tempat adalah hal yang berkaitan dengan masalah geografis. Latar tempat menyangkut diskripsi tempat suatu peristiwa cerita terjadi, misalnya cerita di
pedesaan, perkotaan, sekolah, atau lingkungan rumah. 2 Latar waktu berkaitan dengan masalah sejarah historis, mengacu pada saat terjadinya peristiwa. Melalui
pemerian waktu kejadian yang jelas, akan tergambar tujuan cerita secara jelas pula. Rangkaian peristiwa tidak mungkin terjadi jika dilepaskan dan perjalanan waktu,
yang dapat berupa jam, hari, tanggal, bulan, tahun, bahkan zaman tertentu yang melatarbelakanginya. 3 Latar sosial berkaitan dengan kehidupan kemasyarakatan.
Latar sosial merupakan lukisan status yang menunjukkan seorang atau beberapa orang tokoh dalam masyarakat yang ada di sekitarnya. Statusnya dalam kehidupan
sosialnya dapat digolongkan menurut tingkatannya, seperti kaya, miskin, pegawai negeri, buruh, dan sebagainya.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan latar atau setting adalah segala keterangan, petunjuk, penagcuan, yang berkaitan dengan tempat,
waktu, dan suasana. Latar dikatakan baik apabila mampu menggambarkan latar tempat, latar waktu, secara tepat dan jela sesuai dengan peritiwa yang terjadi dalam
cerpen.
2.2.1.2.5 Sudut Pandang atau Point Of View
Sudut pandang atau point of view adalah cara pengarang memandang siapa yang bercerita di dalam cerita itu atau sudut pandang yang diambil pengarang untuk
melihat suatu kejadian cerita. Sudut pandang ini berfungsi melebur atau
menggabungkan tema dengan fakta. Untuk menceritakan suatu hal dalam cerita fiksi, pengarang dapat memilih dari sudut mana ia akan menyajikannya. Sayuti 2009: 74.
Suharianto 2005:25 mengatakan bahwa siapa yang bercerita itulah yang disebut sudut pandang atau point of view. Ada beberapa jenis sudut pandang, yakni :
1 pengarang sebagai pelaku utama cerita yaitu tokoh akan menyebut dirinya “aku”, 2 pengarang ikut main tetapi bukan sebagai pelaku utama. Dengan kata lain, cerita
tersebut merupakan kisah orang lain tetapi pengarang terlibat didalamnya, 4 pengarang serba hadir, 4 pengarang peninjau.
Menurut Kusmayadi 2010:26 sudut pandang atau pusat pengisahan point of view dipergunakan untuk menentukan arah pandang pengarang terhadap peristiwa-
peristiwa di dalam cerita, sehingga tercipta suatu kesatatuan cerita yang utuh. Oleh karena itu, sudut pandang pada dasarnya adalah visi pengarang, dalam arti bahwa ia
merupakan sudut pandangan yang diambil oleh pengarang untuk melihat peristiwa dan kejadian dalam cerita.
Dari beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa sudut pandang atau point of view adalah cara memandang yang digunakan pengarang sebagai sarana
untuk menyajikan tokoh, tindakan latar, dan sebagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah cerita kepada pembaca.
2.2.1.2.6 Gaya Bahasa
Gaya erat hubungannya dengan nada cerita, gaya bahasa merupakan pemakaian bahasa yang spesifik dari seorang pengarang. Aminudin 2010:72
mengemukakan bahwa gaya bahasa mengandung pengertian cara pengarang
menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya
intelektual dan emosi pembaca. Wiyanto 2005:84 mengemukakan bahwa gaya bahasa adalah: cara khas
dalam menyampaikan pikiran dan perasaan. Dengan cara yang khas itu kalimat- kalimat yang dihasilkannya menjadi hidup. Karena itu, gaya bahasa dapat
menimbulkan perasaan tertentu, dapat menimbulkan reaksi tertentu, dan dapat menimbulkan tanggapan pikiran pembaca. Semua itu menyebabkan karya sastra
menjadi indah dan bernilai seni. Menurut Kusmayadi 2010:27 gaya bahasa adalah teknik pengolahan
bahasa oleh pengarang dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa harus didukung oleh pemilihan kata diksi yang tepat.
Gaya merupakan cara pengungkapan seseorang yang khas bagi seorang pengarang. Gaya juga dapat diartikan cara pengarang menggunakan bahasa. Gaya seseorang
pengarang tidak akan sama apabila dibandingkan dengan gaya pengarang lainnya. Sebab, pengarang tertentu selalu menyajikan hal-hal yang berhubungan erat dengan
selera pribadinya dan kepekaannya terhadap segala sesuatu yang ada disekitarnya. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah
keterampilan pengarang dalam mengolah dan memilih bahasa secara tepat dan sesuai dengan watak pikiran dan perasaan. Setiap pengarang mempunyai gaya yang
berbeda-beda dalam mengungkapkan hasil karyanya. Dengan adanya gaya bahasa maka cerita akan terlihat semakin menarik dan enak dibaca.
2.2.1.2.7 Amanat