Dalihan Natolu Upacara perkawinan adat Tapanuli Selatan

sejalan dan tidak boleh bertentangan dengan patik dan uhum. Oleh karena itu perlu pemahaman patik dan uhum agar pelaksanaan ugari tidak simpang siur dan rancu yang mengakibatkan kekacauan masyarakat adat. Ugari memuat peraturan yang lebih konkrit yang berkaitan dengan konsekuensi uhum. Ugari dirumuskan dan ditetapkan melalui musyawarah adat. Berbagai masalah yang timbul di kalangan masyarakat pemecahannya harus mengacu kepada ugari. Oleh karena itu ugari lazim disebut dengan na di adatkon, yaitu produk masyarakat adat yang diakui sebagai aturan yang disepakati untuk diberikan jalan keluar atas berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat adat. Contoh konkret ugari adalah pada pemotongan kerbau dalam upacara perkawinan adat, tata cara pelaksanaannya dapat berbeda-beda namun tujuannya tetap sama. Kerbau dipotong di atas rompayan para-para di depan rumah dengan maksud agar semua orang dapat menyaksikan bahwa upacara adat itu telah dilakukan menurut adat dan disaksikan oleh semua orang. Bahwa persyaratannya telah terpenuhi dengan memotong kerbau. Kerbau yang dipotong juga dipergunakan untuk upah-upah.

2.2.2 Dalihan Natolu

Dalihan secara etimologi berarti ”tungku” tolu berarti ”tiga”, dalihan biasanya terbuat dari batu dengan ukuran yang sama, kalau besar dan panjangnya tidak sama maka tungku itu tidak berfungsi sebagai mana mestinya Ritonga dan Azhar, 2002: 8. Dalihan Na Tolu pada masyarakat adat Mandailing mengandung arti, tiga kelompok masyarakat yang merupakan tumpuan. Dalam upacara-upacara adat lembaga Dalihan Na Tolu ini memegang peranan yang penting dalam Universitas Sumatera Utara menetapkan keputusan-keputusan. Dalihan Na Tolu yang terdiri dari 3 tiga unsur tersebut terdiri dari kelompok: a Suhut dan kahangginya; b Anak boru; c Mora. Setiap orang secara pribadi memiliki 3 tiga dimensi dalam kedudukannya sebagai unsur Dalihan Na Tolu ataupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itulah orang Tapanuli Selatan Mandailing, Batak dapat menyesuaikan diri jika dibutuhkan. Dalam masyarakat simalungun umpamanya dikenal istilah Tolu Sahundulan Lima Saodoran, yang berarti kedudukan nan tiga, barisan nan lima tiga kedudukan dijabat oleh lima orang yaitu tondong, sanina, anak boru sebagai kedudukan dan dijabat oleh lima orang yaitu Tondong, Sanina, Suhut, Anak Boru Jabu, Anak Boru Mantori Rosnidar sembiring,Thesis,2001: 104-105 Rajamarpodang 1995: 55-56 membagi ketiga unsur tersebut antara lain: Pertama kerabat langsung yang menjadi pusat kegiatan disebut dengan suhut oleh Batak Mandailing-Batak Angkola, Batak Toba, Batak Simalungun. Sukut oleh Batak Karo dan Batak Pakpak-Dairi. Suhut atau sukut terdiri dari keluarga batih sesama keluarga, yang disebut kahanggi oleh Batak Mandailing-Batak Angkola, dongan tubu atau dongan sabutuha oleh Batak Toba, saboltok sanina oleh Batak Simalungun, sanina oleh Batak Batak Karo dan dnggan sabith oleh Batak Pakpak- Dairi. Unsur kedua adalah yang fungsinya memberikan nasihat, membina merestui kegiatan, ialah kerabat asal pengambilan isteri oleh unsur pertama disebut mora oleh Batak Mandailing-Batak Angkola, hula-hula oleh Batak Toba, tondong oleh Batak Simalungun, kalimbubu oleh Batak Karo dan kula oleh Batak Pakpak-Dairi. Universitas Sumatera Utara Unsur ketiga yang fungsinya menjadi kekuatan pada setiap kegiatan, ialah kerabat yang mengambil istri dari unsur pertama disebut anak boru oleh Batak Mandailing-Batak Angkola, boru oleh Batak Toba dan Batak Simalungun, anak beru oleh Batak Karo dan anak brru oleh Batak Pakpak-Dairi.

2.3 Ekolinguistik

Ekolinguistik mengkaji interaksi bahasa dengan ekologi pada dasarnya ekologi merupakan kajian saling ketergantungan dalam suatu sistem. Ekologi bahasa dan ekologi memadukan lingkungan, konservasi, interaksi, dan sistem bahasa. Jadi pendekatan ekolinguistik digunakan dalam penelitian ini, karena konsep-konsep ekologis dalam bahasa adat istiadat Tapanuli Selatan akan tersingkap. Lebih luas lagi, konsep-konsep sosialkultural, historis demografis, filosofis religius, dan kolektif keetnikan pada upacara perkawinan adat Tapanuli Selatan secara keseluruhan akan tergambar. Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernst Haeckel 1834- 1914. Ekologi berasal dari bahasa Yunani oikos yang berarti house, man’s immediate suroundings. Ricklefs 1976:1 mendefinisikan ekologi sebagai berikut. Ecology is the study of plants and animas, as individuals and together in populations and biological communities, in relation to their environments- the physical, chemical, and biological characteristics of their surroundings. Pengertian ekologi bahasa menurut Haugen, adalah Language ecology may be defined as the study of interactions between any given language and its environment Haugen, 1972, dalam Peter, 1996: 57. Ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk Universitas Sumatera Utara