b. DO Disolved Oxygen
DO Disolved Oxygen merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu
perairan. Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam ekosistem akuatik, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian
besar organisme. Oksigen terlarut di dalam air dihasilkan dari proses fotosintesis tumbuhan air dan dari udara yang masuk melalui proses difusi yang secara lambat
menembus permukaan air Wardhana, 1995. Selain itu juga sangat dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti temperatur, salinitas dan proses fotosintesis Brower et.al,1990.
Menurut Michael 1994 oksigen hilang dari air secara alami oleh adanya pernafasan biota, penguraian bahan organik, aliran masuk air bawah tanah yang miskin
oksigen dan kenaikan suhu. Kelarutan maksimum oksigen di dalam air terdapat pada suhu O
C yaitu sebesar 14,16 mgl O
2
, sedangkan nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya tidak lebih kecil dari 8 mgl O
2
. Sastrawijaya 1991 menyatakan bahwa kehidupan di air dapat bertahan jika ada oksigen terlarut minimum sebanyak 5 mg
oksigen dalam setiap liter selebihnya tergantung pada ketahanan organisme, derajat keaktifan, kehadiran pencemar, temperatur dan sebaliknya. Dengan peningkatan suhu
akan menyebabkan konsentrasi O
2
menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah akan meningkatkan konsentrasi O
2
terlarut Barus, 2001.
c. BOD
5
Biochemichal Oxygen Demand
BOD
5
Boichemical Oxygen Demand menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk mencegah atau mengoksidasi senyawa
organik di dalam air yang diukur pada temperatur 20 C Fardiaz,1992. Dalam proses
oksidasi secara biologis dibutuhkan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan proses oksidasi secara kimiawi. Pengukuran BOD yang umum dilakukan adalah
pengukuran selama lima hari BOD
5
karena selama lima hari jumlah senyawa organik yang diuraikan sudah mencapai 70 Forstner dalam Barus,1996. Manahan 1984
dalam Wargadinata 1995 menyatakan bahwa kebutuhan oksigen oleh hidrobiota akan meningkat apabila oksigen terlarut di perairan semakin kecil, hal ini dapat
diakibatkan karena banyaknya substansi yang terlarut di dalam air. Oksigen yang
Universitas Sumatera Utara
terlarut dipergunakan untuk proses oksidasi, sehingga menyebabkan oksigen terlarut semakin kecil dan angka BOD
5
semakin tinggi. Angka BOD
5
yang tinggi menunjukkan terjadinya pencemaran organik di perairan.
Konsentrasi BOD
menunjukkan suatu kualitas perairan yang masih tergolong baik dimana apabila konsumsi O
2
selama periode 5 hari berkisar 5 mgl O
2
maka perairan tersebut tergolong baik dimana apabila konsumsi O
2
berkisar antara 10 mgl – 20 mgl O
2
menunjukkan tingkat pencemaran oleh materi organik yang tinggi dan untuk air limbah nilai BOD umumya lebih dari 100 mgl Brower et al, 1990.
d. COD Chemichal Oxygen Demand
Nilai COD menyatakan oksigen total yang dibutuhkan dalam proses oksidasi kimia yang dinyatakan dalam mg O
2
l. Dengan mengukur nilai COD maka akan diperoleh nilai yang menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses
oksidasi terhadap total senyawa organik baik yang mudah diuraikan secara biologis Barus, 2004.
e. pH Derajat Keasaman
Setiap spesies memiliki toleransi yang berbeda terhadap pH. Nilai pH ideal bagi kehidupan organisme aquatik termasuk planktin pada umumnya berkisar antara 7
sampai 8,5. kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadiya
ganguanmetabolisme dan respirasi. Disamping itu pH yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik semakin
tinggi yang tentunya akan mengancam kelangsungan hidup organisme aquatik. Sementara pH yang tinggi akan menyebabkan keseimbangan antara amonium dan
amoniak dalam air akan terganggu, dimana kenaikan pH diatas normal akan meningkatkan konsentrasi amoniak yang juga bersifat sangat toksik bagi organisme
Barus, 2004. Pengukuran pH air dapat dilakukan dengan cara kalorimeter, dengan kertas
meter, dan dengan pH meter. Pengukuran tidak begitu berbeda dengan pengukura pH tanah. Yang perlu diperhatikan adalah cara pengambilan sampelnya yang benar
sehingga nilai pH yang diperoleh benar Suin, 2002. Nilai pH air yang normal adalah
Universitas Sumatera Utara
netral, yaitu antara 6 sampai 8, sedangkan pH air yang tercemar, misalnya oleh air limbah cair berbeda-beda nilainya tergantung jenis limbahnya dan pengolahannya
sebelum dibuang Kristanto, 2002.
f. Intensitas Cahaya