang tidak sempurna. Walaupun keadaan ekonomi
mencapai pareto, intervensi pemerintah dapat dilakukan apabila terdapat dua alasan. Pertama, pendapatan masyarakat yang berasal dari suatu perekonomian
pasar tidak terdistribusi dengan baik. Kedua, kurang sempurnanya kriteria penilaian kesejahteraan di dalam persepsi seseorang terhadap kesejahteraannya.
Intervensi pemerintah dapat dilakukan dalam tiga bentuk yaitu kebijaksanaan untuk produksi publik, kebijakan produksi swasta dengan perlakuan pajak dan
subsidi, serta kebijakan produksi swasta dengan adanya pengaturan dari pemerintah. Bentuk subsidi dapat berupa pengenaan suatu sistem perpajakan
ataupun pemberian bantuan hibah secara langsung. Apabila subsidi berupa hibah langsung, maka persyaratan subsidi tersebut perlu ditetapkan sesuai dengan tujuan
subsidi. Penilaian suatu subsidi harus dilihat dalam kurun waktu jangka panjang,
dimana produsen dan konsumen telah menyesuaikan perilakunya dan penilaian output dalam kurun waktu jangka pendek Stiglitz, 2005.
Kebijakan subsidi jika dilakukan dengan tepat bisa memberikan dorongan bagi produsen untuk melakukan proses produksi dengan lebih produktif. Adanya
subsidi ini diharapkan bisa mendorong kurva penawaran bergerak ke kanan misal karena adanya perbaikan dalam proses produksi sebagai akibat dari keberhasilan
riset di bidang pertanian yang didanai dari anggaran pemerintah sehingga ditemukan teknologi baru yang dapat meningkatkan produktivitas maupun
kualitas produk pertanian. Harga input yang murah juga akan mendorong petani untuk mempergunakan paket teknologi yang dianjurkan sesuai dengan
rekomendasi dari hasil penelitian yang valid. Keberhasilan peningkatan produksi disertai dengan penurunan biaya produksi diharapkan nantinya dapat
meningkatkan daya saing produk pertanian baik di dalam negeri maupun di pasar luar negeri.
Kebijakan Subsidi adalah serupa dengan pajak negatif dan merupakan salah satu instrumen dari pemerintah untuk mengurangi harga suatu produk atau barang
supaya harganya lebih murah dari harga pasar dan dapat dibeli oleh konsumen untuk kebutuhan konsumsi ataupun produsen untuk bahan baku proses produksi.
Kebijakan subsidi sudah barang tentu akan meningkatkan produksi atau konsumsi dari suatu barang sehingga kesejahteraan dari masyarakat penduduk bisa
meningkat. Namun demikian jika ditelaah dari teori ekonomi belum tentu demikian realitanya dan pada kenyataanya akan terlihat sejauh mana keuntungan
dan kerugian yang akan diperoleh baik dari sisi produsen, konsumen maupun pemerintah dengan adanya kebijakan subsidi ini. Hal ini dapat dijelaskan dengan
mudah dengan pendekatan surplus produsen dan konsumen, seberapa besar sebetulnya kesejahteraan yang diperoleh dan seberapa besar kesejahteraan yang
hilang.
Gambar 5. Subsidi Dipandang Sebagai Pajak Negatif Keuntungan Subsidi Dibagi antara Pembeli dan Penjual
Adanya kebijakan subsidi ini menyebabkan kesejahteraan surplus produsen meningkat sebesar trapesium A dan segitiga C dan kesejahteraan
konsumen meningkat sebesar trapesium B dan segitiga E, akan tetapi untuk membiayai kebijakan subsidi ini pemerintah mengeluarkan biaya yang akan
diambil dari uang masyarakat sebesar A+B+C+D+E sehingga secara keseluruhan dalam kebijakan subsidi ini ada kerugian dead weight lost sebesar segitiga D
lihat Gambar 5. Kebijakan lain yang sering juag digunakan oleh pemrintah berupa
dukungan harga price support. Kebijakan ini banyak digunakan pemerintah di beberapa negara termasuk Indonesia. Kebijakan ini dilakukan dengan
C B
E D
A C
Price
Quantity S
D Pb
Po P
s
S
Q
1
Q
o
mengintervensi harga suatu produk khususnya yang terkait dengan produk pertanian, dengan maksud untuk menaikkan harga jual sehingga nantinya dapat
menaikkan pendapatan petani lihat gambar 6.
Gambar 6. Dukungan Harga dan Dampaknya Pada kasus diatas petani produsen memproduksi melebihi kebutuhan
yang diperlukan melebihi permintaan pasar sedangkan konsumen hanya bersedia membeli sejumlah Q
1
dan terjadi kelebihan suply penawaran yang harus dibeli oleh pemerintah. Hal ini memang termasuk ekonomi biaya tinggi karena
pemerintah harus membeli produk yang tidak dikonsumsi. Pada Gambar 6. pemerintah memberlakukan harga produk pada harga Ps, sedangkan pada harga
tersebut permintaan sebesar Q
1
, tetapi petani akan memproduksi barang sebesar Q
2
. Untuk menjaga stabilitas harga tersebut pemerintah harus membeli Qg = Q
2
- Q
1
, jika tidak harga akan jatuh pada Po. Biaya yang harus disediakan oleh pemerintah untuk kebijakan tersebut sebesar Ps Q
2
– Q
1
. Dalam prakteknya Q
2
Q
1
Q P
P
s
Qs
D+Q D
D B
A S
Price
Quantity
untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah, barang yang dibeli akan dijual dengan harga dumping di luar negeri.
Ditinjau dari sisi teori ekonomi, keuntungan dan keruugian yang diperoleh dari kebijakan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Adanya kenaikan harga
sebesar Ps, menyebabkan terdapat tambahan surplus produsen sebesar ABD sedangkan surplus konsumen berkurang sebesar AB, sehingga perolehan
tambahan kesejahteraan sebenarnya dari kebijakan price support ini hanya sebesar D. Disisi lain masyarakat melalui anggaran negara yang dibiayai oleh rakyat
mengeluarkan biaya sebesar Q
2
-Q
1
PS, sehingga dengan adanya kebijakan dukungan harga ini sebenarnya terjadi kerugian berupa hilangnya kesejahteraan
dead weight loss sebesar D- Q
2
-Q
1
Ps.
3.3.2. Stabilisasi Harga