Rumusan Masalah Tujuan Penelitian

8 4. Fungsi tekstual adalah fungsi bahasa untuk merangkai pengalaman. Realitas dalam alam semesta yang sudah direalisasikan ke dalam pengalaman linguistik fungsi eksperiensial dipertukarkan dengan mitrabicara dalam bentuk interaksi atau percakapan. 5. Konteks sosial adalah keadaan yang memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi di mana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan sebagainya. 6. Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan sebagainya.hasil proses pertukaran pengalaman dalam bentuk lisan yang dikodekan secara tertulis. Bentuk tertulis tersebut dijadikan fokus analisis metafungsi dan konteks sosial sedangkan bentuk lisan dijadikan teks verifikasi kearifan budaya lokal tradisi Imlek dalam penelitian ini. 7. Tema adalah unsur pertama atau bagian terdepan dalam klausa the starting point of a message. 8. Kearifan budaya lokal tradisi Imlek adalah keyakinan yang secara ideologis mewariskan dan mengembangkan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk antara kedamaian dan kesejahteraan umat manusia, terutama masyarakat pemilik kearifan tersebut. 9. Etnik Tionghoa adalah penamaan untuk etnik-etnik yang berasal dari Tiongkok yang sekarang bertempat tinggal dan menjadi Warga Negara Indonesia. Etnik ini tidak didasarkan hubungan geneologis, tetapi didasarkan pada kesamaan negara leluhur dan negara tujuan. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian terhadap penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris di kalangan etnik Tionghoa atau keturunan Cina sudah lama terjadi. Penerbitan karya sastra berbahasa Melayu yang ditulis oleh sastrawan beretnik Tionghoa telah melahirkan istilah Sastra Melayu Tionghoa. Bahkan, Claudine Salmon yang meneliti penggunaan bahasa Melayu dalam karya sastra etnik Tionghoa menyatakan mereka menyumbang pada perkembangan bahasa Indonesia. Lebih lanjut Claudine Salmon menjelaskan sebagai berikut. Maka sebagai kesimpulan kami berpendapat bahwa tidak terdapat “Bahasa Melayu Tionghoa ” yang sebenarnya, melainkan sesungguhnya suatu bahasa Melayu yang dipergunakan di kota-kota di Jawa, oleh semua suku bangsa, baik itu orang-orang Jawa dan Belanda maupun orang-orang Tionghoa, dan bahwa bahasa tersebut berbeda dengan bahasa Melayu Sumatra yang sedikit demi sedikit diperkenalkan oleh pejabat-pejabat Balai Pustaka. Salmon, 1983:108 Penggunaan bahasa Indonesia di kalangan etnik Tionghoa sendiri menimbulkan pertentangan. Menurut hasil penelitian Twang Peck Yang dari Universitas Nasional Singapura terhadap elite bisnis Tionghoa di Indonesia, pertentangan itu terjadi antara Cina peranakan dan singkeh pendatang dalam penguasaan bahasa Tionghoa atau Cina dan bahasa Indonesia. Di kalangan singkeh, sumber dari rasa superioritas mereka terhadap kelompok peranakan berkait dengan kebudayaan. Yang 2005:29 berkesimpulan, “Menurut mereka, kelompok peranakan tidak tahu menahu tentang Cina, terutama tentang tanah leluhur mereka, serta bahwa mereka seharusnya malu karena tidak bisa berbahasa Cina .” Dengan demikian, kedudukan bahasa Indonesia lebih kuat di kalangan elite bisnis Tionghoa peranakan daripada Tionghoa singkeh. Penelitian yang memusatkan perhatian pada masyarakat Tionghoa di Medan menghasilkan kesimpulan bahwa pemakaian dan keterkaitan dengan bahasa daerah sangat dominan dalam kelompok etnik Tionghoa di Medan meskipun sikap mereka terhadap bahasa Indonesia positif. Penelitian yang dilakukan oleh Lubis, dkk. 1995:261 dari Fakultas Sastra USU Medan ini merumuskan tradisi berbahasa etnik Tionghoa yang mereka istilahkan sebagai Cina berikut ini. Pemakaian bahasa etnis sangat dominan di rumah. Hampir 80 responden mengaku berbahasa daerah di rumah. Namun pemakaian bahasa Indonesia di tempat bekerja lebih dominan daripada bahasa daerah 39,4. Pemakaian bahasa Indoensia di luar jam pelajaran dan di luar kantorrumahsekolah hampir sama dengan pemakaian bahasa Cina. Namun kurang lebih 90 responden mengaku menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi tulis 21