untuk perahu yang membawa penumpang dari desa Bandar Tarutung ke Desa Angkola Sangkunur. Sungai Batang Toru di stasiun 2 Desa Bandar Tarutung sampai sampai
ke muara sungai di peisisir Samudera Hindia merupakan sarana transportasi perahu dengan penumpang 10 – 12 orang.
Pemukiman penduduk yang dekat sungai juga menyumbang feses ke badan sungai. Sungai digunakan oleh penduduk setempat sebagai MCK. Sementara itu rendahnya
coliform pada stasiun 1 erat kaitannya dengan kondisi sosial sebagain masyarakat yang sudah mempunyai MCK dan stasiun 3 jauh dari pemukiman. Ditinjau dari baku mutu
air golongan 1 sesuai dengan Peraturan Pemerintah no. 82 Tahun 2001, bahwa jumlah total coliform maksimum 1000 APM100ml, dapat diambil kesimpulan bahwa perairan
sungai Batang Toru tergolong baik dan masih layak untuk dikonsumsi sebagai air minum.
IV.7 Sifat Fisika, Kimia dan Biologi di Perairan Sungai Batang Toru Berdasarkan Metode Storet
Sifat fisika- kimia dan biologi air yang terdapat di sungai Batang Toru dihubungkan dengan kriteria yang dikemukakan oleh Storet yang lebih dikenal dengan metode
Storet tercantum pada tabel 4.7
43
Tabel 4.7 Kondisi Fisik, Kimia dan Biologi Air yang Terdapat di Perairan Sungai Batang Toru Menurut Metode Storet
No Parameter Baku Mutu Hasil Pengukuran Score Air
Gol.1 Min Max Rata
2
Mi n
Max Rata
2
Total
1.
Suhu C Deviasi
3 25
27 26 0 0 0 0
2.
pH 6-9 7,3 7,4 7,36 0 0 0 0
3.
DO mgl 6
7,2 7,6
7,36
4.
BOD
5
mgl 3 0,2 0,4 0,33 0 0 0 0
5.
NO
3 -
mgl 10 0,0452
0,0518 0,0482
0 0 0 0
Universitas Sumatera Utara
6.
PO
4 3-
mgl 0,2 0,1535
0,2125 0,180 0 -4 0 -4
7.
COD mgl 10 4,3384
5,1272 4,7328
0 0 0 0
8.
TSS mgl 50 32 40
36,66
9.
TDS mgl 1000 142 236 197,33
0 0 0 0
10.
Total Coliform
5000 15 150 62 0 0 0 0
Total score -4
Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Berdasarkan tabel 4.7 skor tertinggi terdapat pada lokasi stasiun 3 yaitu
sebesar -4, dan yang terendah terdapat pada lokasi stasiun 1 dan stasiun 2. Dihubungkan dengan baku mutu air golongan I, nilai Storet yang diperoleh pada 3
stasiun penelitian, yaitu stasiun 1 dan 2 dengan skor 0 tergolong kelas A, kategori perairan memenuhi baku mutu. Stasiun 3 termasuk kelas B yaitu baik kategori
tercemar ringan yaitu dengan dengan skor -4, sehingga perairan ini dinyatakan masih tercemar ringan.
IV.8 Analisa Korelasi Pearson r Antara faktor Fisik Kimia dengan Indeks Keanekaragaman Plankton
Nilai Korelasi yang diperoleh antar parameter fisik kimia perairan dengan
keanekaragaman plankton dapat dilihat pada Tabel 4.8.
44
Tabel 4.8 Nilai Korelasi Spearman yang diperoleh antar parameter fisik kimia perairan dengan Keanekaragaman Plankton yang didapatkan pada
setiap Stasiun Penelitian
PARAMETER R correlation
Keterangan
Suhu +1.000
Sangat kuat
Intensitas cahaya +.500
Sedang
H’ pH
-.866
Sangat kuat
Universitas Sumatera Utara
DO -1.000
Sangat kuat
BOD
5
+.866
Sangat kuat
COD +1.000
Sangat kuat
Nitrat +1.000
Sangat kuat
Fosfat +1.000
Sangat kuat
TDS -.500
Sedang
TSS -.500
Sedang
Kejenuhan Oksigen -.500
Sedang
Keterangan : : Korelasi sangat nyata
Nilai + : Arah korelasi searah Nilai - : Arah korealsi berlawanan
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil uji analisis korelasi Spearman antara faktor fisik kimia perairan dengan keanekaragaman plankton berbeda tingkat korelasi dan arah
korelasinya. Suhu, Intensitas cahaya, BOD
5
, COD, Nitrat dan Posfat berkorelasi positif dengan keanekaragaman plankton. Sedangkan pH, DO, TDS, TSS dan Kejenuhan
Oksigen berkorelasi negatif dengan keanekaragaman plankton. Berkorelasi positif berarti semakin tinggi nilai suatu faktor fisik kimia perairan maka semakin tinggi pula
keanekaragaman plankton dan sebaliknya. Sedangkan berkorelasi negatif berarti semakin tinggi nilai faktor fisik kimia maka semakin rendah keanekaragaman
plankton. Nilai indeks korelasi antara Suhu, BOD
5
COD, Nitrat dan Posfat dengan keanekaragaman plankton berkorelasi positif dengan tingkat hubungan sangat kuat,
sedangkan Intensitas cahaya berkorelasi positif dengan tingkat hubungan sedang. Hal ini menunjukkan bahwa nilai parameter tersebut
sampai batas toleransi dapat mengakibatkan semakin tinggi pula nilai indeks keanekaragaman plankton.
Nilai indeks korelasi antara pH, DO, TDS, TSS dengan keanekaragaman plankton berkorelasi negatif dan memiliki tingkat hubungan sangat kuat, sedangkan
Kejenuhan Oksigen juga berkorelasi negatif namun memiliki pengaruh yang kuat. Hal ini menunjukkan peningkatan nilai parameter tersebut mengurangi indeks
keanekaragaman plankton.. Menurut Sarwono 2005 tingkat hubungan nilai indeks korelasi dinyatakan
sebagai berikut:
Tabel 4.9. Interval Korelasi dan Tingkat Hubungan antar faktor
Universitas Sumatera Utara
No Interval Koefisien Tingkat Hubungan
1 0,00 - 0,199
Sangat Rendah 2
0,20 - 0,399 Rendah
3 0,40 - 0,599
Sedang 4
0,60 - 0,799 Kuat
5 0,80 - 1,000
Sangat Kuat Semakin tinggi suhu sampai batas optimum memberi pengaruh baik bagi
kehidupan plankton. Artinya jumlah dan keanekaragaman plankton akan semakin besar. Intensitas cahaya matahari akan mempengaruhi suhu air. Intensitas cahaya
matahari berbanding lurus dengan suhu air, peningkatan Intensitas cahaya matahari akan diikuti peningkatan suhu air. Intensitas cahaya juga mempengaruhi penetrasi
cahaya . Apabila Intensitas cahaya tinggi, maka penetrasi cahaya lebih besar. Cahaya yang masuk ke dalam air akan dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk berfotosintesis.
Fitoplankton juga membutuhkan NO
3 -
dan PO
4 3-
untuk kelangsungan hidupnya, Kadar Nitrogen yang tinggi dalam perairan dapat merangsang pertumbuhan alga secara tak
terkendali blooming. Keberadaan Posfat di perairan sangat penting terutama berfungsi dalam pembentukan protein dan metabolisme bagi organisme. Perairan
yang mengandung kadar Posfat cukup tinggi melebihi kebtuhan normal organisme akuatik akan menyebabkan blooming. Jumlah fitoplankton yang banyak di dalam air
akan menjamin ketersediaan makanan bagi zooplankton sehingga populasi zooplankton juga semakin besar.
Hubungan yang sangat kuat dan memiliki korelasi terbalik terdiri dari pH, DO, TD dan TSS. pH merupakan faktor lingkungan
yang dapat berperan sebagai faktor pembatas pada perairan Michael, 1984. Dalam hal ini sebagian biota air sensitif terhadap perubahan nilai pH. Organisme air dapat
hidup dalam perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah dengan basa lemah. Stasiun 3 memiliki nilai pH lebih rendah dibanding
stasiun 1 dan 2 disebabkan oleh adanya kandungan bahan organik yang lebih tinggi di lokasi tersebut sehingga menghasilkan asam organik yang lebih banyak melalui proses
Universitas Sumatera Utara
penguraian bahan organik secara aerob. Kandungan asam organik tersebut dapat menyebabkan terjadinya penurunan nilai pH. Penurunan pH mendekati netral 7 akan
meningkatkan Indeks Keanekaragaman Plankton. Proses penguraian bahan organik secara aerob akan mengakibatkan penurunan kadar DO, sehingga DO di stasiun 3
lebih rendah dibanding stasiun 1 dan 2. Penguraian bahan organik secara aerob juga akan mengurangi jumlah padatan di dalam air. Sehingga TSS dan TDS di stasiun 3
lebih rendah dan memberikan efek baik bagi kehidupan plankton, sehingga indeks keanekaragaman plankton di stasiun 3 lebih tinggi.
47
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan terhadap keanekaragaman plankton sebagai bioindikator kualitas air sungai Batang Toru diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Sifat fisik, kimia dan biologi sungai Batang Toru
b
erdasarkan PP 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan metode
stroret untuk kategori air golongan I, maka stasiun 1 dan 2 tergolong dalam kelas A tidak tercemar, sedangkan stasiun 3 tergolong dalam kelas B tercemar ringan.
2.
Keanekaragaman plankton lebih tinggi di stasiun 3 sebesar 2,857, diikuti stasiun 2 sebesar 2,555 dan stasiun 1sebesar 2,008. Berdasarkan indeks keanekaragaman
Shannon-Wienner, stasiun 1,2,3 termasuk ke dalam kelompok perairan yang tercemar sedang.
Total kelimpahan plankton tertinggi terdapat di stasiun 3 sebesar 13612,65 indl dan terendah terdapat di stasiun 1 sebesar 1306,12 indl.
3. Suhu, Intensitas cahaya, BOD
5
, COD, Nitrat dan Posfat memiliki korelasi positif pH, DO, TDS dan TSS dan Kejenuhan Oksigen memiliki korelasi negatif dengan
keanekaragaman plankton.
V.2 Saran