Penerapan Pelayanan Administrasi Kependudukan bagi Masyarakat (Studi Tentang Pelayanan Surat Keterangan Kelahiran dan Kematian pada Kantor Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah)

(1)

PENERAPAN PELAYANAN

ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI MASYARAKAT

(Studi Tentang Pelayanan Surat Keterangan Kelahiran dan

Kematian Pada Kantor Kecamatan Kebayakan

Kabupaten Aceh Tengah)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1)

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Administrasi Negara

Diajukan oleh:

DWI WANDARI 100921049

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA EKSTENSI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1. Secara Teoritis ... 6

1.4.2. Secara Praktis ... 6

1.5. Kerangka Teori... 6

1.5.1. Pengertian Pelayanan Publik ... 6

1.5.1.1. Pengelompokan Pelayanan Publik ... 8

1.5.1.2. Bentuk-Bentuk Pelayanan Publik ... 9

1.5.1.3. Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik ... 11

1.5.1.4. Pola Penyelenggaraan Pelayanan Publik ... 12

1.5.1.5. Standar Pelayanan Publik ... 13

1.5.2. Administrasi Kependudukan ... 14

1.5.2.1. Pengertian Administrasi Kependudukan ... 14

1.5.2.2. Pengertian Pelayanan Administrasi Kependudukan ... 16

1.5.2.3. Pengertian Dokumen Kependudukan ... 17

1.5.2.4. Pengertian Surat Keterangan Kelahiran ... 19

1.5.2.5. Pengertian Surat Keterangan Kematian ... 20

1.5.2.6. Instansi Pelaksanaan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil ... 21


(3)

BAB II METODE PENELITIAN

2.1. Bentuk Penelitian ... 27

2.2. Lokasi Penelitian ... 28

2.3. Informan Penelitian ... 29

2.4. Teknik Pengumpulan Data ... 30

2.5. Teknik Analisis Data ... 31

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1. Sejarah Singkat Kabupaten Aceh Tengah ... 34

3.1.1. Masa Pra Kolonial ... 34

3.1.2. Masa Era Kolonial ... 35

3.1.3. Era Kemerdekaan ... 36

3.2. Kondisi Geografis Kabupaten Aceh Tengah... 39

3.3. Visi, Misi dan Logo Kabupaten Aceh Tengah ... 43

3.3.1. Visi Kabupaten Aceh Tengah ... 43

3.3.2. Misi Kabupaten Aceh Tengah ... 43

3.3.3. Logo Kabupaten Aceh Tengah ... 44

3.4. Sekilas Mengenai Kecamatan Kebayakan ... 46

3.5. Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Kantor Kecamatan Kebayakan ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Ketentuan Pelaksanaan Pelayanan Administrasi Kependudukan Dalam Hal Pengurusan Surat Keterangan Kelahiran dan Surat Keterangan Kematian ...62

4.2. Sistem dan Prosedur Pelayanan Administrasi Kependudukan dalam hal Pengurusan Surat Keterangan Kelahiran dan Kematian ... 66

4.3. Sumber Daya Manusia ... 69

4.4. Standar dan Sasaran Pelayanan Administrasi Kependudukan dalam hal Pengurusan Surat Keterangan Kelahiran dan Kematian ... 73


(4)

4.5. Database ... 79

4.6. Komunikasi Organisasi ... 82

4.7. Karakteristik Badan Pelaksana ... 87

4.8. Kecenderungan Sikap Pelaksana... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 92

5.2. Saran ... 94


(5)

ABSTRAKSI

Judul : Penerapan Pelayanan Administrasi Kependudukan Bagi

Masyarakat (Studi Tentang Pelayanan Surat Keterangan Kelahiran Dan Kematian Pada Kantor Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah)

Nama : Dwi Wandari

NIM : 100921049

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Dra. Elita Dewi, MSP

Kependudukan dan catatat sipil merupakan salah satu urusan wajib pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Surat Keterangan Kelahiran dan Surat Keterangan Kematian merupakan peristiwa penting kependudukan yang harus dilakukan pendataannya demi terselenggaranya administrasi kependudukan yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan pelayanan administrasi kependudukan bagi masyarakat tentang hal pengurusan Surat Keterangan Kelahiran dan Surat Keterangan Kematian pada Kantor Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atas fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat. Dengan menggunakan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan kunci (key informan) dan informan biasa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan Pelayanan Administrasi Kependudukan bagi masyrakat dalam memberikan pelayanan Surat Keterangan Kelahiran dan Kematian pada kantor Kecamatan Kebayakan Aceh Tengah sudah memiliki standar dan sasaran pelayanan sesuai dengan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan dan Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 4 Tahun tahun 2010. Tetapi dalam pelaksanaannya kecendrungan implementator masih menunjukkan perlakuan yang negatif yang tidak sesuai dengan standar pelayanan pemerintah serta sosilalisasi yang belum terlaksana dengan baik.

Kata Kunci: Pelayanan Publik, Administrasi Kependudukan, Surat


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang oleh karena kasih dan karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Penerapan Pelayanan Administrasi Kependudukan Bagi Masyarakat (Studi Tentang Pelayanan Surat Keterangan Kelahiran Dan

Kematian Pada Kantor Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah)” ini

tepat pada waktunya.

Selama penulisan karya tulis ini, penulis banyak menerima dorongan dan motivasi serta bimbingan moral maupun materil dari berbagai pihak, karena itu degan segala ketulusan hati, penulis ucapkan terimaksih yang sedalam-dalamnya teristimewa kepada kedua orang tua penulis. Terimakasih buat doa, cinta kasih, bimbingan dan dukungan yang selalu menyertai penulis.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Departemen Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, MSP selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.


(7)

4. Bapak Marguh Iriansyah, BA selaku Camat Kebayakan yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis sekaligus menjadi informan penting bagi penulisan skripsi ini.

5. Ibu Armiati, S.Pd selaku Sekretaris Kecamatan Kebayakan yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi kepada penulis.

6. Ibu Ummi Sahra selaku Kepala Sub Bagian Umum & Kepegawaian yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi kepada penulis.

7. Ibu Daimiati selaku Kepala Sub Bagian Keuangan yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi kepada penulis.

8. Ibu Sri Wahyuni selaku Kepala Sub Bagian Perencanaan yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi kepada penulis.

9. Ibu Yuspasar Hasbi, BA selaku Kepala Seksi Pemerintahan yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi kepada penulis.

10.Bapak Ibrahim, S.Ag selaku Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat & KPG yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi kepada penulis. 11.Seluruh staf/pegawai Kantor Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah

yang telah mendukung penulisan skripsi ini.

12.Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah membantu segala proses akademik yang dijalani penulis.

13.Dan kepada semua pihak yang tidak dapat ditulis satu per satu karena keterbatasan halaman. Penulis menghaturkan terima kasih yang tak terhingga.


(8)

Penulis menyadari bahwa apa yang tertuang dalam karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari rekan-rekan mahasiswa dan Bapak/Ibu dosen dalam rangka perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua.

Medan, Desember 2012 Hormat Saya,

Dwi Wandari


(9)

ABSTRAKSI

Judul : Penerapan Pelayanan Administrasi Kependudukan Bagi

Masyarakat (Studi Tentang Pelayanan Surat Keterangan Kelahiran Dan Kematian Pada Kantor Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah)

Nama : Dwi Wandari

NIM : 100921049

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Dra. Elita Dewi, MSP

Kependudukan dan catatat sipil merupakan salah satu urusan wajib pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Surat Keterangan Kelahiran dan Surat Keterangan Kematian merupakan peristiwa penting kependudukan yang harus dilakukan pendataannya demi terselenggaranya administrasi kependudukan yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan pelayanan administrasi kependudukan bagi masyarakat tentang hal pengurusan Surat Keterangan Kelahiran dan Surat Keterangan Kematian pada Kantor Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atas fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat. Dengan menggunakan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan kunci (key informan) dan informan biasa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan Pelayanan Administrasi Kependudukan bagi masyrakat dalam memberikan pelayanan Surat Keterangan Kelahiran dan Kematian pada kantor Kecamatan Kebayakan Aceh Tengah sudah memiliki standar dan sasaran pelayanan sesuai dengan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan dan Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 4 Tahun tahun 2010. Tetapi dalam pelaksanaannya kecendrungan implementator masih menunjukkan perlakuan yang negatif yang tidak sesuai dengan standar pelayanan pemerintah serta sosilalisasi yang belum terlaksana dengan baik.

Kata Kunci: Pelayanan Publik, Administrasi Kependudukan, Surat


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya administrasi kependudukan merupakan sub sistem dari administrasi negara, yang mempunyai peranan penting dalam pemerintahan dan pembangunan penyelenggaraan administrasi kependudukan. Sejalan dengan arah penyelanggaraan administrasi kependudukan, maka pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil sebagai sub-sub sistem pilar administrasi kependudukan harus ditata dengan baik agar memberikan manfaat dalam perbaikan pemerintahan dan pembangunan. Berlakunya otonomi daerah yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dimana otonomi daerah didefinisikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, pemerintah daerah dalam hal ini adalah pemerintah daerah kabupaten/kota mempunyai hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri.

Kependudukan dan catatan sipil merupakan salah satu urusan wajib pemerintahan daerah yang harus dilaksanakan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pelayanan administrasi kependudukan yang terdiri dari pendaftaran penduduk dan pelayanan pencatatan sipil merupakan sub bagian dari pelayanan publik yang harus dilaksanakan dengan baik kepada masyarakat.


(11)

Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dijelaskan bahwa instansi pelaksana administrasi kependudukan untuk wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yang berwenang memberikan pelayanan yang sama dan profesional kepada setiap penduduk atas pelaporan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting. Dalam menjalankan penyelenggaraan administrai kependudukan, maka peristiwa penting kependudukan yang meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak dan lain-lain yang harus di catat ke dalam pencatatan sipil harus ditata dengan sebaik-baiknya dalam bentuk pelayanan publik kepada masyarakat. Kelahiran dan kematian merupakan peristiwa penting kependudukan yang harus di lakukan pendataan dan menjadi bagian penting dalam administrasi demi terselenggaranya administrasi kependudukan yang baik. Pendaftaran kelahiran dalam pendaftaran penduduk di buktikan dengan adanya akta kelahiran. Akta kelahiran adalah akta catatan sipil hasil pencatatan terhadap peristiwa kelahiran seseorang. Jika seorang anak belum punya akta kelahiran maka secara de

jure keberadaannya dianggap tidak ada oleh negara. Hal ini mengakibatkan anak

yang lahir tersebut tidak tercatat namanya, silsilah dan kewarganegaraannya serta tidak terlindungi keberadaanya.

Menurut Hatmadji dalam buku Lembaga Demografi FEUI (2007: 56), masalah pendaftaran kelahiran di negara berkembang seperti Indonesia adalah masalah kelengkapan (completeness) registrasi. Hal ini disebabkan karena penduduk (baik yang mempunyai anak maupun petugas registrasi) tidak menyadari pentingnya


(12)

registrasi kelahiran dan penduduk tidak mengerti bagaimana menjawab pertanyaan seperi tanggal kelahiran anaknya, umur ibunya, dan sebagainya.

Berikut adalah kutipan artikel mengenai masalah administrasi kependudukan dalam pendaftaran kelahiran di Indonesia:

Enam dari sepuluh anak di bawah usia lima tahun di Indonesia tidak diakui

keberadaannya secara sah oleh Pemerintah Indonesia. Anak-anak ini tidak memiliki identitas secara sah yang dituangkan dalam akta kelahiran. Padahal, akta kelahiran memiliki arti penting bagi eksistensi anak sebagai warga negara di muka hukum. Ironisnya, menurut data SUSENAS 2007, hanya 42 persen anak di bawah usia lima tahun (0-4 tahun) yang memiliki akta, sisanya 58 persen belum memiliki akta kelahiran. Dari 219 juta jumlah penduduk Indonesia (Supas 2005), 77,8 juta

diantaranya adalah anak-anak (0-18 tahun).” (Kementrian Pemberdayaan

Perempuan dan Anak RI: 2009)

Berdasarkan kutipan artikel di atas dapat kita lihat bahwa peristiwa kelahiran masih belum terdaftar secara baik dan seharusnya menjadi masalah penting yang harus diatasi demi terselenggaranya administrasi kependudukan yang lebih baik. Tidak adanya akta kelahiran berarti menunjukkan bahwa anak-anak tersebut belum terdaftar kedalam administrasi kependudukan dalam bentuk pencatatan sipil.

Pendaftaran peristiwa kematian penduduk di buktikan dengan pengurusan akta kematian. Kesadaran warga urus akta kematian masih rendah. Hal ini terkait dengan minimnya pemahaman masyarakat mengenai fungsi akta kematian itu. Padahal akta tersebut berhubungan erat dengan status hukum seseorang, baik hukum privat maupun publik. Bahkan, beberapa tahun ke depan akta kematian akan menjadi salah satu prasyarat penting bagi kepengurusan dokumen lain. Dari hasil observasi sementara, baik dari lingkungan kelurahan maupun di kecamatan dan dari pihak masyarakat sendiri dalam pelaksanaanya terdapat beberapa kendala dalam


(13)

menerapkan pelayanan dalam penerbitan Surat Keterangan Lahir dan Surat keterangan Kematian. Khususnya dalam penerbitan Surat Keterangan Lahir, masyarakat di kecamatan Kebayakan belum memiliki kesadaran untuk segera mengurus surat keterangan lahir secara tepat waktu. Masyarakat di Kecamatan Kebayakan masih memiliki paradigma bahwa Surat Keterangan Lahir dan Surat Keterangan Kematian tidak begitu penting sampai masyarakat benar-benar membutuhkannya seperti dalam mengurus anak yang akan masuk sekolah dan manfaat dari akta kematian bagi ahli waris diantaranya untuk mengurus penetapan ahli waris, pensiunan, klaim asuransi, maupun persyaratan perkawinan bagi duda atau janda. Pentingnya membuat akte kematian sebagai database perencanaan pembangunan dan untuk melindungi hak-hak sipil warga.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka menarik untuk dikaji bagaimana penerapan pelayanan administrasi kependudukan di Kabupaten Aceh Tengah. Kajian ini dirasakan perlu oleh karena pertimbangan bahwa fenomena-fenomena yang nantinya ditemukan dalam penelitian ini akan menjadi bahan perbandingan ilmiah bagi penelitian lebih lanjut di daerah-daerah lain serta sumber informasi realita lapangan yang berharga bagi para pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal kajian pelaksanaan kependudukan dalam lingkup otonomi daerah.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, penulis akhirnya mengambil fokus penelitian pada Kantor Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah dengan judul:


(14)

Tentang Pelayanan Surat Keterangan Kelahiran Dan Kematian Pada Kantor Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah)”

1.2. Perumusan Masalah

Mengingat luasnya cakupan permasalahan dan juga untuk menghindari kesimpangsiuran dalam penulisan skripsi ini serta sesuai dengan judul dan latar belakang masalah yang dijelaskan di atas, maka penulis di sini membatasi permasalahan hanya dalam konteks “Bagaimana Penerapan Pelayanan Surat Keterangan Kelahiran dan Surat Keterangan Kematian pada Kantor Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian berjudul “Penerapan Pelayanan Administrasi Kependudukan Bagi Masyarakat (Studi Tentang Pelayanan Surat Keterangan Kelahiran dan Kematian Pada Kantor Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah)” ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan administrasi kependudukan dalam hal pelayanan Surat Keterangan Kelahiran dan Surat Keterangan Kematian di Kantor Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Secara Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir bagi penulis melalui karya ilmiah, sesuai


(15)

dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

1.4.2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan berguna secara praktis dalam hal: 1. Skripsi ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber insprirasi bagi pimpinan

organisasi dalam mengambil kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan administrasi kependudukan kepada masyarakat.

2. Sebagai bahan tambahan referensi untuk penulisan karya ilmiah yang berhubungan dengan pelayanan administrasi kependudukan di masa yang akan datang.

1.5. Kerangka Teori

1.5.1. Pengertian Pelayanan Publik

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian pelayanan adalah suatu usaha untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain. Pengertian publik adalah sejumlah orang yang mempunyai kesamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki. Sehingga pelayanan publik bisa disimpulkan sebagai suatu usaha untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan sejumlah orang yang mempunyai kesamaan berfikir, perasaan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki.


(16)

Menurut (Sinambela, 2006:5) pelayanan publik adalah sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang merasa memiliki. Dalam hal ini, pelayanan publik merupakan suatu proses yang menghasilkan produk baik barang maupun jasa yang kemudian diberikan kepada masyarakat yang membutuhkannya (Sutopo, 2008:8).

Pengertian yang lengkap terhadap pelayanan publik dapat dikutip dari Pelayanan Publik menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik yang diperkuat dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang menyebutkan bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat,daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah seluruh kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh paratur pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan dalam suatu organisasi atau instansi dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat yang pelaksanaannya berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pemenuhan keinginan atau kebutuhan masyarakat dalam pelayanan dilaksanakan oleh penyelenggara negara. Kebutuhan dalam hal ini bukan


(17)

kebutuhan individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat.

1.5.1.1. Pengelompokan Pelayanan Publik

Dalam keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, pelayanan publik dibagi atas 3 kelompok berdasarkan wujud pelayanan itu sendiri , yaitu:

1. Kelompok pelayanan administratif, yaitu bentuk pelayanan yang menghasilkan berbagai macam dokumen resmi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau publik, misalnya Akte Kelahiran, Akte Kematian, Kartu Tanda Penduduk, Akte Pernikahan, Surat Izin Mengemudi, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor, Izin Mendirikan Bangunan, dan lain sebagainya.

2. Kelompok pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk barang yang dibutuhkan publik, misalnya: jaringan telepon, listrik, air bersih, dan sebagainya.

3. Kelompok pelayanan jasa yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan publik, misalnya: pendidikan, pemeliharaan kesehatan, transportasi, pos, dan lain sebagainya.


(18)

Pemerintah melalui lembaga dan segenap aparaturnya bertugas menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat secara kompleks dan mencakup banyak aspek. Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, pelayanan publik dibagi berdasarkan 3 bentuk pelayanan publik, yaitu:

1. Pelayanan Lisan. Pelayanan dengan lisan ini dilakukan oleh petugas bidang hubungan masyarakat, bidang layanan informasi, dan bidang-bidang lain yang tugasnya memberi penjelasan atau keterangan kepada masyarakat mengenai berbagai fasilitas yang tersedia.

Agar layanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan, yaitu:

a. Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya. b. Mampu memberikan penjelasan apa-apa saja yang perlu dengan lancar,

singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan tentang sesuatu.

c. Bertingkah laku sopan dan ramah tamah.

d. Meski adalam keadaan sepi tidak berbincang dan bercanda dengan sesama pegawai, karena menimbulkan kesan disiplin dan melalaikan tugas.

2. Pelayanan Tulisan. Dalam bentuk tulisan, layanan yang diberikan dapat berupa pemberian penjelasan kepada masyarakat dengan penerangannya berupa tulisan suatu informasi mengenai hal atau masalah yang sering terjadi.


(19)

Pelayanan melalui tulisan terdiri dari dua macam, yaitu:

a. Layanan yang berupa petunjuk, informasi dan sejenis yang ditujukan pada orang-orang yang berkepentingan, agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan instansi atau lembaga.

b. Pelayanan berupa reaksi tertulis atas permohonan, laporan, keluhan, pemberitahuan dan lain sebagainya.

3. Pelayanan Perbuatan. Pelayanan dalam bentuk perbuatan adalah pelayanan yang diberikan dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekedar kesanggupan dan penjelasan secara lisan.

1.5.1.3. Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik

Di dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik disebutkan bahwa penyelenggaraan pelayanan publik harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Kesederhanaan. Dalam hal ini prosedur/tatacara pelayanan diselenggarakan secara tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan dilaksanakan

2. Kejelasan. Pelayanan yang diberikan harus memberikan memberikan kejelasan kepada penerima pelayanan, terutama dalam hal:


(20)

b. Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan publik

c. Rincian biaya/tarif pelayanan publik yang dikenakan.

3. Kepastian Waktu. Pelayanan yang dimaksud harus dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

4. Akurasi. Produk pelayanan publik harus dapat diterima dengan benar, tepat dan sah secara hukum.

5. Keamanan. Proses dan produk pelayanan harus dapat memberikan rasa aman bagi penerima pelayanan dan kepastian hukum.

6. Tanggung Jawab. Pimpinan penyelenggara pelayanan publik harus bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian serta penanganan keluhan atas persoalan yang muncul dalam pelaksanaan pelayanan publik.

7. Kelengkapan Sarana dan Prasarana. Tersedianya sarana dan prasarana kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana telekomunikasi dan informatika.

8. Kemudahan Akses. Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi komunikasi dan informatika.

9. Kedisiplinan, Kesopanan, dan Keramahtamahan. Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan santun, ramah serta member pelayanan dengan ikhlas.


(21)

10.Kenyamanan. Pelayanan harus tertib, teratur dan disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi fasilitas pendukung pelayanan lainnya seperti parkir dan toilet.

1.5.1.4. Pola Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Dalam kaitannya dengan pola pelayanan publik, Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik menyatakan bahwa ada 4 (empat) pola pelayanan publik, yaitu:

1. Fungsional. Pola pelayanan publik diberikan oleh penyelenggara pelayanan sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya.

2. Terpusat. Pola pelayanan publik diberikan secara tunggal oleh penyelenggara pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang dari penyelenggara pelayanan terkait lainnya yang bersangkutan.

3. Terpadu. Pola penyelenggaraan pelayanan publik terpadu dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Terpadu Satu Atap. Pola pelayanan terpadu satu atap diselenggarakan dalam satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai keterkaitan proses dan dilayani melalui beberapa pintu.

b. Terpadu Satu Pintu. Pola pelayanan terpadu satu pintu diselenggarakan pada satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani melalui satu pintu.


(22)

4. Gugus Tugas. Petugas pelayanan publik secara perorangan atau dalam bentuk gugus tugas ditempatkan pada instansi pemberi pelayanan dan lokasi pemberian pelayanan tertentu.

1.5.1.5. Standar Pelayanan Publik

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, standar pelayanan publik sekurang-kurangnya meliputi;

1. Prosedur Pelayanan. Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.

2. Waktu Penyelesaian. Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian termasuk pengaduan.

3. Biaya Pelayanan. Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian layanan.

4. Produk Pelayanan. Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

5. Sarana dan Prasarana. Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggaraan pelayanan publik.

6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan Publik. Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat sesuai berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan prilaku yang dibutuhkan.


(23)

1.5.2.1. Pengertian Administrasi Kependudukan

Administrasi dalam arti sempit berasal dari kata administratie, yang meliputi kegiatan catat mencatat, surat menyurat, pembukuan ringan, ketik mengetik, agenda dan lain sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan. Dalam arti luas, Leonard D.White menjelaskan administrasi adalah suatu proses yang pada umumnya terdapat pada semua usaha kelompok, negara atau swasta, sipil atau militer, usaha yang besar dan kecil yang pada intinya melingkupi seluruh kegiatan dari pengaturan hingga pengurusan sekelompok orang yang memiliki diferensiasi pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Pengertian administrasi kependudukan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

Setiap penduduk mempunyai hak untuk memperoleh fasilitas-fasilitas publik dalam hal kependudukan (Fulthoni, 2009:8) , diantaranya:

1. Dokumen kependudukan;

2. Pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil; 3. Perlindungan atas data pribadi;


(24)

5. Informasi mengenai data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil atas dirinya dan/atau keluarganya; dan

6. Ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta penyalahgunaan data pribadi oleh instansi pelaksana.

1.5.2.2. Pengertian Pelayanan Administrasi Kependudukan

Dalam Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, pelayanan adminisrasi kependudukan terdiri dari 2 (dua) bentuk pelayanan yaitu:

1. Pendafaran Penduduk. Pendaftaran penduduk adalah pencatatan biodata penduduk, pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan penduduk rentan administrasi kependudukan serta penerbitan dokumen kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan kependudukan. Peristiwa kependudukan adalah kejadian yang dialami penduduk yang harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan/atau surat keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamat, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.

2. Pencatatan Sipil. Pelayanan pencatatan sipil adalah pencatatan biodata penduduk, pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan penduduk serta


(25)

penerbitan dokumen kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan kependudukan. Pelayanan pencatatan sipil meliputi pencatatan peristiwa penting,

yaitu: (i) Kelahiran, (ii) Kematian, (iii) Lahir Mati, (iv) Perkawinan, (v) Perceraian, (vi) Pengakuan Anak, (vii) Pengesahan Anak, (viii) Pengangkatan

Anak, (ix) Perubahan Nama, (x) Perubahan Status Kewarganegaraan, (xi) Pembatalan Perkawinan, (xii) Pembatalan Perceraian, dan (xiii) Peristiwa

penting lainnya.

1.5.2.3. Pengertian Dokumen Kependudukan

Pengertian dokumen kependudukan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh instansi pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.

Bentuk-bentuk dokumen kependudukan adalah sebagai berikut:

1. Biodata Penduduk. Biodata penduduk memuat keterangan tentang nama, tempat dan tanggal lahir, alamat dan jati diri lainnya secara lengkap, serta perubahan data sehubungan dengan peristiwa penting dan peristiwa kependudukan yang dialami

2. Kartu Keluarga. Kartu Keluarga adalah kartu identitas keluarga yang memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga.


(26)

3. Kartu Tanda Penduduk. Kartu Tanda Penduduk adalah identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Akta Pencatatan Sipil. Akta pencatatan sipil terdiri dari register akta pencatatan sipil; dan kutipan akta pencatatan sipil. Register akta pencatatan sipil memuat seluruh data peristiwa penting sedangkan kutipan akta pencatatan sipil terdiri dari akta kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian, dan pengakuan anak.

5. Surat Keterangan Kependudukan. Surat Keterangan Kependudukan memuat keterangan tentang nama lengkap, NIK (Nomor Induk Kependudukan), jenis kelamin, tempat tanggal lahir, agama, alamat, peristiwa penting dan peristiwa kependudukan yang dialami oleh seseorang. Surat Keterangan Kependudukan meliputi surat-surat sebagai berikut:

a. Surat Keterangan Pindah;

b. Surat Keterangan Pindah Datang;

c. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri; d. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri; e. Surat Keterangan Tempat Tinggal;

f. Surat Keterangan Kelahiran; g. Surat Keterangan Lahir Mati.

h. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan; i. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian;


(27)

j. Surat Keterangan Kematian;

k. Surat Keterangan Pengangkatan Anak;

l. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia; m. Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas; dan

n. Surat Keterangan Pencatatan Sipil.

1.5.2.4. Pengertian Surat Keterangan Kelahiran

Surat Keterangan Kelahiran adalah surat keterangan yang menginformasikan atau melaporkan peristiwa kelahiran penduduk di dalam suatu wilayah administratif. Surat Keterangan Kelahiran atau biasa disebut ”kenal lahir” dikeluarkan oleh Kantor Kelurahan/Desa. Bayi yang dilaporkan kelahirannya akan terdaftar dalam Kartu Keluarga dan diberi Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai dasar untuk memperoleh pelayanan masyarakat lainnya.

Sebagai hasil pelaporan kelahiran dalam bentuk Surat Keterangan Kelahiran, diterbitkanlah Akta Kelahiran oleh dinas terkait pencatatan sipil. Akta Kelahiran adalah akta otentik yang dikeluarkan oleh Catatan Sipil, dan salah satu syarat untuk membuatnya adalah Surat Keterangan Kelahiran dari Kelurahan. Dalam hal ini, Akta Kelahiran-lah yang memiliki kekuatan pembuktian yang otentik berupa catatan resmi tentang tempat dan waktu kelahiran anak, nama anak dan nama orang tua anak secara lengkap dan jelas, serta status kewarganegaraan anak. Untuk memperoleh Akta Kelahiran tersebut, seseorang harus memenuhi persyaratan administratif (Fulthoni, 2009: 13) sebagai berikut:


(28)

1. Surat Pengantar RT/RW.

2. Surat Keterangan Kelahiran dari Rumah Sakit/Dokter/Bidan/Pilot/Nahkoda. 3. Surat Tanda Bukti Perkawinan Orang Tua (Akta Perkawinan).

4. Fotocopy Kartu Keluarga / Kartu Tanda Penduduk Orang Tua yang dilegalisir Lurah.

5. Surat Keterangan Kelahiran yang dikeluarkan oleh pihak Kelurahan.

6. Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Tetap (SKPPT) bagi Penduduk WNA.

7. Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Sementara (SKPPS) bagi Orang Asing Penduduk Sementara.

1.5.2.5. Pengertian Surat Keterangan Kematian

Surat Keterangan Kematian adalah surat keterangan yang menginformasikan atau melaporkan peristiwa kematian penduduk di dalam suatu wilayah administratif. Surat Keterangan Kematian dikeluarkan oleh Kantor Kelurahan/Desa.

Sebagai hasil pelaporan kematian dalam bentuk Surat Keterangan Kematian, diterbitkanlah Akta Kematian oleh dinas terkait pencatatan sipil. Akta kematian adalah suatu akta yang dibuat dan diterbitkan oleh Dinas Kependudukan yang membuktikan secara pasti tentang kematian seseorang. Kematian merupakan salah satu peristiwa penting yang dialami oleh setiap orang, yang harus dicatat dan dikukuhkan oleh negara dalam bentuk Akta Kematian. Dengan akta kematian, dapat dijadikan bukti outentik mengenai peristiwa kematian seseorang. Yang dimaksud


(29)

kematian dalam kontek pencatatan ini adalah berhentinya fungsi seluruh organ tubuh seseorang yang dinyatakan dengan surat keterangan dokter/para medis/ pejabat lain yang berwenang. Untuk memperoleh Akta Kematian tersebut, seseorang harus memenuhi persyaratan administratif (Fulthoni, 2009: 13) sebagai berikut:

1. Surat Pengantar RT/RW.

2. Surat Keterangan Kematian dari Rumah Sakit/Dokter.

3. Fotocopy Kartu Keluarga / Kartu Tanda Penduduk yang dilegalisir Lurah. 4. Surat Keterangan Kematian yang dikeluarkan oleh pihak Kelurahan.

5. Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Tetap (SKPPT) bagi Penduduk WNA.

6. Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Sementara (SKPPS) bagi Orang Asing Penduduk Sementara.

1.5.2.6. Instansi Pelaksana Pendaftaran Penduduk Dan Pencatatan Sipil

Instansi Pelaksana Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 adalah perangkat pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab dan berwenang melaksanakan pelayanan dalam urusan Administrasi Kependudukan. Instansi pelaksana administrasi kependudukan yaitu:

1. Kantor Urusan Agama (KUA) tingkat kecamatan untuk pencatatan nikah, talak, cerai, dan rujuk bagi penduduk yang beragama Islam.


(30)

Kewajiban instansi pelaksana administrasi kependudukan adalah sebagai berikut:

1. Mendaftar Peristiwa Kependudukan dan mencatat Peristiwa Penting;

2. Memberikan pelayanan yang sama dan profesional kepada setiap penduduk atas pelaporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting;

3. Menerbitkan Dokumen Kependudukan;

4. Mendokumentasikan hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;

5. Menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting; dan

6. Melakukan verifikasi dan validasi data dan informasi yang disampaikan oleh Penduduk dalam pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. Instansi Pelaksana dalam melaksanakan urusan administrasi kependudukan memiliki kewenangan yang meliputi:

1. Memperoleh keterangan dan data yang benar tentang peristiwa kependudukan dan Peristiwa Penting yang dilaporkan Penduduk;

2. Memperoleh data mengenai Peristiwa Penting yang dialami Penduduk atas dasar putusan atau penetapan pengadilan;

3. Memberikan keterangan atas laporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting untuk kepentingan penyelidikan, penyidikan, dan pembuktian kepada lembaga peradilan; dan

4. Mengelola data dan mendayagunakan informasi hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil untuk kepentingan pembangunan.


(31)

1.6. Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan suatu generalisasi dan pemahaman terhadap suatu masalah yang akan diteliti. Tujuannya adalah untuk mempermudah pemahaman dan menghindari interpretasi ganda dari variabel yang akan diteliti, sehingga tidak menimbulkan kekaburan dan kesalahan dalam menginterpretasikan masalah.

Adapun konsep-konsep yang yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan Publik Pelayanan publik adalah sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik ma prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan ole at masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Pelayanan Administrasi Kependudukan adalah segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.


(32)

3. Penerapan Pelayanan Pengurusan Surat Keterangan Kelahiran dan Surat Keterangan Kematian merupakan bentuk pelayanan administrasi kepada masyarakat, dimana pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan administrasi di daerah tempat masyarakat memperolah layanan Surat Keterangan Kelahiran dan Surat Keterangan Kematian sehingga tercapai tujan pelayanan administrasi masyarakat yang telah ditetapkan. Berfungsi sebagai informasi dalam memberikan pelayanan publik dan pembangunan sektor lain. Berdasarkan prinsip dan standar pelayanan publik, ada beberapa faktor-faktor yang harus dipenuhi dalam penerapan pelayanan publik:

1. Kesederhanaan. Dalam hal ini prosedur/tatacara pelayanan diselenggarakan secara tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan dilaksanakan

2. Kejelasan. Pelayanan yang diberikan harus memberikan memberikan kejelasan kepada penerima pelayanan, terutama dalam hal:

a. Prosedur/tatacara umum, baik teknis maupun administratif b. Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab

dalam memberikan pelayanan publik dan penyelesaian keluahan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik.

c. Rincian biaya/tarif pelayanan publik yang dikenakan dan tata cara.


(33)

3. Kepastian Waktu. Pelayanan yang dimaksud harus dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

4. Akurasi. Produk pelayanan publik harus dapat diterima dengan benar, tepat dan sah secara hukum.

5. Keamanan. Proses dan produk pelayanan harus dapat memberikan rasa aman bagi penerima pelayanan dan kepastian hukum.

6. Tanggung Jawab. Pimpinan penyelenggara pelayanan publik harus bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian serta penanganan keluhan atas persoalan yang muncul dalam pelaksanaan pelayanan publik.

7. Kelengkapan Sarana dan Prasarana. Tersedianya sarana dan prasarana kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana telekomunikasi dan informatika.

8. Kemudahan Akses. Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi komunikasi dan informatika.

9. Kedisiplinan, Keopanan, dan Keramahtamahan. Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan santun, ramah serta memberi pelayanan dengan ikhlas.

10.Kenyamanan. Pelayanan harus tertib, teratur dan disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan


(34)

sehat serta dilengkapi fasilitas pendukung pelayanan lainnya seperti parkir dan toilet.

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk menguraikan bagaimana penerapan pelayanan administrasi


(35)

kependudukan bagi masyarakat dalam hal pelayanan Surat Keterangan Kelahiran dan Surat Keterangan Kematian di Kantor Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah.

Metode penelitian kualitatif deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Penelitian ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini penelitian tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian. Dengan metode deskriptif, penelitian memungkinkan untuk melakukan hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas universal.

Metode deskriptif memusatkan perhatian pada masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan dan aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat. Dengan demikian penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa untuk memberi kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh di lapangan.

2.2. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian adalah uraian lokasi penelitian yang diisi dengan identifikasi karakteristik lokasi dan alasan memilih lokasi serta bagaimana peneliti memasuki lokasi tersebut. Pemilihan lokasi harus didasarkan pada


(36)

pertimbangan-pertimbangan keunikan dan kesesuaian topik. Dengan pemilihan lokasi ini, peneliti diharapkan menemukan hal-hal yang bermakna.

Dalam rangka efektifitas dan efisiensi penelitian, maka diambil salah satu kecamatan yang dianggap representatif yaitu Kecamatan Kebayakan yang membawahi 19 desa definitif dan 1 desa persiapan. Pelayanan yang ingin dikaji yaitu pelayanan dasar yang meliputi penerbitan Surat Keterangan Kelahiran dan Surat Keterangan Kematian sebagai dasar bagi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil setempat untuk menerbitkan Akte Kelahiran dan Akte Kematian bagi penduduk yang memerlukannya.

Penelitian ini dilakukan di Kantor Kecamatan Kebayakan yang beralamat di Jl. Abdul Wahab No. 159 Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh.

2.3. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah seseorang yang mempunyai pengetahuan tentang objek penelitian, yang lazimnya berkaitan dengan sifat dan atau keadaan kelembagaan, termasuk pranata kemasyarakatan dimana informasi yang akan diperoleh dari informan penelitian bukan bersifat pribadi (karakteristik pribadi, pendapat atau pandangan pribadi, penilaian pribadi), melainkan informasi kelembagaan organisasi atau pranata sosial (Amirin, 2009).


(37)

Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang dapat memperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan, atau data-data yang dapat membantu memenuhi persoalan/permasalahan tersebut.

Dalam penelitian ini, penulis memilih menggunakan informan kunci (key

informan), dan informan biasa. Informan kunci adalah informan yang mengetahui

secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti, sedangkan informan biasa adalah informan yang ditentukan dengan dasar pertimbangan mengetahui dan berhubungan dengan permasalahan saja.

Atas dasar petimbangan tersebut, maka yang menjadi key informan adalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Camat : Marguh Iriansyah, BA

Sekretaris Camat : Armiati, S.Pd Kasubbag Umum & Kepegawaian : Ummi Sahra Kasubbag Keuangan : Daimiati Kasubbag Perencanaan : Sri Wahyuni

Kepala Seksi Pemerintahan : Yuspasar Hasbi, BA Kepala Seksi Pemb. Masy & KPG : Ibrahim, S.Ag Sedangkan yang menjadi informan biasa adalah

1. Pegawai Kantor Kecamatan Kebayakan Aceh Tengah = 5 orang

2. Masyarakat yang mengurus Surat Keterangan Kelahiran dan Surat Keterangan Kematian pada bulan Juni – Agustus 2012 = 15 orang


(38)

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan dua cara yaitu:

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari lapangan yang diperoleh melalui: a. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian. b. Wawancara, yaitu mendapatkan data dengan cara mewawancarai informan

kunci dan informan biasa.

2. Data Sekunder, yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah sejumlah buku, dan dokumen/arsip yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dimana peneliti harus mampu mengungkap gejala sosial di lapangan dengan mengerahkan segenap fungsi inderawinya. Dengan demikian, peneliti harus dapat diterima oleh informan dan lingkungannya agar mampu mengungkap data yang tersembunyi melalui bahasa tutur, bahasa tubuh, perilaku maupun ungkapan-ungkapan yang berkembang dalam dunia dan lingkungan responden. Data dan informasi kualitatif tersebut selanjutnya diinterpretasikan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.


(39)

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk memperoleh data dan informasi serta menganalisis data dan infromasi yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya, peneliti kemudian menentukan metode penelitian dan teknik analisis data yang digunakan, yaitu metode deskriptif dan teknik analisis data kualitatif. Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan yang benar-benar mengetahui bagaimana implementasi pelayanan administrasi kependudukan bagi masyarakat dalam hal pelayanan Surat Keterangan Kelahiran dan Surat Keterangan Kematian di Kantor Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah. Di samping itu, peneliti juga mengumpulkan data sekunder berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pelayanan administrasi kependudukan di Kantor Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah, serta melakukan pengamatan terhadap situasi dan kondisi di lokasi penelitian untuk melengkapi data yang dibutuhkan.

2. Setelah data dan informasi terkumpul, peneliti kemudian memilah-milah data dan informasi ke dalam indikator-indikator penelitian yang telah ditetapkan seperti Kesederhanaan, Kejelasan (Prosedur, Unit kerja atau pejabat yang berwewenang, Rincian Biaya), Kepastian waktu, Akurasi, Keamanan, tanggung jawab, Kelengkapan Sarana dan Prasarana, Kemudahan akses, Kedisiplinan, Kenyamanan.


(40)

3. Setelah data informasi dikelompokkan, peneliti melakukan penyajian data dan analisis data. Penyajian dan analisis data dilakukan dengan menguraikan masing-masing indikator penelitian berdasarkan data dan informasi yang diperoleh di lapangan. Peneliti kemudian menganalisis dan membuat perbandingan antara data dan fakta lapangan (hasil wawancara, observasi, dan data sekunder) dengan teori-teori yang berhubungan dengan indikator penelitian.

4. Setelah itu, kemudian diambil kesimpulan bagaimana sesungguhnya penerapan pelaksanaan administrasi kependudukan dalam pelayanan Surat Keterangan Kelahiran dan Surat Keterangan Kematian di Kantor Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah dengan berpatokan kepada indikator-indikator yang telah ditetapkan.


(41)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1. Sejarah Singkat Kabupaten Aceh Tengah 3.1.1. Masa Pra Kolonial

Pada masa pra kolonial, sebutan Reje dan Kejurun di Kabupaten Aceh Tengah digunakan untuk orang yang mengatur organisasi/persekutuan hukum yang relatif besar seperti Kerajaan Linge, sedangkan sebutan Penghulu digunakan untuk orang yang mengatur organisasi/persekutuan hukum yang relatif kecil, seperti Kerajaan Bukit, Cik (Bebesen) dan lain-lain.

Reje dan Kejurun dalam menjalankan pemerintahan dibantu oleh suatu Majelis Penasehat yang terdiri dari unsur cerdik pandai, alim uIama dan orang-orang terkemuka dalam masyarakat. Penghulu (Reje) dibantu oleh Petue, Imem dan Rakyat disebut dengan istilah Sarak Opat. Sarak Opat tersebut dibantu pula oleh beberapa orang yang disebut dengan ”Hariye“.

Reje berfungsi sebagai Musuket Sipet, Petue berfungsi sebagai Musidik Sasat,

Imem berfungsi sebagai Muperlu Sunet dan Rakyat berfungsi sebagai Genap Mufakat. Pemerintahan dilaksanakan secara demokratis dengan semboyan: “Sudere Genap Mufakat”.

1. Urang Tue Musidik Safat ( Kebijaksanaan Kaum Tua ).

2. Pegawe Muperlu Sunet ( Urusan Hukum Agama ).


(42)

3.1.2. Masa Era Kolonial

Secara hukum, Kabupaten Aceh Tengah dikukuhkan pada tahun 1956 melalui Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956. Meskipun demikian, Aceh Tengah telah eksis sejak zaman pendudukan Belanda (1904 -1942). Pada masa itu wilayah Takengon (Onder Afdeeling Nordkus Atjeh) dengan Sigli sebagai ibukotanya.

Takengon (Onder Afdeeling Nordkus Atjeh) yang beribu negeri Takengon terbagi atas empat negeri (Landscap) yaitu :

1. Negeri (Landscap) Bukit beribukota Mampak 2. Negeri (Landscap) Linge beribukota Isaq

3. Negeri (Landscap) Syiah Utama beribukota Nosar 4. Negeri (Landscap) Cik beribukota Kemili

Setelah berakhirnya masa pendudukan Belanda, diteruskan dengan masa pendudukan Jepang (1942- 1945), wilayah tidak berubah, Jepang hanya mengganti nama seperti :

1. Onder Afdeeling diganti menjadi Gun ( dipimpin oleh pribumi yang disebut dengan Gunco )

2. Lanscap diganti menjadi Sun (dipimpin oleh pribumi yang disebut dengan Sunco)

Sebutan Gun dan Sun kembali diubah namanya pada masa kemerdekaan (1945) yaitu menjadi wilayah, selanjutnya berubah lagi menjadi kabupaten yang terdiri atas beberapa kewedanan dan Sun menjadi negeri, selanjutnya berubah lagi menjadi Kecamatan.


(43)

Pada saat itu, Kabupaten Aceh Tengah terdiri atas tiga kewedanan (kecamatan) yaitu :

1. Kewedanan Takengon; 2. Kewedanan Gayo Lues; dan 3. Kewedanan Tanah Alas.

3.1.3. Era Kemerdekaan

Oleh karena luasnya wilayah, sulitnya transportasi serta aspirasi masyarakat, akhirnya Kabupaten Aceh Tengah dipecah menjadi dua bagian pada tahun 1974. Melalui Undang-undang Nomor 4 Tahun 1974. Kewedanan Gayo Lues dan Tanah Alas diubah menjadi Kabupaten Aceh Tenggara, dengan luas 995.099 ha yang terdiri dari 9 Kecamatan, 227 Desa, 2 Kelurahan serta 580 Dusun. Sedangkan Kabupaten Aceh Tengah setelah dikurangi dengan dua Kewedanan lainnya terdiri atas 7 Kecamatan dan 2 perwakilan Kecamatan, yaitu :

1. Kecamatan Kota dengan Ibukota Kota Takengon

2. Kecamatan Bukit dangan Ibukota Simpang Tiga Redelong 3. Kecamatan Bebesen dengan Ibukota Kemili

4. Kecamatan Timang Gajah dengan Ibukota Lampahan 5. Kecamatan Silih Nara dengan Ibukota Angkup 6. Kecamatan Linge dengan Ibukota Isaq


(44)

8. Perwakilan Kecamatan Bebesen adalah Pegasing dengan Ibukota Kelaping yang saat ini telah manjadi Kecamatan Pegasing

9. Perwakilan Kecamatan Kota adalah Bintang dengan Ibukota Bintang yang saat ini telah menjadi Kecamatan Bintang

Salah satu upaya untuk mempercepat laju pembangunan ditinjau dari aspek pertumbuhan ekonomi daerah, pemerataan hasil-hasil pembangunan dan stabilitas keamanan yaitu dengan pemekaran wilayah, maka pada tahun 2000 Kecamatan Silih Nara dan Kecamatan Bandar dimekarkan sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Tengah Nomor 6 Tahun 2000, yaitu:

1. Kecamatan Syiah Utama dengan Ibu Kota Rusip. 2. Kecamatan Ketol dengan Ibu Kota Reje Wali.

Dalam rangka mewujudkan aspirasi masyarakat di Kabupaten Aceh Tengah, serta untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang pemerintahan dan pembangunan kemasyarakatan, akhirnya Kabupaten Aceh Tengah dimekarkan kembali menjadi dua Kabupaten pada tahun 2003 melalui Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2003, yaitu Kabupaten Bener Meriah dengan luas 1.454,09 Km2 yang terdiri dari 7 Kecamatan dan 117 Desa Definitif, serta Kabupaten Aceh Tengah yang terdiri dari 10 (sepuluh ) Kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Linge dengen dengan Ibu Kota Isaq 2. Kecamatan Bintang dengan Ibu Kota Bintang 3. Kecamatan Kebayakan dengan Ibu Kota Kebayakan 4. Kecamatan Lut Tawar dengan Ibu Kota Kota Takengon


(45)

5. Kecamatan Pegasing dengan Ibu Kota Simpang Kelaping 6. Kecamatan Bebesen dengan Ibu Kota Kemili

7. Kecamatan Kute Panang dengan Ibu Kota Ratawali 8. Kecamatan Silih Nara dengan Ibu Kota Angkup 9. Kecamatan Ketol dengan Ibu Kota Rejewali 10.Kecamatan Celala dengan Ibu Kota Celala

Selanjutnya dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang lebih merata, maka dipandang perlu melakukan pemekaran kembali beberapa kecamatan dalam Kabupaten Aceh Tengah sesuai dengan Qanun Nomor I Tahun 2007 yang terdiri dari 14 kecamatan. Keempat belas kecamatan tersebut adalah:

1. Kecamatan Linge dengen dengan Ibu Kota Isaq 2. Kecamatan Bintang dengan Ibu Kota Bintang 3. Kecamatan Kebayakan dengan Ibu Kota Kebayakan

4. Kecamatan Lut Tawar dengan Ibu Kota Kota Takengon Timur 5. Kecamatan Pegasing dengan Ibu Kota Simpang Kelaping 6. Kecamatan Bebesen dengan Ibu Kota Kemili

7. Kecamatan Kute Panang dengan Ibu Kota Ratawali 8. Kecamatan Silih Nara dengan Ibu Kota Angkup 9. Kecamatan Ketol dengan Ibu Kota Rejewali 10.Kecamatan Celala dengan Ibu Kota Celala.


(46)

12.Kecamatan Atu Lintang dengan Ibu Kota Merah Mege 13.Kecamatan Bies dengan Ibu Kota Atang Jungket

14.Kecamatan Rusip Antara dengan Ibu Kota Pantan Tengah

3.2. Kondisi Geografis Kabupaten Aceh Tengah

Aceh Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak ditengah-tengah Provinsi Aceh. Secara geografis Kabupaten Aceh Tengah berada pada posisi antara 4010”-4058” LU dan 96018” - 96022” BT. Wilayahnya yang seluas 431.839 Ha atau setara dengan 4.318,39 Km2, berbatasan langsung dengan Kabupaten Bener Meriah dan Bireuen di sebelah utara, Kabupaten Gayo Lues di sebelah selatan, Kabupaten Nagan Raya dan Pidie di sebelah barat, serta Kabupaten Aceh Timur di sebelah timur. Secara administrative, wilayahnya terbagi menjadi 14 kecamatan yang meliputi 269 desa/ kampung defenitif dan 27 kampung persiapan. Pada Triwulan I tahun 2011, jumlah penduduknya mencapai 202.114 jiwa dengan kepadatan rata-rata 47 jiwa/Km2. Keadaan pendududuk berdasarkan suku bangsa, Kabupaten Aceh Tengah merupakan daerah yang majemuk dengan komposisi penduduk bersuku Gayo ± 60%, suku Jawa 30%, Aceh Pesisir 5%, dan sisanya merupakan suku lainnya seperti Batak, Padang, Cina, dsb dengan mayoritas penduduk beragama Islam yakni sebanyak 97%. Mata pencaharian penduduknya didominasi oleh kegiatan pertanian dengan tenaga kerja sebesar 80%, disusul lapangan pekerjaan disektor perdagangan sebanyak 8%, sektor jasa sebesar 5% dan sektor lainnya sebesar 7%.


(47)

Provinsi Aceh

Ibukota Takengon

Kode Wilayah 11.04

Luas ± 4.318,39 km2

Tinggi Rata-Rata 200 - 2.600 m diatas Permukaan Laut

Dasar Hukum UU No. 10 Tahun 1948 & UU Darurat No. 7 Tahun

Tanggal Hari Jadi 14 April 1948

Koordinat 4010”-4058” LU dan 96018” - 96022” BT

Jumlah Penduduk 175.527

Kecamatan 14

Kampung 295

Kode Area Telepon 0643

Suku Gayo, Jawa, Aceh Pesisir

Bahasa Gayo, Indonesia

Agama Mayoritas Islam

Tabel 1. Informasi Kabupaten Aceh Tengah

Kabupaten Aceh Tengah memiliki topografi wilayah bergunung dan berbukit dengan ketinggian rata-rata bervariasi antara 200 – 2.600 meter diatas permukaan laut. Penggunaan lahannya didominasi oleh kawasan hutan seluas 280.647 Ha atau 64,98% dari luas wilayah, dan sisanya berupa tanah bangunan, sawah, tegal/ kebun, lading/huma, padang rumput, rawa-rawa, kolam, tambak, perkebunan dan areal peruntukan lainnya. Pada umumnya jenis tanahnya bervariasi, 68% diantaranya terdiri dari tanah podsolik coklat dan merah kuning dengan tekstur liat berpasir, struktur remuk, konsistensi gembur permeabilitas sedang. Keadaan tersebut menjadikan Aceh Tengah sebagai daerah yang subur dan menjadi pusat produksi hasil pertanian dataran tinggi di Provinsi Aceh. Sesuai dengan letak geografisnya, iklimnya termasuk iklim equatorial, dengan jumlah hari hujan rata-rata 137 hari/ tahun dan curah hujan rata-rata 1.822 m/tahun. Suhu udara rata-rata berkisar pada 20 derajad celcius dengan kelembaban nisbi antara 80 – 84% (Horas, 2012).


(48)

Gambar 1. Peta Kabupaten Aceh Tengah

Secara geografis, Kabupaten ini mempunyai batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Bener Meriah

2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Gayo Lues 3. Sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh Timur

4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Nagan Raya dan Pidie

Adapun mata pencaharian masyarakat Aceh Tengah adalah dalam bidang pertanian, kopi menjadi komoniti terbesar, dari 51.854,7 hektar lahan pertanian di sana 47.854,7 hektar di gunakan untuk lahan kopi sedangkan petani yang terdata 32.694 orang. Produksi petani di Aceh Tengah menghasilkan 10.090 hektar/tahun.

Kabupaten Aceh Tengah terdiri atas 14 kecamatan. Berikut disajikan 14 Kecamatan berikut persentase wilayahnya dalam lingkup Kabupaten Aceh Tengah:

No Kecamatan Luas (KM²) Luas (%)

1. Linge 2.075,28 48,06

2. Bintang 429,00 9,93

3. Lut Tawar 99,56 2,31

4. Kebayakan 56,34 1,30


(49)

6. Bebesen 47,19 1,09

7. Kute Panang 35,06 0,81

8. Silih Nara 98,00 2,27

9. Ketol 404,53 9,37

10. Celala 89,00 2,06

11. Jagong Jeget 105,04 2,43

12. Atu Lintang 82,53 1,91

13. Bies 28,86 0,67

14. Rusip Antara 669,00 15,49

Jumlah 4.318,39 100

Tabel 2. Daftar Kecamatan – Kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah

Sejak zaman kemerdekaan sampai sekarang, Kabupaten Aceh Tengah telah dipimpin oleh 19 orang Bupati, nama dan tahun kepemimpinannya sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini

No Nama Tahun Menjabat

1. Abdul Wahab 1945 s/d 1949

2. Zaini Bakri 1949 s/d 1952

3. M. Husin 1952 s/d 1953

4. Mude Sedang 1953 s/d 1957

5. M. Sahim Hasyimi 1957 s/d 1958

6. Abdul Wahab 1958 s/d 1964

7. Aman Sari 1964 s/d 1966

8. M. Isa Amin 1966 s/d 1970

9. Nyak Abas 1970 s/d 1971

10. Nurdin Sufi 1971 s/d 1975

11. M. Beni Batacut, BA. 1975 s/d 1985

12. M. Jamil 1985 s/d 1990

13. Drs. Zainuddin Mard 1990 s/d 1991

14. Drs. T. M. Yoesoef Zainoel 1991 s/d 1992

15. Drs. Buchari Isag 1992 s/d 1998

16. Drs.H. Mustafa M.Tami, MM. 1998 s/d 2004 17. Ir. Nasaruddin, MM (Pj) 2004 s/d 2005 18. Drs. H. Syahbudin Bp, MM (Pj) 2006

19. Ir. Nasaruddin, MM 2007 s/d sekarang

Tabel 3. Daftar Nama Kepala Daerah Kabupaten Aceh Tengah

3.3. Visi, Misi dan Logo Kabupaten Aceh Tengah 3.3.1. Visi Kabupaten Aceh Tengah


(50)

Perumusan visi merupakan gambaran tentang masa depan yang realistik dan ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu, dengan mengisyaratkan adanya misi dan tantangan. Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional, disebutkan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Berangkat dari pengertian visi tersebut, maka dapat dirumuskan visi berikut “Terwujudnya Kemakmuran dan Terhalaunya Kemiskinan Menuju Masyarakat Aceh Tengah Sejahtera”.

3.3.2. Misi Kabupaten Aceh Tengah

Dalam rangka mencapai visi

yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu 2007-2012 adalah:

1. Mewujudkan Peningkatan pelaksanaan Syari’at Islam dan penghayatan serta pengamalan nilai-nilai pancasila dan undang-undang 1945;

2. Memantapkan perkonomian rakyat dibidang perkebunan, hortikultura dan kegiatan pertanian lainnya,serta mengurangi angka pengangguran melalui pembukaan lapangan kerja diberbagai bidang.

3. Mewujudkan dan menetapkan sarana dan prasarana transportasi serta infrastruktur lainnya untuk mendukung usaha perekonomian rakyat dan daerah.


(51)

4. Meningkatkan kualitas pendidikan disemua jenjang untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia yang beriman, berilmu pengetahuan dan menguasai teknologi.

5. Meningkatkan kualitas pelayanan dan pemerataan kesehatan serta membangun infrastruktur kesehatan sampai ke pedesaan.

6. Mewujudkan iklim kehidupan masyarakat yang damai dan tertib dengan mengedepankan prinsip musyawarah untuk mupakat sesuai dengan adat istiadat. Serta mengupayakan pengembangan wilayah diberbagai strata pemerintahan (Setdakab Aceh Tengah, 2011:27).

3.3.3. Logo Kabupaten Aceh Tengah

Setiap daerah pasti memiliki logo atau lambang yang menyiratkan nilai-nilai filosofis yang dipercaya oleh masyarakat daerah tersebut. Adapun Logo Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah beserta maknanya adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Logo Kabupaten Aceh Tengah

Lambang daerah Kabupaten Aceh Tengah bernama “Keramat Mupakat” yang mengandung 4 (empat) unsur pelambang dari:


(52)

1. Keadilan : dilambangkan dengan simbol gambar kalpitu mata

(tempurung bermata tujuh) yang terletak di atas empat buah petak yang tersusun yang melambangkan empat unsur dalam pemerintahan (syara kopat) dan di atasnya tujuh gambar bintang.

2. Kemakmuran : dilambangkan dengan simbol gambar delapan pucuk daun tembakau, sembilan buah kopi, dua puluh lima daun pinus dan dua puluh butir padi serta pangkal tangkai diikat dengan delapan ikatan tali.

3. Kerukunan : dilambangkan dengan simbul gambar rumah adat (umah

pitu ruang) yang membentuk segi lima sebagai

pencerminan Pancasila.

4. Kesejahteraan : dilambangkan dengan simbol kubah mesjid yang dibentuk oleh dua ujung tangkai buah kopi dan padi.

3.4. Sekilas Mengenai Kecamatan Kebayakan

Kecamatan Kebayakan adalah salah satu Kecamatan yang berada dalam cakupan wilayah administratif Kabupaten Aceh Tengah. Beribukota di Kebayakan, Kecamatan ini membawahi 19 desa definitif dan 1 desa persiapan dimana luas wilayahnya mencapai 56, 34 Km² atau sekitar 1,3% dari total luas wilayah Kabupaten Aceh Tengah (Aceh Tengah Dalam Angka, 2011).


(53)

Adapun kelurahan-kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Kebayakan adalah sebagai berikut:

1. Kelurahan atau Desa Lot Kala

2. Kelurahan atau Desa Jongok Meluem 3. Kelurahan atau Desa Bukit

4. Kelurahan atau Desa Bukit Iwih Tami Delem 5. Kelurahan atau Desa Bukit Sama

6. Kelurahan atau Desa Gunung Bahgie 7. Kelurahan atau Desa Gunung Balohen 8. Kelurahan atau Desa Gunung Bukit 9. Kelurahan atau Desa Jongok Bathin

10.Kelurahan atau Des

11.Kelurahan atau Desa Kala Lengkio 12.Kelurahan atau Desa Kelupak Mata

13.Kelurahan atau Desa Kutelot Kelurahan atau Desa Mendale 14.Kelurahan atau Desa Paya Reje Tamidelem


(54)

16.Kelurahan atau Desa Paya Tumpi Baru 17.Kelurahan atau Desa Paya Tumpi I 18.Kelurahan atau Desa Pinangan

19.Kelurahan atau Desa Timangan Gading

3.5. Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Kantor Kecamatan Kebayakan

Kantor Kecamatan Kebayakan merupakan kantor administratif pemerintah Kabupaten Aceh Tengah yang membawahi 19 Kelurahan. Kantor beralamat di Jalan Abdul Wahab No. 159 Kebayakan Aceh Tengah.

Secara garis besar, susunan organisasi yang diterapkan pada Kantor Kecamatan Kebayakan terdiri dari:

a. Camat;

b. Sekretaris Kecamatan; c. Kepala Seksi Pemerintahan;

d. Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban; e. Kepala Seksi Pembangunan Masyarakat Desa; f. Kepala Seksi Informasi dan Komunikasi; g. Kepala Seksi Sosial.


(55)

Gambar 4. Kantor Kecamatan Kebayakan

Camat memiliki rumusan tugas untuk memimpin pemerintahan kecamatan dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kehidupan kemasyarakatan sesuai ketentuan yang berlaku untuk mendukung kelancaran tugas pokok dan fungsi pemerintahan Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah.

a. Camat

Dalam melaksanakan tugasnya, Camat memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Membuat rencana kerja berdasarkan peraturan yang berlaku untuk pedoman pelaksanaan kegiatan;

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang masing-masing agar memahami tugasnya;

c. Memberi petunjuk kepada bawahan berdasarkan pembagian tugas agar pelaksanaannya dapat berjalan lancar;


(56)

d. Mengkoordinasi dan mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan bawahan serta mengecek hasilnya secara langsung atau melalui laporan untuk mengetahui kelancaran serta hambatan yang terjadi;

e. Membina dan memotivasi bawahan dalam upaya peningkatan produktifitas kerja dan pengembangan karier;

f. Mengkoordinir pelaksanaan sebahagian kewenangan pemerintah daerah berdasarkan pelimpahan untuk kelancaran pelaksanaan tugas;

g. Mengarahkan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah kecamatan melalui pelayanan dalam rangka pencapaian sasaran yang telah ditetapkan;

h. Mengawasi pelaksanaan pembinaan ketentraman dan ketertiban wilayah baik secara langsung maupun melalui laporan dalam rangka terciptanya situasi yang kondusif bagi masyarakat;

i. Mengevaluasi pelaksanaan pembinaan kesejahteraan sosial secara periodik guna megetahui hambatan dan permasalahan yang terjadi dan mencari alternatif pemecahannya;

j. Mengkoordinir kegiatan penyusunan rencana dan program sesuai dengan kebutuhan satuan kerja agar diperoleh sinkronisasi dalam pelaksanaan kegiatan;

k. Melaksanakan tugas dan pembinaan keagrariaan dan pembinaan sosial politik dalam negeri berdasarkan ketentuan yang ada untuk tertibnya administrasi pertanahan dan wawasan kebangsaan;


(57)

l. Mengawasi kegiatan pemerintahan kampung/kelurahan sesuai dengan kewenangan yang ada dalam rangka pelaksanaan pemantapan roda pemerintahan kampung/kelurahan;

m. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya sesuai instruksi atasan agar tugas terbagi habis;

n. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai bahan masukan dalam penyusunan program selanjutnya.

Sekretaris Kecamatan memiliki rumusan tugas yaitu untuk memimpin sekretariat kecamatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pelayanan teknis administrasi serta keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mendukung kelancaran tugas pokok dan fungsi kantor camat.

b.Sekretaris Kecamatan

Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretaris Camat memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Membuat rencana kerja berdasarkan peraturan yang berlaku untuk pedoman pelaksanaan kegiatan;

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang masing-masing agar memahami tugasnya;

c. Memberi petunjuk kepada bawahan berdasarkan pembagian tugas agar pelaksanaannya dapat berjalan lancar;


(58)

d. Mengkoordinasikan dan mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan bawahan serta mengecek hasilnya secara langsung atau melalui laporan untuk mengetahui kelancaran serta hambatan yang terjadi;

e. Membina dan memotivasi bawahan dalam upaya peningkatan produktifitas kerja dan pengembangan karier;

f. Mengkoordinir kegiatan pelayanan surat-menyurat sesuai dengan jenis dan bentuk permasalahannya agar pendistribusiannya tepat waktu;

g. Mengelola kegiatan administrasi kepegawaian dan keuangan secara tertib dan teratur sesuai ketentuan yang berlaku dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas;

h. Mengelola pengadaan dan pemeliharaan peralatan kantor berdasarkan kebutuhan satuan kerja untuk meningkatkan produktiftas kerja;

i. Melaksanakan kegiatan pemantauan baik langsung maupun melalui laporan secara periodik untuk mengetahui hambatan yang terjadi guna mencari alternatif pemecahannya;

j. Memaraf naskah dinas dalam kapasitas kebenaran format dan bentuknya untuk tertibnya adminitrasi;

k. Mengkoordinir penyusunan laporan akuntabilitas kinerja dan pelaksanaan analisis jabatan sesuai ketentuan yanbg berlaku dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan;

l. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya sesuai instruksi atasan agar tugas terbagi habis;


(59)

m. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai bahan masukan dalam penyusunan program selanjutnya.

Kepala Seksi Pemerintahan memiliki rumusan tugas yaitu untuk memimpin seksi pemerintahan dalam pelaksanaan kegiatan teknis dan administrasi pemerintahan umum, kampung/kelurahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mendukung kelancaran tugas pokok dan fungsi kantor camat.

c. Kepala Seksi Pemerintahan

Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Seksi Pemerintahan memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Membuat rencana kerja berdasarkan peraturan yang berlaku untuk pedoman pelaksanaan kegiatan;

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang masing-masing agar memahami tugasnya;

c. Memberi petunjuk kepada bawahan berdasarkan pembagian tugas agar pelaksanaannya dapat berjalan lancar;

d. Mengkoordinasikan dan mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan bawahan serta mengecek hasilnya secara langsung atau melalui laporan untuk mengetahui kelancaran serta hambatan yang terjadi;

e. Membina dan memotivasi bawahan dalam upaya peningkatan produktifitas kerja dan pengembangan karier;


(60)

f. Melaksanakan kegaitan pelayanan kependudukan dan pertanahan berupa: Akte Tanah, Akte Jual-Beli, Akte Waris, Pengantar KTP, KK, dan Surat Pindah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka pencapaian tertib administrasi;

g. Melaksanakan kegiatan pemerintahan umum seperti: pembuatan biografi, monografi, tofografi, dan demografi sesuai dengan petunjuk yang ada dalam rangka pementapan pelaksanaan roda pemerintahan;

h. Melaksanakan kegiatan pembinaan pemerintahan kampung seperti: pendataan aparatur, pemyelenggaraan pemilihan kepala kampung/mukim, dan persiapan pelantikannya, pendataan aset kampung sesuai dengan petunjuk yang ada dalam rangka tertib administrasi;

i. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya sesuai dengan instruksi atasan agar tugas terbagi habis;

j. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai bahan masukan dalam penyusunan program selanjutnya.

Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban memiliki rumusan tugas yaitu untuk memimpin Seksi Ketentraman dan Ketertiban dalam pelaksanaan kegiatan teknis dan administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mendukung kelancaran tugas pokok dan fungsi kantor camat.


(61)

Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban memiliki fungsi yaitu sebagai berikut:

a. Membuat rencana kerja berdasarkan peraturan yang berlaku untuk pedoman pelaksanaan kegiatan;

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang masing-masing agar memahami tugasnya;

c. Memberi petunjuk kepada bawahan berdasarkan pembagian tugas agar pelaksanaannya dapat berjalan lancar;

d. Mengkoordinasikan dan mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan bawahan serta mengecek hasilnya secara langsung atau melalui laporan untuk mengetahui kelancaran serta hambatan yang terjadi;

e. Membina dan memotivasi bawahan dalam upaya peningkatan produktifitas kerja dan pengembangan karier;

f. Melaksanakan kegiatan pelayanan administrasi ketertiban berupa pendataan pos kamling, linmas tapol dan napol sesuai dengan jenis permasalahannya agar terwujudnya pelayanan yang maksimal bagi anggota masyarakat;

g. Melaksanakan kegiatan pemantauan/monitoring terhadap kondisi kamtibmas baik secara langsung maupun melalui laporan yang diterima secara periodik untuk mengetahui hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan program kegiatan yang telah direncanakan;

h. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya sesuai instrukisi atasan agar tugas terbagi habis;


(62)

i. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai bahan masukan dalam penyusunan program selanjutnya.

Kepala Seksi Pembangunan Masyarakat Desa mempunyai rumusan tugas yaitu untuk memimpin Seksi Pembangunan Masyarakat Desa dalam pelaksanaan kegiatan teknis dan administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mendukung kelancaran tugas pokok dan fungsi kantor camat.

e. Kepala Seksi Pembangunan Masyarakat Desa

Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Seksi Pembangunan Masyarakat Desa mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Membuat rencana kerja berdasarkan peraturan yang berlaku untuk pedoman pelaksanaan kegiatan;

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang masing-masing agar memahami tugasnya;

c. Memberi petunjuk kepada bawahan berdasarkan pembagian tugas agar pelaksanaannya dapat berjalan lancar;

d. Mengkoordinasi dan mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan bawahan serta mengecek hasilnya secara langusng atau melalui laporan untuk mengetahui kelancaran serta hambatan yang terjadi;

e. Membina dan memotivasi bawahan dalam upaya peningkatan produktifitas kerja dan pengembangan karier;


(63)

f. Melaksanakan kegiatan pelayanan administrasi pembangunan berupa pendataan fasilitas umum, usulan pembangunan kecamatan dan kampung sesuai dengan jenis dan permasalahannya agar diperoleh pelayanan yang cepat dan tepat;

g. Melaksanakan kegiatan perencanaan program pembangunan dan mengkoordinir pembuatan HO, IMB, SIUP kekayaan alam dan lingkungan dalam tahapan dalam rangka kemakmuran masyarakat;

h. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya sesuai instruksi atasan agar tugas terbagi habis;

i. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai bahan masukan dalam penyusunan program selanjutnya.

Kepala Seksi Informasi dan Komunikasi mempunyai rumusan tugas yaitu untuk memimpin Seksi Informasi dan Komunikasi dalam pelaksanaan kegiatan teknis dan administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mendukung kelancaran tugas pokok dan fungsi kantor camat.

f. Kepala Seksi Informasi dan Komunikasi

Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Seksi Informasi dan Komunikasi mempunyai fungsi sebagai berikut:


(64)

a. Membuat rencana kerja berdasarkan peraturan yang berlaku untuk pedoman pelaksanaan kegiatan;

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang masing-masing agar memahami tugasnya;

c. Memberi petunjuk kepada bawahan berdasarkan pembagian tugas agar pelaksanaannya dapat berjalan lancar;

d. Mengkoordinasi dan mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan bawahan serta mengecek hasilnya secara langsung atau melalui laporan untuk menetahui kelancaran serta hambatan yang terjadi;

e. Membina dan memotivasi bawahan dalam upaya peningkatan produktifitas kerja dan pengembangan karier;

f. Melaksanakan kegiatan pendistribusian informasi secara aktual kepada anggota masyarakat sesuai dengan jenis dan permasalahannya agar sesuai tepat waktu;

g. Melaksanakan kegiatan komunikasi dengan anggota masyarakat dalam penyerapan aspirasi yang berkembang di tengah masyarakat untuk disampaikan kepada pimpinan sebagai bahan masukan dalam menyusun kebijakan kecamatan yang dinamis dan harmonis;

h. Mengelola dan mengolah informasi yang akan disampaikan dengan komunikasi yang tepat sesuai dengan produktifitas kerja;

i. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya sesuai instruksi atasan agar tugas terbagi habis;


(65)

j. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai bahan masukan dalam penyusunan program selanjutnya.

Kepala Seksi Sosial mempunyai memimpin seksi sosial dalam pelaksanaan kegiatan teknis dan administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mendukung kelancaran tugas piokok dan fungsi kantor camat

g. Kepala Seksi Sosial

Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Seksi Sosial mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Membuat rencana kerja berdasarkan peraturan yang berlaku untuk pedoman pelaksanaan kegiatan;

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang masing-masing agar memahami tugasnya;

c. Memberi petunjuk kepada bawahan berdasarkan pembagian tugas agar pelaksanaannya dapat berjalan lancar;

d. Mengkoordinasikan dan mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan bawahan serta mengecek hasilnya secara langsung atau melalui laporan untuk mengetahui kelancaran serta hambatan yang terjadi;

e. Membina dan memotivasi bawahan dalam upaya peningkatan produktifitas kerja dan pengembangan karier;


(1)

Adminitrasi Kependudukan (SIAK) secara menyeluruh. Hal ini tentu saja berpengaruh besar pada kepastian waktu dalam pengurusan.

4. Standar Operasional Prosedur. Standar Operasional Prosedur dalam hal pengurusan Surat Keterangan Kelahiran dan Kematian adalah masyarakat datang ke Kantor Kelurahan dengan membawa persyaratan dokumen seperti KTP dan surat keterangan lahir atau mati dari instansi kesehatan terdekat untuk memperoleh Surat Keterangan Kelahiran dan Kematian sebagai salah satu dokumen pendukung yang akan dibawa ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk menerbitkan Akte Kelahiran dan Akte Kematian.

5. Database. Database kependudukan telah diintegrasikan ke dalam suatu aplikasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) yang perekaman datanya dilaksanakan di Kantor Kecamatan secara periodik. Database ini amat bermanfaat untuk mengetahui jumlah pertambahan dan pengurangan penduduk dalam suatu jangka waktu tertentu secara lebih akurat yang pada akhirnya akan akan menunjukkan secara eksplisit persebaran penduduk di tiap-tiap kecamatan sebagai acuan dalam rangka merumuskan suatu kebijakan publik oleh pemerintah daerah.

6. Komunikasi Organisasi. Kantor Kecamatan Kebayakan telah melaksanakan komunikasi organisasi dalam dua bentuk, yaitu Komunikasi Organisasi Internal yaitu komunikasi antar personel dalam kantor Kecamtan Kebayakan dalam hal pelaksanaan pelayanan pengurusan Surat Keterangan Kelahiran dan Kematian dan Komunikasi Organisasi Eksternal yaitu komunikasi organisasi antar lembaga


(2)

pemerintah sehubungan dengan koordinasi pelaksanaan pelayanan administrasi kependudukan serta tindak lanjut atas pelaksanaan program-program yang bersifat insidentil.

7. Karakteristik Kantor. Kecamatan Kebayakan memiliki karakteristik kantor yang sama seperti kebanyakan instansi pemerintahan lainnya dimana pelaksanaannya didasarkan pada ketentuan pemerintah, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan publik.

8. Kecenderungan Sikap Pelaksana. Kecenderungan sikap yang ditunjukkan pelaksana masih jauh dari apa yang diharapkan dari seorang aparatur. Hampir semua masyarakat memberikan penilaian negatif sehubungan dengan hal tersebut. Berdasarkan model implementasi Van Horn dan Van Meter, kecenderungan sikap pelaksana/implementator yang masih menunjukkan perlakuan yang negatif akan melemahkan kepercayaan masyarakat yang pada akhirnya akan menjadi penghambat dalam pelaksanaan pelayanan itu sendiri. Sudah sepatutnya ini menjadi masalah yang harus dibahas serius sebelum ketidakpercayaan masyarakat itu berubah menjadi antipati.

5.2. Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan penulis ke depannya kepada pihak-pihak terkait adalah sebagai berikut:

1. Penulis menyarankan agar para pemangku kepentingan yang ada di Kabupaten Aceh Tengah, khususnya Kecamatan Kebayakan agar ikut


(3)

berpatisipan dalam mendukung peraturan daerah Kabupaten Aceh Tengah mengenai penyelenggaraan administrasi kependudukan, yang diharapkan dapat memuat karakteristik dan nilai-nilai budaya setempat sehubungan dengan pelaksanaan administrasi kependudukan yang dimaksud.

2. Perlunya pengembangan kesadaran masyarakat. Oleh karena semakin pentingnya administrasi kependudukan di masa yang akan datang, maka penulis menyarankan agar pemerintah daerah dapat pula meningkatkan intensitas kegiatan penyampaian informasi kependudukan kepada masyarakat melalui kegiatan-kegiatan sosialitatif (seminar, bimbingan teknis, penyuluhan) serta pemanfaatan media informasi (koran, radio, baliho, spanduk, dan sebagainya) yang dibiayai melalui penganggaran Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (ABPD).

3. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia pengelola database informasi administrasi kependudukan, terutama menyangkut kompetensi (pelatihan, diklat, bimbingan teknis berkelanjutan) dan kesejahteraan (honor maupun tunjangan daerah atas tugas fungsional) dalam rangka menyiapkan sistem informasi yang lebih berkualitas di masa yang akan da

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi VI). Jakata: Rineka Cipta.


(4)

Badan Pusat Statistik. 2011. Aceh Tengah Dalam Angka 2011. Takengon: Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tengah.

Fulthoni, Renata Arianingtyas, dkk. 2009. Buku Saku Untuk Kebebasan Beragama; Memahami Kebijakan Administrasi Kependudukan. Jakarta: The Indonesian Legal Resource Center.

Horas, Iwan Mardi. 2012. Program Pemanfaatan Sumber Daya Lokal Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Aceh Tengah. Takengon: Yayasan Haji Sabih Goenadjaja Dikoesoemah.

Insani, Istyadi. 2009. Implementasi Kebijakan Administrasi Kependudukan di Kota Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Jakarta: STIA LAN.

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2007. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Nugroho D.Riant. Kebijakan Publik ; Formulasi, Implementasi dan evaluasi. PT.Elex media computindo. Jakarta: 2003

Rohman, Ainur Ahmad. 2008. Reformasi Pelayanan Publik. Malang: Penerbit Averroes Press.

Sinambela, Lijan Poltak, Dkk. 2006. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi Aksara.

Subarsono, Ag. 2007. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Suwito, Sugito. 2009. Uji Coba Sistem Baru Administrasi Kependudukan. Jakarta: Gemari.

Tim Penyusun Setdakab Aceh Tengah. 2011. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Bupati Aceh Tengah 2007-2011. Takengon: Bagian Tata Pemerintahan Setdakab Aceh Tengah.

Winarno, Budi. Teori dan Proses kebijakan Publik. Med Press. Yogyakarta : 2002 Wahab, Solichin. Implementasi Kebijakan Publik. Malang : 2001


(5)

Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1956 Tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk Dan Pencatatan Sipil.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengangkatan Dan Pemberhentian Serta Tugas Pokok Pejabat Pencatatan Sipil Dan Petugas Registrasi.

Qanun Provinsi Aceh Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.


(6)

Artikel Internet:

Amirin, Tatang M. 2009. Populasi Dan Sampel Penelitian http://tatangmanguny. wordpress.com/2009/06/25/sampel-sampling-dan-populasi-penelitian-1/.

[Tanggal Akses 13 Februari 2012].

Data Statistik Indonesia. 2010. Data SUPAS. http://www.datastatistik-indonesia.com/component/option,com_supas/task,/Itemid,957/. [Tanggal Akses 13 Februari 2012]

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Banjar . 2010. Pentingnya Akta Kematian Bagi Penduduk [Tanggal Akses 13 Februari 2012].

Hartoto. 2009. Penelitian Deskriptif.

[Tanggal Akses 12 Februari 2012].

Infoskripsi. 2010. Proposal Penelitian Kualitatif (Skripsi).

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak RI. 2009. Pencatatan Kelahiran sebagai Alat Pencegahan dan Perlindungan dari Eksploitasi Anak di Indonesia.

http://www.menegpp.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id= 150:pencatatan-kelahiran-sebagai-alat-pencegahan-dan-perlindungan-dari-eksploitasi-anak-di-indonesia&catid=36:press-release&Itemid=87. [Tanggal Akses 13 Februari 2012]

Kurnia, Ganjar. 2007. Menata Administrasi Kependudukan.

Sofa. 2008. Kupas Tuntas Metode Penelitian Kualitatif.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Kualitas Pelayanan Publik (Studi Tentang Pelayanan Surat Keterangan Kelahiran dan Kematian di Kantor Kecamatan Binjai Kota Kota Binjai)

9 117 129

Tatacara Pemberian Surat Keterangan Fiskal (SKF) Kepada Wajib Pajak Oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

2 93 60

Penerapan Pelayanan Administrasi Kependudukan Bagi Masyarakat (Studi Tentang Pelayanan Surat Keterangan Kelahiran Dan Kematian Pada Kantor Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah)

2 57 105

Peranan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan Dalam Pelayanan Administrasi Kependudukan (Studi Tentang Pengurusan Akta Kelahiran dan Akta Kematian di Kota Medan)

21 132 128

IMPLEMENTASI PRINSIP PELAYANAN PRIMA PADA KANTOR KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL (Studi Terhadap Pelayanan Administrasi Kependudukan pada Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil di Kabupaten Halmahera Barat)

0 5 3

Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Kualitas Pelayanan Publik (Studi Tentang Pelayanan Surat Keterangan Kelahiran dan Kematian di Kantor Kecamatan Binjai Kota Kota Binjai)

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Kualitas Pelayanan Publik (Studi Tentang Pelayanan Surat Keterangan Kelahiran dan Kematian di Kantor Kecamatan Binjai Kota Kota Binjai)

1 2 35

PENGARUH BUDAYA KERJA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (STUDI TENTANG PELAYANAN SURAT KETERANGAN KELAHIRAN DAN KEMATIAN DI KANTOR KECAMATAN BINJAI KOTA KOTA BINJAI) SKRIPSI

0 3 17

BAB I PENDAHULUAN - Penerapan Pelayanan Administrasi Kependudukan bagi Masyarakat (Studi Tentang Pelayanan Surat Keterangan Kelahiran dan Kematian pada Kantor Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah)

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN - Penerapan Pelayanan Administrasi Kependudukan Bagi Masyarakat (Studi Tentang Pelayanan Surat Keterangan Kelahiran Dan Kematian Pada Kantor Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah)

0 0 24