20
6. Paduan Obat ARV yang Tidak Dianjurkan
Tabel 9. Paduan ARV yang tidak dianjurkan
Paduan ARV Alasan tidak dianjurkan
Mono atau dual terapi untuk pengobatan infeksi HIV kronis
Cepat menimbulkan resisten d4T + AZT
Antagonis menurunkan khasiat kedua obat d4T + ddI
Toksisitas tumpang tindih pankreatitis, hepatitis dan lipoatrofi
Pernah dilaporkan kematian pada ibu hamil 3TC + FTC
Bisa saling menggantikan tapi tidak boleh digunakan secara bersamaan
TDF + 3TC + ABC atau TDF + 3TC + ddI
Paduan tersebut meningkatkan mutasi K65R dan terkait dengan seringnya kegagalan virologi secara
dini
TDF + ddI + NNRTI manapun Seringnya kegagalan virologi secara dini
E. Sindrom Pulih Imun SPI -
immune reconstitution syndrome = IRIS
Sindrom Pulih
Imun SPI atau
Immune Reconstitution
Inflammatory Syndrome IRIS adalah perburukan kondisi klinis sebagai akibat respons inflamasi berlebihan pada saat pemulihan respons imun
setelah pemberian terapi antiretroviral. Sindrom pulih imun mempunyai manifestasi dalam bentuk penyakit infeksi maupun non infeksi.
Manifestasi tersering pada umumnya adalah berupa inflamasi dari penyakit infeksi. Sindrom pulih imun infeksi ini didefinisikan sebagai
timbulnya manifestasi klinis atau perburukan infeksi yang ada sebagai akibat perbaikan respons imun spesifik patogen pada ODHA yang
berespons baik terhadap ARV.
Mekanisme SPI belum diketahui dengan jelas, diperkirakan hal ini merupakan respon imun berlebihan dari pulihnya sistem imun terhadap
rangsangan antigen tertentu setelah pemberian ARV.
Insidens sindrom pulih imun secara keseluruhan berdasarkan meta analisis adalah 16.1. Namun, insidens ini juga berbeda pada tiap
tempat, tergantung pada rendahnya derajat sistem imun dan prevalensi infeksi oportunistik dan koinfeksi dengan patogen lain.
Pada saat ini dikenal dua jenis SPI yang sering tumpang tindih, yaitu sindrom pulih imun unmasking unmasking IRD dan sindrom pulih
imun paradoksikal. Jenis unmasking terjadi pada pasien yang tidak terdiagnosis dan tidak mendapat terapi untuk infeksi oportunistiknya dan
langsung mendapatkan terapi ARV-nya. Pada jenis paradoksikal, pasien telah mendapatkan pengobatan untuk infeksi oportunistiknya. Setelah
21
mendapatkan ARV, terjadi perburukan klinis dari penyakit infeksinya tersebut.
Manifestasi klinis yang muncul sangat bervariasi dan tergantung dari bahan infeksi atau non-infeksi yang terlibat, sehingga diagnosis
menjadi tidak mudah. Pada waktu menegakkan diagnosis SPI perlu dicantumkan penyakit infeksi atau non infeksi yang menjadi penyebabnya
misal IRIS TB, IRIS Toxoplasmosis.
International Network Study of HIV-associated IRIS INSHI
membuat konsensus untuk kriteria diagnosis sindrom pulih imun sebagai berikut.
1. Menunjukkan respons terhadap terapi ARV dengan: a. mendapat terapi ARV
b. penurunan viral load 1 log kopiml jika tersedia 2. Perburukan gejala klinis infeksi atau timbul reaksi inflamasi yang
terkait dengan inisiasi terapi ARV 3. Gejala klinis tersebut bukan disebabkan oleh:
a. Gejala klinis dari infeksi yang diketahui sebelumnya yang telah berhasil disembuhkan Expected clinical course of a previously
recognized and successfully treated infection b. Efek samping obat atau toksisitas
c. Kegagalan terapi d. Ketidakpatuhan menggunakan ARV
Beberapa faktor risiko terjadinya SPI adalah jumlah CD4 yang
rendah saat memulai terapi ARV, jumlah virus RNA HIV yang tinggi saat memulai terapi ARV, banyak dan beratnya infeksi oportunistik, penurunan
jumlah virus RNA HIV yang cepat selama terapi ARV, belum pernah mendapat ARV saat diagnosis infeksi oportunistik, dan pendeknya jarak
waktu antara memulai terapi infeksi oportunistik dan memulai terapi ARV.
Tatalaksana SPI meliputi pengobatan patogen penyebab untuk menurunkan jumlah antigen dan meneruskan terapi ARV. Terapi
antiinflamasi seperti obat antiiflamasi non steroid dan steroid dapat diberikan. Dosis dan lamanya pemberian kortikosteroid belum pasti,
berkisar antara 0,5- 1 mgkghari prednisolon.