Terapi ARV pada Pengguna NAPZA suntik Terapi ARV untuk individu dengan penggunaan

33

F. Terapi ARV pada keadaan Nefropati yang

berhubungan dengan HIV HIV-associated nephropathy = HIVAN  HIVAN biasanya ditemukan pada stadium lanjut infeksi HIV dan bisa ditemukan pada berapapun jumlah CD4.  Semua pasien HIV dengan proteinuria perlu dicurigai sebagai HIVAN  HIVAN hanya dapat didiagnosis berdasarkan biopsi ginjal  Paduan yang dianjurkan adalah AZT + 3TC + EFV atau NVP  Tenofovir TDF mempunyai efek samping pada fungsi ginjal, maka tidak digunakan bila pasien dalam keadaan gangguan fungsi ginjal  Sangat direkomendasi untuk memulai terapi ARV pada kasus HIVAN tanpa memandang CD4.

G. Terapi ARV untuk Profilaksis Pasca Pajanan PPP atau

Post Exposure Prophylaxis = PEP Terapi antiretroviral ARV dapat pula digunakan untuk Pencegahan Pasca Pajanan PPP atau PEP = post exposure prophylaxis, terutama untuk kasus pajanan di tempat kerja Occupational exposure . Risiko penularan HIV melalu tusukan jarum suntik adalah kurang dari 1. PPP dapat juga dipergunakan dalam beberapa kasus seksual yang khusus misal perkosaan atau keadaan pecah kondom pada pasangan suami istri. Beberapa hal tentang PPP:  Waktu yang terbaik adalah diberikan sebelum 4 jam dan maksimal dalam 48-72 jam setelah kejadian  Paduan yang dianjurkan adalah AZT + 3TC + EFV atau AZT + 3TC + LPVr LopinavirRitonavir  Nevirapine NVP TIDAK digunakan untuk PPP  ARV untuk PEP diberikan selama 1 bulan  Perlu dilakukan tes HIV sebelum memulai PPP  ARV TIDAK diberikan untuk tujuan PPP jika tes HIV menunjukkan hasil reaktif karena berarti yang terpajan sudah HIV positif sebelum kejadian  Perlu dilakukan pemantauan efek samping dari obat ARV yang diminum  Perlu dilakukan Tes HIV pada bulan ke 3 dan 6 setelah pemberian PPP  Pada kasus kecelakaan kerja pada petugas yang menderita Hepatitis B maka PPP yang digunakan sebaiknya mengandung TDF3TC untuk mencegah terjadinya hepatic flare. 34 6 P EMANTAUAN K LINIS DAN L ABORATORIS S ELAMA T ERAPI ARV L INI P ERTAMA Pemantauan pasien dengan infeksi HIV dilakukan baik pada pasien yang belum memenuhi syarat terapi antiretroviral dan terlebih pada pasien yang sudah memulai terapinya. Enam bulan sejak memulai terapi ARV merupakan masa yang kritis dan penting. Diharapkan dalam masa tersebut akan terjadi perkembangan klinis dan imunologis ke arah yang lebih baik, meskipun hal tersebut kadang tidak terjadi dan atau terjadi toksisitas obat. Berbagai faktor mempengaruhi perbaikan klinis maupun imunologis sejak memulai ART, antara lain beratnya keadaan klinis dan rendahnya jumlah CD4 saat memulai. Selain itu perlu diingat juga bahwa pemulihan keadaan klinis dan imunologis tersebut memerlukan waktu untuk bisa terjadi dan menunjukkan hasil. Di bawah akan diulas beberapa hal yang perlu dipantau pada pasien yang belum maupun sudah mulai mendapat terapi ARV, baik pada 6 bulan pertama maupun pemantauan jangka panjang.

A. Pasien yang belum memenuhi syarat terapi ARV

Pasien yang belum memenuhi syarat terapi antiretroviral terapi ARV perlu dimonitor perjalanan klinis penyakit dan jumlah CD4-nya setiap 6 bulan sekali. Evaluasi klinis meliputi parameter seperti pada evaluasi awal termasuk pemantauan berat badan dan munculnya tanda dan gejala klinis perkembangan infeksi HIV. Parameter klinis dan jumlah CD4 tersebut digunakan untuk mencatat perkembangan stadium klinis pada setiap kunjungan dan menentukan saat pasien mulai memenuhi syarat untuk terapi profilaksis kotrimoksazol dan atau terapi ARV. Berbagai faktor mempengaruhi perkembangan klinis dan imunologis sejak terdiagnosis terinfeksi HIV. Penurunan jumlah CD4 setiap tahunnya adalah sekitar 50 sampai 100 selmm 3 . Evaluasi klinis dan jumlah CD4 perlu dilakukan lebih ketat ketika mulai mendekati ambang dan syarat untuk memulai terapi ARV.