32
Bila terapi TB sudah lengkap dapat dipertimbangkan kembali untuk mengganti paduan ARV ke NVP kembali
D. Terapi ARV pada Pengguna NAPZA suntik
Kriteria klinis dan imunologis untuk pemberian terapi ARV pada pasien dengan ketergantungan NAPZA tidak berbeda dengan
rekomendasi umum. Pengguna NAPZA suntik yang memenuhi persyaratan untuk mendapatkan terapi ARV harus pula dijamin dapat
menjangkau obat. Perhatian khusus untuk populasi tersebut adalah berhubungan dengan gaya hidup yang tidak menentu sepanjang
hidupnya sehingga dapat mempengaruhi kepatuhan terapinya. Selain itu perlu diperhatikan kemungkinan terjadi interaksi antara terapi ARV
dengan zat-zat yang mereka gunakan seperti misalnya Metadon. Dianjurkan pengembangan suatu program yang memadukan perawatan
ketergantungan obat termasuk terapi substitusi dengan HIV sehingga pasien terpantau dengan lebih baik. Penggunaan paduan ARV dengan
dosis sekali sehari masih dalam penelitian untuk diterapkan sehingga bisa untuk mempermudah terapi.
E. Terapi ARV untuk individu dengan penggunaan
Metadon
Pemberian metadon bersamaan dengan EFV, NVP atau RTV untuk ODHA dengan riwayat NAPZA suntik berakibat menurunnya kadar
metadon dalam darah dan tanda-tanda ketagihan opiat. Pemantauan tanda ketagihan harus dilakukan dan dosis metadon perlu dinaikkan ke
tingkat yang sesuai untuk mengurangi gejala ketagihan tersebut.
Sangat direkomendasi untuk memulai terapi ARV tanpa harus menghentikan metadon dan sebaliknya
Paduan yang direkomendasi adalah AZT atau TDF + 3TC + EFV atau NVP
ARV bukan merupakan kontraindikasi pada penasun pengguna napza suntik yang masih menggunakan NAPZA atau sedang
dalam terapi rumatan Metadon
Keputusan memberikan terapi ARV pada penasun yang masih aktif menggunakan NAPZA ditentukan oleh tim medis dengan
mempertimbangkan kepatuhan
Perlunya memperhatikan kemungkinan interaksi obat antara ARV, Metadon dan obat lain yang digunakan, sehingga dosis
metadon kadang perlu dinaikkan.
33
F. Terapi ARV pada keadaan Nefropati yang
berhubungan dengan HIV HIV-associated nephropathy = HIVAN
HIVAN biasanya ditemukan pada stadium lanjut infeksi HIV dan bisa ditemukan pada berapapun jumlah CD4.
Semua pasien HIV dengan proteinuria perlu dicurigai sebagai HIVAN
HIVAN hanya dapat didiagnosis berdasarkan biopsi ginjal
Paduan yang dianjurkan adalah AZT + 3TC + EFV atau NVP
Tenofovir TDF mempunyai efek samping pada fungsi ginjal, maka tidak digunakan bila pasien dalam keadaan gangguan fungsi ginjal
Sangat direkomendasi untuk memulai terapi ARV pada kasus HIVAN tanpa memandang CD4.
G. Terapi ARV untuk Profilaksis Pasca Pajanan PPP atau
Post Exposure Prophylaxis = PEP
Terapi antiretroviral ARV dapat pula digunakan untuk Pencegahan Pasca Pajanan PPP atau PEP = post exposure
prophylaxis, terutama untuk kasus pajanan di tempat kerja Occupational exposure
. Risiko penularan HIV melalu tusukan jarum suntik adalah kurang dari 1. PPP dapat juga dipergunakan dalam beberapa kasus
seksual yang khusus misal perkosaan atau keadaan pecah kondom pada pasangan suami istri.
Beberapa hal tentang PPP:
Waktu yang terbaik adalah diberikan sebelum 4 jam dan maksimal dalam 48-72 jam setelah kejadian
Paduan yang dianjurkan adalah AZT + 3TC + EFV atau AZT + 3TC + LPVr
LopinavirRitonavir
Nevirapine NVP TIDAK digunakan untuk PPP
ARV untuk PEP diberikan selama 1 bulan
Perlu dilakukan tes HIV sebelum memulai PPP
ARV TIDAK diberikan untuk tujuan PPP jika tes HIV menunjukkan hasil reaktif karena berarti yang terpajan sudah HIV positif
sebelum kejadian
Perlu dilakukan pemantauan efek samping dari obat ARV yang diminum
Perlu dilakukan Tes HIV pada bulan ke 3 dan 6 setelah pemberian PPP
Pada kasus kecelakaan kerja pada petugas yang menderita Hepatitis B maka PPP yang digunakan sebaiknya mengandung
TDF3TC untuk mencegah terjadinya hepatic flare.