TSS Total Suspended Solid Suhu DO Disolved Oxygen BOD COD Chemichal Oxygen Demand pH derajat Keasaman Intensitas Cahaya

h. TDS Total Dissolved Solid

TDS merupakan ukuran zat terlarut baik itu zat organik maupun anorganik, mis : garam, dll yang terdapat pada sebuah larutan. Umumnya berdasarkan definisi di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air larutan harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 mikrometer 2×10 -6 meter. Jumlah kandungan zat padat terlarut dalam air juga mempengaruhi penetrasi cahaya matahari amsuk ke dalam badan perairan, Jika nilai TDS tinggi maka penetrasi cahaya matahari akan berkurang, akibatnya proses fotosintesis juga akan berkurang yang akhirnya akan mempengaruhi produktivitas perairan Sastrawijaya, 1991

i. TSS Total Suspended Solid

Total suspended solid atau padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen seperti bahan-bahan organik tertentu, tanah liat dan lain-lain. Misalnya air permukaan mengandung tanah liat dalam bentuk tersuspensi. Partikel tersuspensi akan menyebarkan cahaya yang datang, sehingga menurunkan intensitas cahaya yang disebarkan. Padatan tersuspensi dalam air umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplankton, sisa tanaman dan limbah industri Widowati, dkk, 2008.

II.6. Faktor biotik yang mempengaruhi perairan Bakteri Coli Colifecal

Penetuan kalitas air secara mikrobiologis menurut APHA American Public Health Association dan WHO World Health Organization dilakukan berdasarkan analisis kehadiran jasad indicator, yaitu golongan Coli Fecal yang selalu ditemukan di dalam tinja manusia dan hewan berdarah panas, baik yang sehat maupun yang sakit Nugroho, 2006 Universitas Sumatera Utara Eschericha coli pada awalnya dikenal sebagai Bacterium coli, diidentifikasi oleh Theodor Esccherich tahun 1885. bakteri ini banyak terdapat di saluran pencernaan manusia serta hewan. Colifekal adalah bakteri coli yang berasal dari kotoran manusia dan hewan mamalia. Bakteri ini bias masuk ke perairan bila ada buangan feses yang masuk ke dalam badan air sehingga memungkinkan zat-zat yang terdapat pada feses bias jadi toksik yang membahayakan plankton. Kehadiran bakteri colifekal di dalam air mengindikasikan perairan itu kemungkinan tercemar sehingga tidak bisa dijadikan sebagai sumber air minum Sastrawijaya, 2000. Pencemaran air oleh pembuangan kotoran yang belum diolah dapat ditemukan dengan menguji air tersebut untuk mengetahui adanya bakteri-bakteri berbentuk coli yang hanya ditemukan di dalam saluran pencernaan mamalia. Tidak semua coli berasal dari feses. Karena bentuk coli feses tidak tumbuh normal di luar saluran pencernaan, maka kehadiran mereka di air tanah merupakan petunjuk yang pasti dari pencemaran oleh pembuangan kotoran Michael, 1994. Ada korelasi antara jumlah coliform fecal dalam suatu perairan dengan terjangkitnya penyakit yang disebabkan perairan tersebut dan bisa juga mempengaruhi kehidupan plankton yang ada dalam perairan. Universitas Sumatera Utara 18

BAB III BAHAN DAN METODE

III.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2010 sampai Maret 2011 di Sungai Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Sungai ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai aktivitas antara lain: sumber air minum, mandi, cuci, kakus MCK, dan air untuk pertanian. III.2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi sampling untuk pengambilan sampel plankton adalah “ Purposive Random Sampling” pada 3 tiga stasiun pengamatan Lampiran I. Pada masing-masing stasiun dilakukan 3 tiga kali ulangan pengambilan sampel. III.3. Deskripsi Area a. Stasiun 1 Stasiun ini terletak di Jembatan Trikora batas Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan, Desa Hapesong, Kabupaten Tapanuli Selatan yang secara geografis terletak pada 1º20’0,7” LU 99º01’21,0” BT, pada stasiun ini sering dijumpai aktivitas domestik masyarakat. Universitas Sumatera Utara 19 Gambar 3.1. Stasiun 1 Keterangan : substrat : batu, lumpur berpasir vegetasi : pohon, rumput b. Stasiun 2 Stasiun ini terletak di Desa Bandar Tarutung, Kec. Angkola Sangkunur Kab. Tapanuli Selatan, yang secara geografis terletak pada 01º25’30,9” LU 099º00’03,6” BT. Disebelah kiri dan kanan sepanjang aliran sungai terdapat perkebunan karet, tanaman budidaya masyarakat dan beberapa rumah pendduk. Di badan sungai terdapat kegiatan penambangan pasir, digunakan sebagai alur transportasi sungai. Gambar 3.2. Stasiun 2 Keterangan : Universitas Sumatera Utara substrat : lumpur berpasir vegetasi : pohon, rumput, pisang, karet, kelapa sawit 20 c. Stasiun 3 Stasiun ini terletak di Muara Sungai Batang Toru di Danau Siais Kecamatan Angkola Sangkunur, Kabupaten Tapanuli Selatan, yang secara geografis terletak pada 1º20’0,7” LU 99º01’21,0” BT. Menangkap ikan merupakan kegiatan masyarakat di stasiun 3. Gambar 3.3. Stasiun 3 Keterangan : substrat : lumpur berpasir vegetasi : rumput III.4 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian antara lain adalah pH meter, lux meter thermometer, pipet tetes, erlenmeyer 125 ml, spuit, plankton net, ember 5 liter, botol film, cool box, tali plastik, plastik 5 kg, lakban, kertas label, pensil, spidol, botol alkohol, dan GPS. Sedangkan bahannya yang digunakan adalah MnSO 4 , KOH-KI, H 2 SO 4 Na 2 S 2 O 3 , alkohol, lugol dan amilum. III.5 Pengambilan Sampel Plankton Sampel air dari permukaan diambil dengan menggunakan ember kapasitas 5 liter sebanyak 25 liter, kemudian dituang ke dalam plankton net jaring Plankton. Sampel plankton yang terjaring akan terkumpul dalam tempat penampung bucket yang Universitas Sumatera Utara selanjutnya dituang kedalam botol film dan diawetkan menggunakan lugol sebanyak 3 tetes dan diberi label. 21 Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Departemen Biologi FMIPA USU. Sampel diamati dengan menggunakan buku identifikasi dengan menggunakan buku identifikasi Edmondson 1963, Bold Wyne 1985, dan Pennak 1989. III.6 Pengukuran Faktor Fisik, Kimia dan Biologi Perairan

a. Suhu

Suhu air diukur dengan menggunakan termometer air raksa yang dimasukkan kedalam sampel air selama lebih kurang 10 menit. Kemudian dibaca skala pada termometer tersebut Suin, 2002.

b. DO Disolved Oxygen

DO diukur dengan metoda winkler. Sampel air diambil dari dasar perairan dan dimasukkan ke dalam botol winkler kemudian dilakukan pengukuran oksigen terlarut Bagan kerja Lampiran B.

c. BOD

5 Biochemichal Oxygen Demand Pengukuran BOD 5 dilakukan dengan menggunakan metoda winkler. Sampel air yang diambil dari perairan dimasukkan ke dalam botol winkler Bagan kerja Lampiran C.

d. COD Chemichal Oxygen Demand

Pengukuran COD dilakukan dengan metoda refluks di Laboratorium Kimia Pusat Penelitian Lingkungan Universitas Sumatera Utara Medan Bagan kerja Lampiran D.

e. pH derajat Keasaman

Universitas Sumatera Utara Nilai pH diukur dengan menggunakan pH meter dengan cara memasukkan pH meter ke dalam sampel air yang diambl dari prairan sampai pembacaan pada alat konstan dan dibaca angka yang tertera pada pH meter tersebut Barus, 2004.

f. Intensitas Cahaya

Diukur dengan menggunakan lux meter yang diletakkan ke arah datangnya cahaya, kenudian dibaca angka yang tertera pada lux meter Suin, 2002.

g. Kandungan Nitrat