Tabel 37. Lanjutan KD
Sim1 Sim2 Sim3 Sim4
Sim5 Sim6
Sim7 Sim8 Sim9
28 1.5 4.3 2.9
1.1 1.8
1.7 1.5
2.0 11 29
0.8 1.6 1.2 0.6
1.0 1.0
0.8 3.6 0.5
30 19.4 77.1 48.3
14.2 28.7
29.2 191
77.5 13.2 31
4.4 36.9 20.7 4.8
62 6.1
4.4 8.7 3.2
32 8.4 75 7.9
15.0 10.9
10.8 8.2
7.7 18.0
33 7.3 72 7.2
12.7 8,5
8.3 7.4
7.3 13.6
34 2.3 2.1 2.2
151 2.4
2.3 2.3
2.2 2.1 35
19 1.9 1.9 2.5
2.4 2.4
1.9 1.9 1.6
36 194.5 194.2 194.4
140.5 176.8
163.5 186.1
188.4 141.1 37
44.0 40.2 42.1 51.5
527 51.8
43.2 40.5 53.5
38 11.8 10.9 11.4
14.3 14.0
13.6 11.5
11.0 13.6 39
66.9 56.7 61.8 90.2
91.7 86.7
67.3 59.4 59.9
Jml 1669.1 1144.1 1406.6
703.3 1019.7
973.1 1587.6
1257.6 639.5
Berdasarkan seluruh hasil analisis diatas, dengan jelas dapat diketahui kebijakan mana yang terbaik dalam upaya peningkatan output, pendapatan
rumahtangga, peningkatan upah tenaga kerja maupun penyerapan tenaga kerja yang nantinya akan dipilih oleh para pembuat kebijakan, sesuai dengan skala
prioritas yang paling mendesak untuk kepentingan nasional saat ini.
7.3. Dampak Pembangunan Pertanian terhadap Perekonomian Dirinci Menurut Kelompok Kebijakan
Secara garis besarnya kita dapat mengelompokan seluruh kebijakan yang disimulasikan menjadi empat bagian yang meliputi kebijakan di sektor
riilproduksi Simulasi 1, 2, 3 dan 4, pendapatan rumahtangga Simulasi 5, harga Simulasi 6 dan perdagangan Simulasi 7, 8 dan 9. Hasilnya dalam bentuk
persentase perubahan dapat diperhatikan pada Tabel 37, Gambar 20, Gambar 21 dan Gambar 22.
Tabel 38. Dampak Pembangunan Pertanian Menurut Kelompok Kebijakan
Aktifitas Base
Rp Juta Dampak Perubahan
Prod Pend Hrg Perd
g TK Pert Desa
218 894.26 1.81
1.32 1.27
1.84 TK Pert Kota
31 238.45 1.78
1.32 1.27
1.66 TK Non Pert Desa
262 223.44 0.82
0.80 0.76
0.76 TK Non Pert Kota
610 144.69 0.81
0.84 0.80
0.77 Kapital 857
257.46 0.79
0.78 0.76
0.80 RT Buruh Pert
94 524.77 1.00
6.25 6.24
1.06 RT Pengusaha Pert
354 160.57 1.22
103 2.41
1.10 RT Non Pert Desa Gol.Bawah
251 003.64 0.92
2.85 0.83
0.91 RT Non Pert Desa Gol.Atas
141 480.40 1.01
0.90 0.87
0.91 RT Non Pert Kota Gol Bawah
409 807.44 0.83
0.85 0.82
0.79 RT Non Pert Kota Gol Atas
387 118.60 0.84
0.84 0.80
0.78 Perusahaan 467
566.60 0.80
0.77 0.75
0.88 Padi 74
045.97 1.64
1.20 1,14
1.44 Jagung 28
987.05 1.61
1.34 2.89
1.38 Tanaman Pangan Lainnya
139 666.58 1.39
1.48 3.61
2.87 Tebu 6
069.88 1.70
1.41 1.16
1.78 Kelapa sawit
19 997.68 1.35
0.74 6.72
1.67 Perkebunan Lainnya
75 232.16 1.24
0.95 4,.79 0.97
Industri pemotongan ternak 39 249.86
1.30 1.41
1.44 1.32
Peternakan dan hasil-hasilnya 88 971.43
1.30 1.47
3.29 0.59
Kehutanan dan perburuan 28 255.66
0.95 0.45
1.09 0.86
Perikanan 84 690.10
1.33 1.31
1.15 0.62
Pertamb btbara, bj logm, migas 217 818.08
0.42 0.42
0.36 0.24
Pertambangan dan penggalian lainnya 35 565.51
0.29 0,13
0.11 1.31
Ind makanan, minuman dan tembakau 261 850.49
1.45 1.30
1,.27 0.55
Ind minyak dan lemak 78 933.96
1.18 0.75
0.60 0.95
Ind penggilingan padi 88 286.77
1.46 1.24
1.05 1.02
Ind tepung segala jenis 80 809.70
1.72 1.16
0.99 2.95
Ind gula 15 273.19
1.49 1.4
1.14 1.30
Ind pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit 268 533.25
1.16 0.84
0.55 0.25
Ind kayu, barang-barang dari kayu 87 188.55
0.86 0.25
0.18 0.69
Ind kertas, cetak; alt angkt, brg dr lgm lainnya 659 178.77
0.58 0.58
0.44 0.76
Ind kimia, pupuk, hasil dr tnh liat semen, lgm dsr
742 914.62 0.51
0.60 0.54
0.05 Konstruksibangunan 331
094.85 0.32
0.06 0.06
0.81 Listrik, gas dan air minum
70 431.02 0.92
1.09 0.86
0.93 Perdagangan, hotel dan restoran
199 526.15 1.06
0.92 1.05
0.95 Pengangkutan dan komunikasi
186 762.42 0.95
1.05 0.87
0.94 Keuangan, jasa perusahaan, real estate
291 955.60 0.91
1.04 0.88
0.56 Jasa-jasa 4
6518.6 0.69
0.81 0.63
0.82
0.00 0.20
0.40 0.60
0.80 1.00
1.20 1.40
1.60 1.80
2.00
TK Pert Desa TK Pert Kota
TK Non Pert Desa TK Non Pert Kota Kapital
Prod Pend
Hrg Perdg
Gambar 20. Dampak Kebijakan Pembangunan Pertanian terhadap Pendapatan Sektor Produksi Jasa-Jasa Menurut Kelompok Kebijakan
0.00 1.00
2.00 3.00
4.00 5.00
6.00 7.00
RT Buruh Pert RT Pengusaha
Pert RT Non Pert Desa
Gol.Bawah RT Non Pert Desa
Gol.Atas RT Non Pert Kota
Gol Bawah RT Non Pert Kota
Gol Atas
Prod Pend
Hrg Perdg
Gambar 21. Dampak Kebijakan Pembangunan Pertanian terhadap Pendapatan Rumahtangga Menurut Kelompok Kebijakan
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00 3.50
4.00 4.50
T. Pangan Prkebun
Pternakn Khutan
Prikann TmbgGalian
Agroindustr Ind Lain
Jasa
Prod Pend
Hrg Perdg
Gambar 22. Dampak Kebijakan Pembangunan Pertanian terhadap Pendapatan Sektor-Sektor Produksi Menurut Kelompok Kebijakan
Jika kita perhatikan pada tabel dan seluruh gambar tersebut, terlihat bahwa kebijakan pembangunan pertanian yang paling tinggi mendorong kenaikan
pendapatan tenaga kerja pertanian adalah kebijakan dalam bidang produksi, harga dan perdagangan. Ketiga aspek pembangunan pertanian tersebut mampu
menaikan pendapatan tenaga kerja pertanian di atas nilai base line rata-rata sekitar 1.27 persen sampai 184 persen.
Untuk peningkatan pendapatan rumahtangga, ternyata kebijakan non pendapatan yang paling besar adalah kebijakan harga. Dibandingkan kebijakan
produksi dan perdagangan, kebijakan harga ini mampu memberi dampak lebih tinggi untuk menaikkan pendapatan rumahtangga buruh tani dan pengusaha tani
masing-masing kurang lebih sekitar 6.24 persen dan 2.41 persen. Sementara untuk kenaikan pendapatan rumahtangga di perdesaan golongan bawah dan atas,
kebijakan di bidang produksi tampaknya relatif lebih baik menaikkan pendapatan rumahtangga, kurang lebih sekitar satu persen. Kondisi yang yang berbeda bila
dilihat pada perubahan pendapatan rumahtangga di perkotaan. Dampak kebijakan produksi, harga dan perdagangan di sektor pertanian sepertinya dirasakan merata
oleh seluruh rumahtangga tersebut. Masing-masing rumahtangga di kota rata-rata menerima dampak injeksi sekitar 0.85 persen. Pada Tabel 32 dan Gambar 21 juga
terlihat jelas bahwa secara merata kebijakan pembangunan pertanian yang paling tinggi meningkatkan pendapatan sektoral adalah kebijakan di bidang harga.
Khususnya untuk sektor tanaman pangan yang naik sebesar 1.85 persen, perkebunan sebesar 1.72 persen peternakan sebesar 1.79 persen.
Berdasarkan semua temuan empiris di atas, telah dibuktikan bahwa kebijakan pembangunan pertanian yang paling baik mendorong perekonomian
secara agregat adalah kebijakan di sektor produksi dan harga. Kedua kebijakan ini secara merata mampu menaikkan pendapatan faktor produksi, institusi
rumahtangga, dan sektor produksi lebih baik. Namun jika ingin ditelaah lebih jauh lagi, maka sebenarnya kebijakan harga adalah yang paling efektif untuk
menaikkan pendapatan rumahtangga dalam perekonomian. Namun demikian untuk meningkatkan produksi secara kontinyu kebijakan produksi dan
perdagangan lebih efektif karena mampu mendorong produsen untuk meningkatkan produksinya. Adanya kenaikan produksi, permintaan modal dan
tenaga kerja akan bertambah. Sehingga setiap rumahtangga yang memiliki faktor- faktor produksi tersebut akan meningkat pendapatannya. Efek multiplier yang
dipancarkan oleh kebijakan produksi dan perdagangan tampak lebih luas dan menjangkau seluruh pendapatan rumahtangga.
VIII. IMPLIKASI KEBIJAKAN