pendapatan ini tidak terus menerus jika suatu saat bantuan tunai langsung tersebut dihentikan.
Jika dikaitkan
dengan peningkatan
output nasional maka terlihat bahwa Simulasi 1, 2, 3 dan 7 simulasi kebijakan yang terkait dengan pengeluaran
pembangunan terhadap sektor pertanian jauh lebih baik dibandingkan dengan kebijakan pembangunan ke sektor-sektor non pertanian yang direpresentasikan
pada Simulasi 4 dan 9. Sebagai misal Simulasi 1 mampu memberikan kontribusi peningkatan pendapatan rumahtangga secara nasional sebesar Rp 8 090.8 milyar
1.10 persen, dan Simulasi 7 sebesar Rp 17 729 milyar 1.08 persen, sementara Simulasi 4 dan 9 yang berupa kebijakan peningkatan produksi dan ekspor sektor
non pertanian hanya mampu memberi kontribusi peningkatan pendapatan rumahtangga masing-masing sebesar Rp 12 326 milyar 0.75 persen dan
Rp 1 334.4 milyar 0.69 persen. Dari seluruh hasil perbandingan kebijakan ini, tersirat bahwa kebijakan pembangunan di pertanian dapat memberi hasil yang
lebih baik dibandingkan kebijakan di sektor non pertanian, terutama dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan
kelompok rumahtangga secara nasional.
7.2. Dampak Kebijakan Pembangunan Pertanian terhadap Pendapatan Sektoral dan Output Nasional
Selain memberi dampak terhadap perubahan distribusi pendapatan faktor produksi dan rumahtangga, semua kebijakan pembangunan pertanian dipastikan
akan memberi dampak terhadap distribusi pendapatan sektoral juga. Ini terjadi karena adanya integrasi pasar input antara intermediate input dalam aktivitas
produksi. Akibatnya ketika dikeluarkan suatu kebijakan pertanian baik itu untuk
sektor riil maupun ekspor, akan berdampak langsung terhadap kenaikan produksi pada sektor-sektor lainnya. Untuk memotret kondisi ini, berikut disampaikan
ulasan mengenai dampak pembangunan pertanian terhadap pendapatan sektoral. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 35, Gambar 16, Gambar 17, Gambar 18 dan
Gambar 19. Jika kita perhatikan dampak dari seluruh kebijakan pembangunan
pertanian yang telah disimulasikan terhadap perubahan pendapatan sektor produksi pertanian, terlihat banyak perbedaan. Untuk tanaman pangan,
peternakan, kehutanan dan perikanan, kebijakan yang dampaknya paling besar adalah kebijakan pengeluaran pembangunan pertanian primer Simulasi 1, yang
dapat menaikkan pendapatan produksi pertanian secara rata-rata sekitar 2.81 persen dari nilai dasar.
Keadaan yang lebih menarik jika dampak dari setiap simulasi kebijakan pembangunan pertanian tersebut ditelusuri pada sektor-sektor produksi di luar
pertanian primer off farm. Disini terlihat seluruh kebijakan pertanian yang menyentuh sektor riil memberi dampak paling besar terhadap penerimaan di sektor
agroindustri dengan rata-rata perubahan dari nilai dasar sebesar 1.47 persen, menyusul kemudian sektor jasa sebesar 0.72 persen, dan terakhir sektor industri
lainnya sebesar 0.47 persen. Selain itu, cukup menarik juga jika diperhatikan pada Simulasi 4 yaitu injeksi dana pembangunan ke sektor non pertanian dimana
kebijakan ini ternyata dapat meningkatkan pendapatan produksi pertanian dengan perubahannya yang relatif sama besar dengan industri lain dan jasa-jasa.
172
Tabel 35. Simulasi Dampak Kebijakan Pembangunan Pertanian terhadap Pendapatan Sektor-Sektor Produksi Sektor Produksi
Base Dampak Perubahan
Rp Juta
Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-4 Sim-5 Sim-6 Sim-7 Sim-8 Sim-9 Padi 74
045.97 2.99
2.023 2.507
0.757 1.262
1.199 1.140
2.179 0.701
Jagung 28 987.05
3.09 1.806
2.448 0.750
1.445 1.344
2.893 2.061
0.695 Tanaman Pangan Lainnya
139 666.58 2.89
1.155 2.022
0.824 1.543
1.476 3.609
4.966 0.765
Tebu 6 069.88
2.97 2.268
2.620 0.463
1.466 1.413
1.162 3.117
0.434 Kelapa sawit
19 997.68 2.34
1.851 2.098
0.674 0.770
0.741 6.719
2.670 0.672
Perkebunan Lainnya 75 232.16
2.79 1.234
2.014 0.753
0.972 0.951
4.795 1.228
0.704 Industri pemotongan ternak
39 249.86 2.81
1.089 1.947
0.733 1.428
1.410 1.445
1.942 0.691
Peternakan dan hasil-hasilnya 88 971.43
3.36 1.092
2.224 0.403
1.492 1.470
3.294 0.869
0.312 Kehutanan dan perburuan
28 255.66 2.05
1.123 1.584
0.636 0.449
0.453 1.089
1.124 0.591
Perikanan 84 690.10
2.80 1.121
1.962 0.890
1.333 1.309
1.150 0.366
0.878 Pertamb btbara, bj logm, migas
217 818.08 0.36
0.366 0.362
0.539 0.429
0.421 0.358
0.111 0.363
Pertambangan dan penggalian lainnya 35 565.51
0.12 0.107
0.111 0.794
0.144 0.131
0.114 1.874
0.737 Ind makanan, minuman dan tembakau
261 850.49 1.31
2.230 1.771
0.440 1.368
1.304 1.269
0.686 0.406
Ind minyak dan lemak 78 933.96
0.61 1.918
1.266 0.775
0.777 0.747
0.600 1.171
0.723 Ind penggilingan padi
88 286.77 1.08
2.152 1.617
0.752 1.307
1.239 1.054
1.338 0.709
Ind tepung segala jenis 80 809.70
1.01 2.874
1.944 0.840
1.219 1.159
0.987 5.116
0.78 Ind gula
15 273.19 1.16
2.333 1.748
0.407 1.490
1.436 1.135
2.227 0.378
Ind pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit 268 533.25
0.56 2.214
1.386 0.199
0.823 0.838
0.548 0.358
0.132 Ind kayu, barang-barang dari kayu
87 188.55 0.18
1.520 0.851
0.801 0.254
0.253 0.180
0.410 0.964
Ind kertas, cetak; alt angkt, brg dr lgm Ind lainnya 659 178.77
0.45 0.402
0.426 0.925
0.582 0.576
0.440 0.534
0.994 Ind kimia, pupuk, hasil dr tnh liat semen, dan lgm dsr
742 914.62 0.53
0.523 0.528
0.370 0.618
0.604 0.539
0.053 0.050
Konstruksibangunan 331 094.85
0.06 0.051
0.054 1.123
0.059 0.056
0.057 0.886
0.740 Listrik, gas dan air minum
70 431.02 0.87
0.885 0.879
0.794 1.103
1.091 0.855
1.064 0.796
Perdagangan, hotel dan restoran 199 526.15
1.10 1.097
1.097 1.040
0.998 0.923
1.051 0.818
1.081 Pengangkutan dan komunikasi
186 762.42 0.89
0.812 0.851
1.092 1.065
1.047 0.872
0.840 1.038
Keuangan, jasa perusahaan, real estate 29 1955.6
0.90 0.836
0.868 0.847
1.073 1.043
0.877 0.558
0.562 Jasa-jasa 465
186.58 0.63
0.533 0.580
0.774 0.861
0.814 0.632
0.908 0.734
Total Produksi
4 666
475.90 0.91
0.940 0.920 0.770 0.820 0.790 0.890 0.910 0.730
.
0.00 1.00
2.00 3.00
4.00 5.00
6.00 7.00
8.00
Padi Jagung
Tanaman Pangan
Lainnya Tebu
Kelapa sawit Perkebunan
Lainnya Industri
pemotongan ternak
Peternakan dan hasil-
hasilnya Kehutanan
dan perburuan Perikanan
Sim-1 Sim-2
Sim-3 Sim-4
Sim-5 Sim-6
Sim-7 Sim-8
Sim-9
Gambar 16. Dampak Kebijakan Pembangunan Pertanian terhadap Pendapatan Sektor Produksi Pertanian
0.00 0.20
0.40 0.60
0.80 1.00
1.20 1.40
1.60 1.80
2.00
Pertamb btbara, bj logm, migas Pertambangan dan penggalian lainnya
Sim-1 Sim-2
Sim-3 Sim-4
Sim-5 Sim-6
Sim-7 Sim-8
Sim-9
Gambar 17. Dampak Kebijakan Pembangunan Pertanian terhadap Pendapatan Sektor Produksi Pertambangan dan Penggalian
0.00 1.00
2.00 3.00
4.00 5.00
6.00
Ind makanan, minuman dan
tembakau Ind minyak dan
lemak Ind penggilingan
padi Ind tepung segala
jenis Ind gula
Ind pemintalan, tekstil, pakaian dan
kulit Ind kayu, barang-
barang dari kayu Ind kertas, cetak;
alt angkt, brg dr lgm Ind lainnya
Ind kimia, pupuk, hasil dr tnh liat
semen, dan lgm dsr
Sim-1 Sim-2
Sim-3 Sim-4
Sim-5 Sim-6
Sim-7 Sim-8
Sim-9
Gambar 18. Dampak Kebijakan Pembangunan Pertanian terhadap Pendapatan Sektor Produksi Industri
0.00 0.20
0.40 0.60
0.80 1.00
1.20 1.40
1.60 1.80
2.00
Konstruksibangunan Listrik, gas dan air
minum Perdagangan, hotel dan
restoran Pengangkutan dan
komunikasi Keuangan, jasa
perusahaan, real estate Jasa-jasa
Sim-1 Sim-2
Sim-3 Sim-4
Sim-5 Sim-6
Sim-7 Sim-8
Sim-9
Gambar 19. Dampak Kebijakan Pembangunan Pertanian terhadap Pendapatan Sektor Produksi Jasa-Jasa
Ketika kebijakan ini dilakukan, mampu mendorong kenaikan pendapatan produksi pertanian dengan rata-rata persentase sebesar 0.69 persen, sementara sektor
industri dan jasa masing-masing sebesar 0.65 persen dan 0.95 persen. Kondisi ini secara tidak langsung sebenarnya menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk
dan transportasi sangat efektif menaikkan produksi output sektor pertanian, khususnya untuk tanaman pangan dan peternakan.
Dampak seluruh kebijakan distribusi pendapatan Simulasi 5, sepertinya lebih besar diserap oleh sektor pertanian yakni sekitar 1.22 persen. Fenomena ini
terjadi karena ketika ada kenaikan pendapatan rumahtangga yang diakibatkan kebijakan subsidi langsung, akan meningkatkan konsumsi pangan, sehingga
akhirnya penerimaan produksi tanaman pangan, peternakan dan perikanan, naik lebih besar dibandingkan perubahan pendapatan pada sektor lainnya.
Berdasarkan seluruh hasil simulasi kebijakan terhadap tingkat produksi atau output nasional di atas, maka dapat dilakukan perbandingan kebijakan yang
lebih komprehensif. Dalam hal ini pertama kali dapat diungkapkan bahwa dari sembilan simulasi kebijakan yang dilakukan memang terdapat perbedaan yang
cukup signifikan antara simulasi kebijakan terhadap kelompok sektor pertanian dengan sektor non pertanian.
Simulasi kebijakan yang diarahkan pada sektor non pertanian memberikan kontribusi yang paling sedikit dibandingkan dengan pertanian. Hasil olah data
menunjukkan Simulasi 9 upaya peningkatan ekspor sektor non pertanian sebesar Rp 10 triliun memberikan kontribusi kenaikan output nasional paling rendah yaitu
hanya Rp 34 247.5 milyar 0.73 persen, kemudian disusul oleh Simulasi 4 kebijakan pengeluaran pembangunan sebesar Rp 10 triliun rupiah kepada sektor
non pertanian yang hanya mampu memberikan kenaikan output nasional sebesar Rp 36 137 miyar 0.77 persen, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 35.
Tabel 36. Rata-rata Peningkatan Total Output Kebijakan Sektor Pertanian dengan Non Pertanian
Sektor Produksi Sim
1,2,3 Sim
4 Sim
5,6 Sim
7,8 Sim
9 Padi
13
2.51 0.75
1.23 1.16 0.70 Jagung
14
2.45 0.76
1.39 2.54 0.70 Pertanian tanaman pangan di luar 13 dan 14
15
2.02 0.75
1.51 2.83 0.69 Tebu
16
2.62 0.82
1.44 3.06 0.77 Kelapa sawit
17
2.10 0.46
0.76 4.92 0.43 Pertanian perkebunan di luar 16 dan 17
18
2.01 0.67
0.96 3.73 0.67 Industri pemotongan ternak
19
1.95 0.75
1.42 1.34 0.70 Peternakan dan hasil-hasilnya
20
2.22 0.73
1.48 2.62 0.69 Kehutanan dan perburuan
21
1.58 0.40
0.45 0.98 0.31 Perikanan
22
1.96 0.64
1.32 1.14 0.59 Pertambangan batubara, biji logam, migas
23
0.36 0.89
0.42 0.36 0.88 Pertambangan dan penggalian lainnya
24
0.11 0.54
0.14 0.11 0.36 Industri makanan, minuman dan tembakau
25
1.77 0.79
1.34 1.57 0.74 Industri minyak dan lemak
26
1.27 0.44
0.76 0.64 0.41 Industri penggilingan padi
27
1.62 0.78
1.27 1.11 0.72 Industri tepung segala jenis
28
1.94 0.75
1.19 1.16 0.71 Industri gula
29
1.75 0.84
1.46 3.13 0.78 Industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit
30
1.39 0.41
0.83 1.39 0.38 Industri kayu, barang-barang dari kayu
31
0.85 0.20
0.25 0.27 0.13 Industri kertas, angk, brg logam industri lain
32
0.43 0.80
0.58 0.42 0.96 Industri kimia, pupuk, semen, dan logam dasar
33
0.53 0.93
0.61 0.54 0.99 Konstruksibangunan
34
0.05 0.37
0.06 0.06 0.05 Listrik, gas dan air minum
35
0.88 1.12
1.10 0.87 0.74 Perdagangan, hotel dan restoran
36
1.10 0.79
096 1.06 0.80 Pengangkutan dan komunikasi
37
0.85 1.04
1.06 0.85 1.08 Keuangan, jasa perusahaan, real estate
38
0.87 1.09
1.06 0.86 1.04 Jasa-jasa
39
0.58 0.85
0.84 0.60 0.56 Jumlah TP
0.92 0.77
0.81 0.90 0.73
Sebaliknya untuk simulasi kebijakan yang mengarah pada sektor pertanian primer Simulasi 1, agroindustri Simulasi 2, dan sektor pertanian secara
keseluruhan Simulasi 3, ternyata memberikan hasil yang lebih baik dalam upaya meningkatkan output nasional. Hal ini bisa dilihat dari hasil pengolahan
data, dimana Simulasi 2 tampak mampu meningkatkan output nasional hingga
mencapai Rp 43 721.6 milyar 0.94 persen, kemudian Simulasi 3 sebesar Rp 43 070.2 milyar 0.92 persen, dan di peringkat ke tiga Simulasi 1 sebesar Rp
43 418.9 milyar 0.91 persen. Pada Tabel 36 terlihat bahwa simulasi yang berbasis pada sektor pertanian
akan memberi kontribusi penyerapan tenaga kerja yang jauh lebih baik dibandingkan dengan kebijakan yang diarahkan pada sektor non pertanian.
Dimana hasil Simulasi 1 menunjukkan angka penyerapan tenaga kerjanya adalah yang paling tinggi dengan angka penyerapan tenaga kerja sebanyak 1 669 100
orang, kemudian disusul dengan Simulasi 7 sebanyak 1 587 600 orang. Sementara simulasi kebijakan yang tidak terkait dengan sektor pertanian yakni
Simulasi 4 dan 9, angka penyerapan tenaga kerjanya jauh lebih kecil dibandingkan dengan simulasi kebijakan pada sektor pertanian dengan masing-
masing hanya menyerap tenaga kerja sebanyak 703 300 orang dan 639 500 orang. Tabel 37. Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral untuk Masing-Masing
Simulasi Kebijakan
KD Sim 1 Sim
2 Sim 3 Sim
4 Sim 5 Sim
6 Sim 7 Sim
8 Sim 9
13 387.5 262.1 324.8
97.2 163.5
155.4 147.7
152.1 90.8 14
129.0 75.4 102.2
31.6 60.3
56.1 120.8
91.0 29.3 15
464.5 185.7 325.1 120.6
248.0 237.2
580.0 331.3 111.7
16 16.2 12.4 14.3
4.5 8.0
7.7 6.3
27.1 4.2 17
10.2 8.0 9.1 2.0
3.3 3.2
29.1 13.5 1.9
18 125.4 55.4 90.4
30.3 43.6
42.7 215.2
119.8 30.1 19
8.2 3.2 5.7 2.2
4.2 4.1
4.2 3.6 2.1
20 78.8 25.6 52.2
17.2 35.0
34.5 77.3
45.6 16.2 21
9.6 5.2 7.4 1.9
2.1 2.1
5.1 4.1 1.5
22 46.5 18.6 32.6
10.6 22.1
21.7 19.1
18.7 9.8 23
1.1 1.1 1.1 2.7
1.3 1.3
1.1 1.1 2.6
24 0.5 0.5 0.5
2.4 0.6
0.6 0.5
0.5 1.6 25
24.0 40.8 32.4 14.5
25.0 23.8
23.2 34.3 13.5
26 0.4 1.3 0.8
0.3 0.5
0.5 0.4
0.5 0.3 27
4.1 8.2 6.2 3.0
5.0 4.7
4.0 4.5 2.8
Tabel 37. Lanjutan KD
Sim1 Sim2 Sim3 Sim4
Sim5 Sim6
Sim7 Sim8 Sim9
28 1.5 4.3 2.9
1.1 1.8
1.7 1.5
2.0 11 29
0.8 1.6 1.2 0.6
1.0 1.0
0.8 3.6 0.5
30 19.4 77.1 48.3
14.2 28.7
29.2 191
77.5 13.2 31
4.4 36.9 20.7 4.8
62 6.1
4.4 8.7 3.2
32 8.4 75 7.9
15.0 10.9
10.8 8.2
7.7 18.0
33 7.3 72 7.2
12.7 8,5
8.3 7.4
7.3 13.6
34 2.3 2.1 2.2
151 2.4
2.3 2.3
2.2 2.1 35
19 1.9 1.9 2.5
2.4 2.4
1.9 1.9 1.6
36 194.5 194.2 194.4
140.5 176.8
163.5 186.1
188.4 141.1 37
44.0 40.2 42.1 51.5
527 51.8
43.2 40.5 53.5
38 11.8 10.9 11.4
14.3 14.0
13.6 11.5
11.0 13.6 39
66.9 56.7 61.8 90.2
91.7 86.7
67.3 59.4 59.9
Jml 1669.1 1144.1 1406.6
703.3 1019.7
973.1 1587.6
1257.6 639.5
Berdasarkan seluruh hasil analisis diatas, dengan jelas dapat diketahui kebijakan mana yang terbaik dalam upaya peningkatan output, pendapatan
rumahtangga, peningkatan upah tenaga kerja maupun penyerapan tenaga kerja yang nantinya akan dipilih oleh para pembuat kebijakan, sesuai dengan skala
prioritas yang paling mendesak untuk kepentingan nasional saat ini.
7.3. Dampak Pembangunan Pertanian terhadap Perekonomian Dirinci Menurut Kelompok Kebijakan