menyadarkan generasi muda untuk mengembangkan dan memahami pengetahuan, sikap,  dan  ketrampilan  yang  sesuai  dengan  kepribadian  bangsa  Indonesia  yang
berdasarkan pancasila.
C. Metode  Pembelajaran  Kooperatif  Berstruktur  Two  Stay  Two  Stray
TSTS
1. Pengertian Metode Mengajar
Metode  adalah  suatu  cara  yang  dipergunakan  untuk  mencapai  tujuan  yang telah  ditetapkan.  Dalam  kegiatan  belajar  mengajar,  metode  diperlukan  oleh  guru
dan  penggunaannya  bervariasi  sesuai  dengan  tujuan  yang  ingin  dicapai  setelah pengajaran  berakhir.  Seorang  guru  tidak  akan  dapat  melaksanakan  tugasnya  bila
guru  tidak  menguasai  satupun  metode  mengajar  yang  telah  dirumuskan  dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan Djamarah, 2002: 72.
Dalam  kegiatan  belajar  mengajar,  guru  tidak  harus  terpaku  dengan  satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya
pengajaran  tidak  membosankan,  tetapi  mampu  menarik  perhatian  anak  didik. Namun penggunaan metode  yang bervariasi tidak akan menguntungkan  kegiatan
belajar  mengajar  bila  penggunaannya  tidak  tepat  dan  sesuai  dengan  situasi  yang mendukungnya dan dengan kondisi anak didik.
Metode  menurut  I  Gde  Widja,  1989:  2  adalah  cara  atau  teknik mengerjakan sesuatu. Dalam kegiatan belajar mengajar metode diartikan  sebagai
teknik  atau  cara  yang  merupakan  seperangkat  sarana  untuk  menunjang  strategi mengajar.  Metode berasal dari kata Method  yang berarti cara. Berkaitan dengan
pendidikan dan pengajaran di sekolah maka setiap pendidik harus dapat memilih
dan  mampu  menerapkan  metode  pengajaran  yang  baik  dan  tepat,  agar  terjadi interaksi  eduktif  yang  produktif.  Pemberian  kecakapan  dan  pengetahuan  kepada
anak  didik  merupakan  proses  pengajaran  yang  dilakukan  oleh  guru  dengan menggunakan metode-metode pengajaran tertentu. Hal ini disebut dengan metode
pengajaran.  Metode  pengajaran  adalah  suatu  cara  untuk  menyampaikan  materi agar materi pelajaran tersebut dapat diterima oleh siswa dengan mudah.
Penggunaan  metode  belajar  sangat  tergantung  pada  kemampuan  guru dalam  menggunakan  metode  pengajaran,  pada  intinya  untuk  mengefektifkan
komunikasi  belajar  dan  mengajar  antara  peserta  didik  dan  pendidik  Djamarah, 2002:  75.  Dari  kutipan  beberapa  pendapat  tersebut  di  atas  penulis  mengambil
kesimpulan  bahwa  metode  pengajaran  adalah  suatu  cara  yang  ditempuh  oleh seorang guru untuk menyampaikan pelajaran yang merupakan bagian dari strategi
mengajar sehingga siswa mampu menguasai materi pelajaran dengan baik. Pemberian  kecakapan  dan  pengetahuan  kepada  peserta  didik  merupakan
proses  pengajaran  yang  membutuhkan  penggunaan  metode  yang  tepat  sehingga segala  informasi  dan  pengetahuan  yang  disampaikan  oleh  seorang  guru  kepada
siswanya  mampu  terserap  secara  baik.  Semakin  bervariasi  metode  pengajaran yang  digunakan  oleh  seorang  guru  akan  semakin  berkurang  kejenuhan  yang
dialami  oleh  peserta  didik  dalam  hal  ini  adalah  siswa  dalam  mengikuti  kegiatan belajar mengajar. Metode diskusi atau kooperatif bestruktur  Two Stay Two Stray
digunakan  oleh  guru  adalah  dalam  rangka  untuk  membangkitkan  minat  dan meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pelajaran IPS materi sejarah.
Secara  teori  metode  yang  dapat  digunakan  dalam  pengajaran  IPS  materi sejarah dapat dipilih dari sekian banyaknya metode mengajar yang telah tersedia.
Namun  dalam  prakteknya  setiap  pendidik  harus  mampu  memilih  dan  mampu menerapkan  metode  pengajaran  yang  baik  dan  tepat  untuk  setiap  pokok  bahasan
yang  akan  disampaikan.  Pemilihan  metode  juga  berhubungan  dengan  model pembelajaran yang dikembangkan oleh seorang pendidik.
Pengajaran  yang  baik  dalam  pembelajaran  IPS  materi  sejarah  maupun mata  pelajaran  yang  lain,  metode,  pendekatan  dan  model  pembelajaran  yang
dipilih  merupakan  alat  komunikasi  yang  baik  bagi  pengajar  dan  peserta  didik. Sehingga  setiap  pengajaran  dan  setiap  uraian  dari  isi  pembelajaran  dapat
ditangkap  dan  diserap  oleh  siswa  serta  dapat  memberikan  motivasi  belajar  dan meningkatkan hasil belajar bagi peserta didik tersebut.
2. Metode Kooperatif Berstruktur Two Stay Two Stray TSTS
a.  Pengertian Two Stay Two Stray TSTS
Meninjau  nama  model  pembelajaran  kooperatif  ini,  yaitu  two  stay  dua tinggal  dan  two  stray  dua  berpencar,  maka  dapat  dipahami  bahwa  pada  saat
pembelajaran  berlangsung,  dari  sebuah  kelompok  akan  ada  2  siswa  yang  tetap tinggal di kelompoknya dan dua siswa yang berpencar ke kelompok lain asumsi
ada 4 orang siswa dalam setiap kelompok. Metode kooperatif berstruktur Two Stay Two Stray dikembangkan pertama
kali oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Struktur TSTS  yaitu salah satu model pembelajaran  kooperatif  yang  memberikan  kesempatan  kepada  kelompok
membagikan  hasil  dan  informasi  kepada  kelompok  lain  Anita  Lie    2010:  61.
Model pembelajaran kooperatif ini dapat digunakan oleh guru pada berbagai mata pelajaran dan berbagai tingkatan usia siswa.
Berdasarkan  pengertian  diatas  dapat  disimpulkan  model  pembelajaran kooperatif  berstruktur  Two  Stay  Two  Stray  merupakan  teknik  pembelajaran
dengan  struktur  kelompok  yang  khas  yang  bertujuan  agar  siswa  belajar  bekerja sama,  bertanggung  jawab,  saling  membantu  memecahkan  masalah  dan  saling
mendorong untuk berprestasi serta melatih siswa agar dapat bersosialisasi dengan baik.
Menurut  Agus  Suprijono  2009:93  metode  Two  Stay  Two  Stray  atau metode  dua  tinggal  dua  tamu.  Pembelajaran  dengan  metode  itu  diawali  dengan
pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan  yang  harus  mereka  diskusikan  jawabannya.  Setelah
diskusi  intrakelompok  usai,  dua  orang  dari  masing-masing  kelompok meninggalkan  kelompoknya  untuk  bertamu  pada  kelompok  yang  lain.  Anggota
kelompok  yang  tidak  dapat  tugas  sebagai  duta  tamu  mmempunyai  kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja
kelompok  mereka  kepada  tamu  tersebut.  Dua  orang  yang  bertugas  sebagai  tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka telah usai menunaikan
tugasnya,  mereka  kembali  ke  kelompoknya  masing-masing.  Setelah  kembali  ke kelompok asal, baik peserta dididk  yang bertugas bertamu maupun mereka  yang
bertugas  menerima  tamu  mencocokan  dan  membahas  hasil  kerja  yang  telah mereka tunaikan.
Guru  membuat  kelompok  yang  heterogen  dengan  alasan  memberi kesempatan  siswa  untuk  saling  mengajar  dan  saling  melengkapi,  interaksi  antar
gender  serta  memudahkan  pengelolaan  kelas  karena  masing-masing  kelompok memiliki  siswa  berkemampuan  tinggi,  yang  dapat  membantu  temannya  dalam
memecahkan  suatu  permasalahan  dalam  kelompok.  Dari  beberapa  uraian  diatas bahwa model TSTS mempunyai ciri-ciri khusus yaitu kelompok belajar terdiri dari
4  orang,  dimana  2  orang  tinggal  dikelompoknya  sebagai  sumber  informasi  atau yang  akan  mempresentasikan  hasil  kerja  kelompoknya  kepada  2  orang  dari
kelompok  lain.  Kemudian  2  orang  lagi  bertamu  untuk  mencari  informasi  dari kelompok lain.
Gambar 1 Struktur Kelompok Metode Kooperatif TSTS b.
Tahapan dalam Pembelajaran Kooperatif
Menurut  Anita  Lie  2010  :  61  terdapat  sebelas  langkah  penerapan  model TSTS, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran.
2. Guru  menggali  pengetahuan  siswa  tentang  materi  yang  akan  dipelajari
melalui tanya jawab. 3.
Guru  mempresentasikan  tata  cara  pembelajaran  kooperatif  Two  Stay  Two Stray
Dua Tinggal Dua Tamu. 4.
Guru  memberikan  pengarahan  tentang  hal-hal  penting  yang  harus diperhatikan  dalam  pembelajaran  kooperatif  seperti  :  semua  anggota
kelompok  bertanggung  jawab  atas  keberhasilan  belajar  anggota kelompoknya, menghargai pendapat teman, saling membantu selama proses
pembelajaran, membagi tugas individu sehingga semua anggota mempunyai tanggung jawab yang sama dalam mempelajari materi.
5. Siswa  dibagi  dalam  kelompok,  masing-masing  kelompok  beranggotakan  4
orang siswa. 6.
Guru  memberikan  beberapa  tugas  dan  pertanyaan  yang  harus  diselesaikan siswa secara berkelompok.
7. Siswa  bekerja  sama  dalam  kelompok  tersebut,  yang  disebut  dengan
kelompok  awal.  Dalam  kelompok  awal  ini  siswa  berdiskusi  tentang  semua permasalahan yang diberikan oleh guru.
8. Setelah  selesai,  dua  siswa  dari  masing-masing  kelompok  meninggalkan
kelompoknya  dan  bertamu  ke  kelompok  lain.  Dalam  kelompok  ini,  siswa berbagi  informasi  tentang  berbagai  permasalahan  yang  telah  dipecahkan
dalam kelompok awal. Kelompok ini disebut dengan kelompok bertamu dan bertamu ke kelompok tersebut.
9. Dua  siswa  yang  tinggal  dalam  kelompok  awal  bertugas  membagikan  hasil
kerja dan informasi kepada 2 siswa yang bertamu ke kelompok tersebut. 10.  Setelah  batas  waktu  bertamu  dan  menerima  tamu  habis,  tamu  mohon  diri
untuk kembali ke kelompok awal dan melaporkan hasil tukar informasi dari kelompok lain.
11.  Siswa  yang  bertamu  ke  kelompok  lain  dan  siswa  yang  bertugas  menerima tamu  dari  kelompok  lain  saling  mencocokkan  dan  membahas  hasil-hasil
kerja siswa. Berdasarkan uraian diatas tentang   pembelajaran  TSTS memiliki kelebihan
bahwa  setiap  siswa  jadi  lebih  aktif  karena  setiap  siswa  mempunyai  aktivitas  dan tanggung  jawab  masing-masing  untuk  kelompoknya,  dapat  meningkatkan
motivasi  belajar  siswa  karena  setiap  siswa  mempunyai  tanggung  jawab  belajar baik  untuk  dirinya  sendiri  maupun  kelompoknya,  prestasi  dan  daya  ingat  saat
bertamu,  meningkatkan  kreativitas  misalnya  berkaitan  dengan  bagaimana  cara mereka menyajikan hasil kerja kelompok mereka kepada tamu anggota kelompok
lain yang berkunjung ke kelompoknya.
D. Hasil Belajar