1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap daerah pasti memiliki nilai lebih dan menjadi daya tarik tersendiri terhadap orang lain. Daya tarik tersebut merupakan hal yang
memerlukan pengelolaan dalam pengembangan yang berkala dan berkelanjutan, karena dari hal yang sederhana tersebut masyarakat dapat
mengambil manfaat. Demikian pula halnya dengan pariwisata di Indonesia yang memiliki banyak sekali kekayaan hayati dan non hayati sehingga
mampu menambah pendapatan daerah serta mensejahterakan masyarakat. Pengembangan pariwisata perlu adanya partisipasi seluruh elemen
masyarakat baik masyarakat lokal ataupun masyakarakat umum. Hal ini tertera dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2011
tentang Rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional Tahun 2010 – 2025, yang menyebutkan “Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan kesadaran, kapasitas, akses, dan peran masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memajukan kualitas hidup, kemandirian,
dan kesejahteraan melalui kegiatan Kepariwisataan.” Pada hakikatnya tujuan kepariwisataan menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan pasal 4 adalah sebagai berikut: 1 Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, 2
meningkatkan kesejahteraan rakyat, 3 Menghapus kemiskinan, 4 Mengatasi pengangguran, 5 Melestarikan alam, lingkungan, sumber daya, 6
2 Memajukan kebudayaan, 7 Mengangkat citra bangsa, 8 Memupuk rasa cinta
tanah air, 9 Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan 10 Mempercepat persahabatan antarbangsa.
Pengembangan pariwisata di suatu daerah tujuan wisata harus didasarkan pada perencanaan, pengembangan, dan arah pengelolaan yang
jelas agar semua potensi yang dimiliki suatu daerah tujuan wisata dapat diberdayakan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Untuk mendapat hasil yang optimal, pengembangan dalam bidang kepariwisataan tidak hanya didukung oleh satu pihak tetapi merupakan
kerjasama dari berbagai pihak, baik kalangan usaha swasta, tokoh adat budaya maupun pihak pejabat pemerintah sendiri. Lebih penting lagi adalah
adanya keterlibatan masyarakat lokal sebagai salah satu faktor keberhasilan pengembangan pariwisata. Dalam pembangunan pariwisata tanpa melibatkan
masyarakat, hanya akan melahirkan produk-produk wisata yang kurang berarti bagi masyarakat dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Partisipasi masyarakat menjadi kata kunci pada setiap program pengembangan pariwisata, seolah-olah menjadi label baru yang harus melekat
pada setiap rumusan kebijakan dan proyek pengembangan pariwisata. Memudahkan pengembangan pariwisata nasional, maka pemerintah
mengambil langkah strategis dengan menyerahkan pembinaanya kepada Pemerintah Daerah KabupatenKota agar lebih memudahkan pengembangan
dan koordinasi pembangunan daerah. Pemerintah daerah maupun lembaga- lembaga swasta telah berusaha membangun area rekreasi semampu mungkin
3 dengan memanfaatkan lahan, didukung oleh daya dan dana yang ada untuk
penyaluran kebutuhan akan rekreasi tersebut. Terdapat 3 komponen penting yang menggerakkan sistem pariwisata,
yakni masyarakat, swasta dan pemerintah. Semua komponen tersebut harus berjalan secara beriringan sehingga perlu koordinasi yang baik dalam
mengembangkan pariwisata di suatu tempat. Ketika salah satu komponen bergerak sendirian, maka hasil yang di dapat tidak optimal dan tidak sesuai
target yang diinginkan Pitanam dan Gayatri. 2005: 96-97. Pembangunan melalui partisipasi masyarakat merupakan salah satu
upaya untuk memberdayakan potensi masyarakat dalam merencanakan pembangunan yang berkaitan dengan potensi sumber daya lokal berdasarkan
kajian musyawarah. Musyawarah dilakukan dalam rangka peningkatan aspirasi berupa keinginan dan kebutuhan nyata yang ada dalam masyarakat,
peningkatan motivasi dan peran serta kelompok masyarakat dalam proses pembangunan, dan peningkatan rasa memiliki pada kelompok masyarakat
terhadap program pembangunan yang telah disusun. Keterlibatan warga dalam pengembangan desa wisata menjadi hal yang
krusial, sebab dari merekalah akan diketahui dan dipahami sejauh mana potensi wilayahnya. Selain itu, keterlibatan ini sangat penting untuk
mendapatkan dukungan dan memastikan bahwa hal yang akan diperoleh berkaitan dengan kebutuhan dan keuntungan warga setempat. Akhirnya,
peran warga dalam pembangunan pariwisata sangat mendesak untuk dikembangkan dan ditempatkan sebagai bagian yang terintegrasi. Partisipasi
4 masyarakat hakekatnya bukan semata mendorong terjadinya proses penguatan
kapasitas masyarakat lokal, namun dapat berlaku sebagai sebuah mekanisme guna meningkatan pemberdayaan bagi warga untuk terlibat dalam
pembangunan secara bersama. Dalam konteks pembangunan pariwisata, tampaknya partisipasi masyarakat penting untuk terus didorong guna
mendistribusi keuntungan-keuntungan dari kegiatan kepariwisataan yang berlangsung kepada masyarakat secara langsung. Semangat desentralisasi dan
pemberian kewenangan penuh bagi warga untuk mengelola pariwisata di daerahnya merupakan hal mutlak untuk terwujudnya pariwisata berbasis
komunitas. Secara sederhana, konsep partisipasi terkait dengan ”keterlibatan suatu
pihak dalam kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain”. partisipasi merupakan sebuah proses dimana masyarakat sebagai
stakeholders , terlibat
mempengaruhi dan mengendalikan pembangunan di tempat mereka masing- masing. Masyarakat turut serta secara aktif dalam memprakarsai kehidupan
mereka, melalui proses pembuatan keputusan dan perolehan sumberdaya dan penggunaannya.
Masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang pembangunan pariwisata. Dengan demikian keterlibatan pemerintah dan
swasta hanya sebatas memfasilitasi dan memotivasi masyarakat sebagai pelaku utama desa wisata untuk dapat lebih memahami tentang fenomena
alam dan budayanya, sekaligus menentukan kualitas produk wisata yang ada
5 di desa wisatanya. Sehingga sangat dibutuhkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan pariwisata. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, keterlibatan pemerintah, swasta
dan masyarakat dalam pariwisata akan membawa tuntutan bagi partisipasi masyarakat. Hal ini tentunya perlu ditumbuhkan pemahaman atau persepsi
yang sama dari stakeholders terkait, dan memberikan ruang yang seluas- luasnya bagi masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan desa wisata.
Pentingnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan tersebut sejalan dengan pendapat Conyers 1991:154-155 yang lebih lanjut
mengemukakan 3 alasan utama tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan mempunyai sifat sangat penting :
1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh
informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat.
2. Masyarakat akan lebih mempercayai program kegiatan
pembangunan apabila mereka dilibatkan dalam persiapan dan perencanaanya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk
program kegiatan tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap program kegiatan tersebut.
3. Mendorong partisipasi umum karena akan timbul anggapan bahwa
merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan.
6 Salah satu desa wisata yang ada di Kabupaten Purbalingga adalah Desa
Limbasari yang tepatnya berada pada daerah Kecamatan Bobotsari. Desa
Limbasari berada di kaki barisan bukit Plana. Suasanya sejuk karena hutannya masih terjaga. Untuk mencapai desa ini, dapat ditempuh dengan
kendaraan kecil sejauh kurang lebih 17 kilometer ke arah Utara dari kota Purbalingga. Bus ukuran besar belum bisa mencapai desa ini.
Desa Limbasari memiliki beberapa daya pikat bagi wisatawan untuk dikunjungi dan menjadi obyek wisata. Di desa Limbasari sudah terkenal
dengan istilah desa Inggris Limbasari. Di desa ini telah mengembangkan satu metode pembelajaran yang praktis, unik dan menyenangkan yang
memungkinkan seseorang mampu berbicara Bahasa Inggris dalam waktu yang relatif singkat. Metode ini telah dikembangkan sejak tahun 2007 dan
telah dilakukan pengujian dalam kelompok-kelompok kecil pada lembaga pendidikan non formal dan hasilnya sangat memuaskan
http:www.desainggris.com .
Kelompok Sadar Wisata Pokdarwis Patrawisa Desa Limbasari Kecamatan Bobotsari, Kab. Purbalingga mulai mengembangkan wisata
adrenalin bernama tubing, yaitu menyusuri sungai dengan ban karet.Tubing di Desa Limbasari, memanfaatkan arus Sungai Tutung Gunung yang jernih
dan bebas dari pencemaran. Jernih karena air sungai ini merupakan bagian hulu yang aliran airnya bermuara di Sungai Klawing. Di Limbasari ini, para
wisatawan bisa menikmati keindahan air terjun Patra Wisa
www.tempo.co.id .
7 Arus sungai untuk tubing cukup deras sehingga bisa memacu adrenalin.
Namun, tubing hanya menjadi bagian dari wisata di desa Limbasari, karena ketika musim kemarau aktifitas tubing tidak bisa dilakukan akibat air sungai
surut. Aktifitas wisata lain yang akan dijual desa Limbasari yaitu sebagai pusat kerajinan batik tradisional. Di desa Limbasari masih terdapat kurang
lebih 100 perajin batik tulis
http:banyumasnews.com . Aktifitas wisata
yang dijual di desa Limbasari yaitu melakukan Hill Trekking, melakukan pendakian ke bukit untuk melihat pemandangan alam dari atas bukit di desa
limbasari.Ada juga Galeri Batik Puteri Muning Sari, yang digunakan sebagai tempat untuk memajang batik tulis asli Limbasari juga sebagai tempat
produksi. Menurut Yoeti 1996: 177-178 bahwa pengembangan suatu daerah
untuk menjadi daerah tujuan wisata agar dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan potensial maka harus memenuhi 3 syarat, yaitu:
1. Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai : “something to
see”,artinya di tempat tersebut harus ada obyek wisata, yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain.
2. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah
“something to do” artinya di tempat tersebut setiap banyak yang dapat dilihat dan disaksikan harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapat
membuat mereka tinggal lebih lama di tempat itu. 3.
Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something to buy” artinya di tempat tersebut harus tersedia fasilitas-
8 fasilitas untuk berbelanja shopping, terutama barang-barang souvenir
dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-masing.
Ketiga syarat tersebut sejalan dengan pola tujuan pemasaran pariwisata agar lebih banyak wisatawan datang pada suatu daerah dan lebih lama
tinggal. Dalam pembangunan diperlukan perencanaan yang matang untuk mewujudkannya. Salah satunya yaitu pembangunan desa wisata di desa
Limbasari. Masalah yang didapat peneliti melakukan wawancara dengan Ketua
Pokdarwis diperoleh sebagai berikut, bahwa perencanaan kurang optimal, itu diakibatkan oleh kurang pahamnya sebagian masyarakat Limbasari terhadap
desa wisata kata ketua Pokdarwis Mas ‘DJ’. Selain itu juga Ketua Pokdarwis menyatakan bahwa masih ada sebagian masyarakat yang beranggapan dalam
melakukan perencanaan pembangunan hanya dijalankan oleh Pemerintah saja dan mereka beranggapan itu proyek milik Pemerintah Daerah, sehingga
mengakibatkan kurang partisipasinya masyarakat. Belum semua masyarakat Limbasari tahu tentang konsep desa wisata. Selain itu juga masih kurang
adanya fasilitas infrastruktur di desa Limbasari untuk menjadi fasilitas desa wisata.
Hal itulah yang melatar belakangi penelitian mengenai “Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Wisata di Desa
Limbasari Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga”.
9
B. Identifikasi Masalah