BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penggunaan metode kualitatif dan pemanfaatan teori tuturan lisan Held 2005: 136 menjelaskan, The main focus of empirical methods is beginning to move in a
qualitative direction: together with the criteria of speech-act theory this seems to guarantee the greatest success in researching politeness.”
Pendekatan kualitatif yang dilakukan di dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi secara emik dari informan dengan menggunakan metode
wawancara dan pengamatan, mengumpulkan data leksikon. Pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Tetapi penelitian ini
merupakan penelitian bersifat kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian kaji tindak yang bertujuan untuk
menjawab berbagai persoalan yang diangkat dalam penelitian ini secara mendalam. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Smith dan
Cormaek dalam Moleong 2005: 239 menjelaskan bahwa penelitian kaji tindak sebagai proses untuk memperoleh hasil perubahan dan memanfaatkan hasil
perubahan yang diperoleh dalam penelitian ini. Penelitian kaji tindak adalah cara melakukan penelitian dan berupaya
bekerja untuk memecahkan masalah pada saat yang bersamaan. Pendekatan yang dilakukan untuk pengukuran dasar dengan
48
Universitas Sumatera Utara
memanfaatkan pengamatan, pengumpulan data, wawancara, dan kuesioner. Metode penelitian lain yang digunakan sebagai penilaian
masalah, tujuan terlebih dahulu dirumuskan, dan keputusan-keputusan yang dibuat tentang bagaimana menelaah adanya perubahan Moleong,
2005: 239. Pada penelitian ini, penelitian kuantitatif adalah aspek yang erat kaitannya
dengan jenis data pengujian pemahaman leksikon bahasa tradisi lisan, dan mampu menjelaskan makna pemahaman leksikon tersebut. Di samping data pengujian
pemahaman leksikon, kepada responden juga dilakukan wawancara untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan tentang upacara perkawinan adat Tapanuli
Selatan, dan bagaimana keterlibatan responden dengan upacara perkawinan tersebut.
Hasil analisis data dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan maka, rancangan penelitian ini menganut
perpaduan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Sejalan dengan penjelasan di atas Sudaryanto menjelaskan 1993, penelitian sangat terkait dengan teknik-teknik
survey sosial seperti: wawancara terstruktur dan kuesioner-kuesioner yang tersusun,eksperimen, observasi terstruktur, analisis isi, analisis statistik formal dan
sebagainya. Penelitian kualitatif berkaitan dengan pengamatan berpartisipasi, wawancara semi dan tidak tersrtruktur, kelompok-kelompok fokus, telaah teks-
teks kualitatif, dan teknik analisis wacana lisan yang dituliskan dalam bentuk teks. Mensinergiskan kedua pendekatan ini dengan maksud memperkecil bias
penelitian dan memantapkan triangulasi untuk pengumpulan data. Triangulasi
Universitas Sumatera Utara
bersumber tentang multiple operationism yang mengasumsikan sahihnya suatu temuan dan tingkat konfidensinya akan dipertinggi dengan pemakaian lebih dari
satu pendekatan Brannen, 1997. Kedua data primer dan data sekunder, data sekunder diperoleh memalui wawancara dengan raja-raja, pelaku adat, tokoh
masyarakat, responden, sumber tertulis, dan data kependudukan dari Badan Pusat Statistik BPS Kota Padangsidimpuan.
Kerangka model penelitian yang digunakan untuk memenuhi kriteria descriptive adequacy dan explanatory adequacy dirancang berdasarkan kerangka
model yang dikembangkan Watts yakni dengan melalui prosedur sebagai berikut: 1.
Mengidentifikasi masalah tradisi lisan yang dipakai pada upacara perkawinan adat Tapanuli Selatan.
2. Mengumpulkan leksikon yang dipakai oleh pelaku adat pada upacara
perkawinan Tapanuli Selatan. 3.
Mengklasifikasikan leksikon yang dipakai oleh pelaku adat pada upacara perkawinan adat berdasarkan kajian ekolinguistik.
4. Merumuskan permasalahan atau mengidentifikasi masalah.
5. Memilih metode penelitian dan evaluasi.
6. Menguji pemahaman leksikon yang telah diklasifikasi berdasarkan
ekolinguistik kepada remaja di Kota Padangsidimpuan seberapa besar penyusutan pemahaman leksikon yang dipakai pada tradisi lisan upacara
perkawinan adat Tapanuli Selatan. 7.
Mencari penyebab mengapa terjadi penyusutan pemahaman remaja terhadap leksikon yang dipakai pada upacara perkawinan adat Tapanuli Selatan.
Universitas Sumatera Utara
8. Mencari nilai-nilai tradisi lisan yang terkandung pada upacara perkawinan
adat Tapanuli Selatan dan berusaha merevitalisasi tradisi lisan pada upacara perkawinan adat Tapanuli Selatan, dan
9. Menyimpulkan hasil penelitian.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian