Positive Prevention Kesiapan menerima terapi antiretroviral

8 Gambar 2. Bagan alur layanan HIV Odha ada kendala kepatuhan adherence Odha Langkah tatalaksana terdiri dari :  Pemeriksaan fisik lengkap dan lab untuk mengidentifikasi IO  Penentuan stadium klinis  Skrining TB dengan format skrining TB  Skrining IMS, sifilis, dan malaria untuk BUMIL  Pemeriksaan CD4 bila tersedia untuk menentukan PPK dan ART  Pemberian PPK bila tidak tersedia tes CD4  Identifikasi solusi terkait adherence  Konseling positive prevention  Konseling KB jika rencana punyaanak  memenuhi syarat ARV belum memenuhi syarat ARV Tidak ada IO Ada IO MULAI TERAPI ARV Obati IO 2 minggu selanjutnya MUL AI ARV Cari solusi terkait kepatuhan secara tim hingga Odha dapat patuh dan mendapat akses Terapi ARV  Berikan rencana pengobatan dan pemberian Terapi ARV  Vaksinasi bila pasien mampu  MULAI ARV jika Odha sudah memenuhi syarat Terapi ARV 9 3 P EMERIKSAAN DAN T ATALAKSANA S ETELAH D IAGNOSIS HIV DITEGAKKAN Setelah dinyatakan terinfeksi HIV maka pasien perlu dirujuk ke layanan PDP untuk menjalankan serangkaian layanan yang meliputi penilaian stadium klinis, penilaian imunologis dan penilaian virologi. Hal tersebut dilakukan untuk: 1 menentukan apakah pasien sudah memenuhi syarat untuk terapi antiretroviral; 2 menilai status supresi imun pasien; 3 menentukan infeksi oportunistik yang pernah dan sedang terjadi; dan 4 menentukan paduan obat ARV yang sesuai.

A. Penilaian Stadium Klinis

Stadium klinis harus dinilai pada saat kunjungan awal dan setiap kali kunjungan untuk penentuan terapi ARV dengan lebih tepat waktu. Stadium klinis dapat dilihat pada Lampiran 4.

B. Penilaian Imunologi Pemeriksaan jumlah CD4

Jumlah CD4 adalah cara untuk menilai status imunitas ODHA. Pemeriksaan CD4 melengkapi pemeriksaan klinis untuk menentukan pasien yang memerlukan pengobatan profilaksis IO dan terapi ARV. Rata rata penurunan CD4 adalah sekitar 70-100 selmm 3 tahun, dengan peningkatan setelah pemberian ARV antara 50 – 100 selmm 3 tahun. Jumlah limfosit total TLC tidak dapat menggantikan pemeriksaan CD4.

C. Pemeriksaan laboratorium sebelum memulai terapi

Pada dasarnya pemantauan laboratorium bukan merupakan persyaratan mutlak untuk menginisiasi terapi ARV. Pemeriksaan CD4 dan viral load juga bukan kebutuhan mutlak dalam pemantauan pasien yang mendapat terapi ARV, namun pemantauan laboratorium atas indikasi gejala yang ada sangat dianjurkan untuk memantau keamanan dan toksisitas pada ODHA yang menerima terapi ARV. Hanya apabila sumberdaya memungkinkan maka dianjurkan melakukan pemeriksaan viral load pada pasien tertentu untuk mengkonfirmasi adanya gagal terapi menurut kriteria klinis dan imunologis. 10 Di bawah ini adalah pemeriksaan laboratorium yang ideal sebelum memulai ART apabila sumber daya memungkinkan:  Darah lengkap  Jumlah CD4  SGOT SGPT  Kreatinin Serum  Urinalisa  HbsAg  Anti-HCV untuk ODHA IDU atau dengan riwayat IDU  Profil lipid serum  Gula darah  VDRLTPHAPRP  Ronsen dada utamanya bila curiga ada infeksi paru  Tes Kehamilan perempuan usia reprodukstif dan perluanamnesis mens terakhir  PAP smear IFA-IMS untuk menyingkirkan adanya Ca Cervix yang pada ODHA bisa bersifat progresif  Jumlah virus Viral Load RNA HIV dalam plasma bila tersedia dan bila pasien mampu Catatan: adalah pemeriksaan yang minimal perlu dilakukan sebelum terapi ARV karena berkaitan dengan pemilihan obat ARV. Tentu saja hal ini perlu mengingat ketersediaan sarana dan indikasi lainnya. pemeriksaan jumlah virus memang bukan merupakan anjuran untuk dilakukan sebagai pemeriksaan awal tetapi akan sangat berguna bila pasien punya data utamanya untuk memantau perkembangan dan menentukan suatu keadaan gagal terapi.

D. Persyaratan lain sebelum memulai terapi ARV

Sebelum mendapat terapi ARV pasien harus dipersiapkan secara matang dengan konseling kepatuhan karena terapi ARV akan berlangsung seumur hidupnya. Untuk ODHA yang akan memulai terapi ARV dalam keadaan jumlah CD4 di bawah 200 selmm 3 maka dianjurkan untuk memberikan Kotrimoksasol 1x960mg sebagai pencegahan IO 2 minggu sebelum terapi ARV. Hal ini dimaksudkan untuk: 1. Mengkaji kepatuhan pasien untuk minum obat,dan 2. Menyingkirkan kemungkinan efek samping tumpang tindih antara kotrimoksasol dan obat ARV, mengingat bahwa banyak obat ARV mempunyai efek samping yang sama dengan efek samping kotrimoksasol.

E. Pengobatan Pencegahan Kotrimoksasol PPK

Beberapa infeksi oportunistik IO pada ODHA dapat dicegah dengan pemberian pengobatan profilaksis. Terdapat dua macam