28
3.3 Variabel Bebas dan Variabel Terikat
Berdasarkan jenisnya dan cara yang paling bermanfaat untuk menggolong- golongkan variabel ialah dengan membedakannya menjadi variabel bebas dan
variabel terikat independen dan dependen. Penggabungan cara ini sangat bermanfaat karena tingkat keumumannya dalam penerapan,kesederhanaan dan kegunaannya yang
besar dan istimewa dalam konsep aktualisasi serta perancangan penelitian dalam komunikasi hasil penelitian.
Selanjutnya variabel dan indikator data korelasi difokuskan pada pernyataan yang terdapat pada kuesioner hasil uji coba penelitian. Kuesioner didesain dengan
tiga pengelompokan, yaitu pernyataan identitas responden, variabel metafungsi bahasa, dan variabel konteks sosial. Variabel metafungsi bahasa adalah variabel
bebas yang dikodekan dengan variabel X. Indikator variabel X didesain dari metafungsi bahasa, seperti fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual.
Variabel bebas yang dalam hal ini ialah metafungsi adalah sebab yang dipandang sebagai sebab kemunculan variabel terikat yag diduga sebagai akibatnya.
Sejalan dengan penetapan variabel metafungsi bahasa sebagai variabel variabel bebas yang dikodekan dengan variabel X, maka ditetapkan variabel konteks
sosial sebagai variabel terikat yang dikodekan dengan variabel Y. Indikator variabel Y didesain dari konteks sosial, seperti konteks situasi, konteks budaya, dan konteks
ideologi.
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah peserta didik etnis Tionghoa di Kota Medan. Populasi ini tersebar di berbagai kecamatan yang ada di Kota Medan. Untuk lebih
memusatkan perhatian pada kompetensi pemakaian bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang digunakan oleh peserta didik etnik Tionghoa di Kota Medan, maka
populasi sasaran penelitian akan ditetapkan dengan mengambil sampel penelitian dari populasi yang dapat diakses oleh peneliti. Sampel penelitian ini akan ditentukan
dengan cara sampel acak, yakni sampel yang anggota-anggotanya diambil dari populasi berdasarkan peluang yang diketahui. Menurut Sudjana 1992:169,
“Sampel acak inilah yang biasanya telah diutamakan harus didapat untuk penelitian
dibandingkan dengan macam sampel lainnya.” Berdasarkan populasi penelitian ini maka sampel penelitian yang akan
dijadikan bahan penelitian adalah peserta didik etnik Tionghoa yang memperoleh pendidikan formal di Kota Medan. Sampel penelitian yang menjadi target penelitian
ini akan dipilih secara acak pada peserta didik etnik Tionghoa yang menjadi pelajar SMA Sutomo 1, SMA Budi Utomo, dan SMA Wahidin Sudirohusodo. Ketiga
sekolah tersebut berlokasi di Kota Medan yang memiliki pelajar mayoritas etnik Tionghoa dan menggunakan bahasa Tionghoa sebagai bahasa ibu serta bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua dalam proses komunikasinya. Dari ketiga sekolah tersebut, pelajar kelas XII dijadikan sampel penelitian dengan
ditetapkan secara acak sebagai sampel sasaran penelitian ini.
29
3.5
Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan prosedur pengumpulan data berupa tes terstandar. Menurut Arikunto 2006:224 tes terstandar berbeda dengan tes buatan guru. Tes
buatan guru disusun oleh guru dengan prosedur tertentu tetapi belum mengalami uji coba berkali-kali sehingga tidak diketahui ciri-ciri dan kebaikannya. Sebaliknya, tes
terstandar merupakan tes yang telah mengalami uji coba berkali-kali sehingga dapat menjadi dokumen lembaga testing yang terjamin keampuhannya. Di dalam tes yang
terstandar dicantumkan petunjuk pelaksanaan, waktu yang dibutuhkan, bahan yang tercakup, maupun validitas dan realibitasnya.
Sebelum melakukan pengumpulan data tes terstandar, langkah awal yang dilakukan peneliti adalah 1 menetapkan populasi dan sampel; 2 memproses
perizinan yang diperlukan untuk pengumpulan dan analisis data; 3 proses identifikasi data dan analisis data potensi sampel penelitian; 4 mendiskusikan
temuan penelitian yang bersifat deskriptif dengan promotor; 5 temuan yang bersifat proporsional divalidasi dengan teori LSF agar diperoleh masukan untuk
dikembangkan pada tahap implementasi penelitian.
Implementasi penelitian akan dilakukan dalam bentuk tes terstandar berupa penulisan wacana berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris dengan tahapan sebagai
berikut. 1 Tahap pertama adalah tahap uji coba penulisan wacana dengan menggunakan
bahasa Indonesia serta bentuk karangan dan tema bebas. Kebebasan dalam uji coba penulisan wacana ini untuk memberi ruang kreativitas peserta didik etnik
Tionghoa untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Dari hasil penulisan karangan, maka akan diklasifikasi bentuk karangan dan tema karangan yang
paling banyak dipilih untuk dijadikan bentuk dan tema wacana sampel penelitian pada tahap berikutnya. Apabila tidak ditemukan bentuk dan tema wacana yang
paling banyak ditulis oleh sampel penelitian ini, maka tahap uji coba diulangi dengan memberi arahan untuk menulis satu dari dua pilihan bentuk dan tema
karangan yang paling banyak dipilih oleh sampel penelitian dalam tahap uji coba pertama.
2 Tahap kedua adalah tahap penulisan wacana berbahasa Indonesia dengan struktur penulisan yang terdiri dari paragraf pengantar minimal satu paragraf, paragraf
isi atau pembahasan atau pembuktian minimal 2 paragraf, dan paragraf penutup berupa simpulan atau solusi minimal satu paragraf. Tahapan ini mewajibkan
semua sampel penelitian untuk menulis karangan dengan bentuk dan tema yang paling banyak dipilih oleh sampel penelitian pada tahap uji coba penulisan
karangan. Teks berbahasa Indonesia inilah yang menjadi bahan utama kajian metafungsi bahasa, baik secara internal maupun secara konstrual pada konteks
situasi, konteks budaya, dan konteks ideologi yang melatarbelakangi teks tersebut.
3 Tahap ketiga adalah tahap penulisan wacana berbahasa Inggris dengan struktur penulisan yang terdiri dari paragraf pengantar minimal satu paragraf, paragraf