Perlawanan Sultan Badarudin Perang Paderi 1821-1838

pada tahun 1667 Sultan Hasanudin dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya , yang isinya: 1 VOC memperoleh monopoli perdagangan di Makasar; 2 VOC boleh mendirikan benteng di Makasar; 3 Hasanudin harus melepas daerah jajahanya; 4 Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone;

c. Perlawan Sultan Ageng Tirtayasa

Kerajaan Banten merupakan sebuah kerajaan yang mengembangkan pelabuhan bebas, sehingga perdagangan di Banten berkembang pesat. Kondisi ini mengakibatkan kondisi VOC terancam. Oleh karena itu, VOC berusaha menghancurkan banten. Kesempatan untuk menghancurkan Banten terbuka setelah terjadi perselisihan antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putera mahkota yaitu Sultan Haji. Karena dekat dengan pedagang Belanda Sultan Haji kurang disegani oleh rakyat Banten. Kedudukan Sultan Haji yang lemah memaksanya untuk bergabung dengan VOC guna menghadapi pihak Sultan Ageng Tirtayasa. Dengan bantuan VOC, akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa dapat dikalahkan. Selanjutnya Sultan Haji dipaksa oleh Belanda untuk menandatangani perjanjian yang salah satunya isinya menyatakan bahwa VOC memegang hak monopoli di Banten. Sejak saat itu Kerajaan Banten dibawah kekuasaan Belanda.

d. Perlawanan Sultan Badarudin

Beberapa penyebab utama terjadinya perlawanan Sultan Badarudin terhadap Belanda antara lain : 1 Penyerahan kembali wilayah Indonesia dari Inggris kepada Belanda; 2 Belanda melaksanakan peraturan peraturannya kembali di Sumatera; 3 Sultan Najamudin merasa keberatan menyerahkan daerahnya.

e. Perang Paderi 1821-1838

Perang Paderi terjadi di Sumatera Barat, dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol. Perang ini pada awalnya adalah perang saudara antara golongan Paderi kaum agamisulama dan golongan adat. Tetapi akhirnya Belanda ikut campur didalamnya. Beberapa penyebab terjadinya Perang Paderi :  Berkembangnya ajaran Wahabi yang ingin melaksanakan ajaran islam secara benar;  Adanya kebiasaan golongan adat yang bertentangan dengan ajaran Islam;  Hukum adat matrilineal yang tidak sesuai dengan hukum islam yang mengenal patrilineal;  Perebutan pengaruh golongan adat dan agama.  Campur tangan Belanda dalam perebutan pengaruh untuk menguasai wilayah Sumbar; Adapun penyebab khususnya ialah penyerangan kaum ulama terhadap kaum adat sehingga akhirnya kaum adat meminta bantuan Belanda. Secara umum, jalanya perang ini dibagi dalam 3 periode sebagai berikut : 1 Periode 1821-1825 Periode ini merupakan permulaan perang, karena kaum adat meminta bantuan terhadap Belanda, maka Belanda mengirimlan pasukan dibawah pimpinan Letkol Raaf. Pasukan Belanda berhasil menguasai Tanah Datar dan berhasil mendirikan Benteng Fort Van De Capellen. Untuk menghindari kerugian yang besar, pihal Belanda dan kaum Paderi melakukan Perjanjian Padang 1824, tetapi tidak mampu menghentikan perang. Kemudian pada masa pimpinan Kolonel Stuers, diadakan perjanjian kembali tahun 1825. Isi perjanjian tersebut ialah :  Diadakan penghentian tembak menembak diantara kedua belah pihak;  Tuanku Lintaau diakui kekuasaanya;  Belanda tidak campur tangan dalam masalah agama di Sumatera Barat. 2 Periode 1826-1830 Karena belum berakhirnya perang ini, Belanda mendirikan Benteng Ford De Kock di Bukit Tinggi sebagai pertahanan untuk menghadapi golongan Paderi. Pada tahap ini kekuatan Belanda terpecah karena harus menghadapi Perang Diponegoro yang terjadi di Pulau Jawa 3 Periode 1831-1836 Setelah perang Diponegoro di Pulau Jawa selesai, Belanda Menginginkan perang Paderi juga selesai. Prajurit-prajurit jawa yang ditangkap, dikirim untuk menumpas perang Paderi dibawah pimpinan Sentot Ali Basyah. Pada tahun 1834 pasukan Belanda dibawah pimpinan Cochius dan Michaels berhasil menguasai daerah Bonjol. Setelah bertahan lama, akhirnya pada tahun 1837, Imam Bonjol tertangkap. Setelah itu, wilayah Minagkabau jatuh ke tangan Belanda dan Tuanku Imam Bonjol diasingkan ke Batavia lalu ke Cianjur, Ambon dan Manadohingga wafat di sana tahun 1864.

f. Perang patimura

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray(Dua Tinggal Dua Tamu) Dengan Pendekatan Nilai Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya

0 6 192

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

Pengaruh teknik kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Guided Note Taking (GNT) terhadap hasil belajar siswa pada konsep archaebacteria dan eubacteria: kuasi eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

0 9 243

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STRAY TWO STAY TERHADAP HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS X IPS 1 SMA YADIKA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 15 95

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA PELANGGAN SMK NEGERI 1 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015.

0 2 27

(ABSTRAK) UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TSTS (TWO STAY TWO STRAY) PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS 4 MAN 2 PATI TAHUN AJARAN 2009/2010.

0 1 2

PenGARUH MOdel PeMBelAJARAn kOOPeRATIF TIPe TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TeRHAdAP HASIl BelAJAR IPA

0 0 5