Kajian Pustaka KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS

11 yang digunakan oleh pengusaha yang berlatar belakang pendidikan tinggi dapat dikatakan lebih baik karena mereka mendapatkan kesempatan belajar bahasa Indonesia yang lebih baik dan lebih sempurna. Dengan demikian, semakin tinggi pendidikan pengusaha tersebut maka semakin baik penggunaan bahasa Indonesianya.

2.2 Kerangka Teorietik

Teori yang digunakan dalam penganalisisan teks wacana peserta didik etnik Tionghoa di Kota Medan ini difokuskan pada teori Linguistik Sistemik Fungsional. Berkaitan dengan pemungsian teori LSF tersebut, maka konsep teoretik yang berkaitan dengan teks dan wacana, konteks, metafungsi bahasa, dan konteks sosial, diuraikan sebagai satu kesatuan dalam pengungkapan kearifan budaya lokal tradisi Imlek.

2.2.1 Teks dan Wacana

Teori konteks dalam LSF tidak dapat dipisahkan dari teks, wacana, dan konteks itu sendiri. Menurut Halliday 1974 dalam Sudaryat 2009:143, “...a text is an operational unit of language ” yang penggarapannya tidak terlepas dari isi tuturan, gaya penuturan, dan konteks penuturan. Secara lebih lengkap, Halliday dan Hassan 1985:11 menjelaskan pengertian teks sebagai berikut: A text is a form of exchange, and the fundamental form of text is dialougue of interaction between speakers. It means that every text is meaningful because it can be related to interaction among speakers, and ultimate to normal everyday spontaneous dialougue. In view of that, text is a product of environment, a product of a continous process of choices in meaning that can be represented in language. Berdasarkan pengertian di atas, teks ditempatkan dalam konteks kelisanan. Hal ini disebabkan teks merupakan sebuah bentuk pertukaran dan bentuk teks yang fundamental dalam dialog interaksi antar pembicara. Ini berarti setiap teks memiliki makna karena bisa dihubungkan dengan interaksi antar pembicara dan satu-satunya alat bagi percakapan umum sehari-hari yang spontan. Oleh karena itu, teks merupakan produk lingkungan yang bisa diwakili dalam bahasa. Sebaliknya, wacana yang dirumuskan oleh Sinar 2008:6 sebagai berikut: Wacana adalah ucapan; perkataan; lebih besar daripada ujaran; tutur; keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan. Ada pula yang mengemukakan bahwa wacana sebagai kesatuan bahasa terlengkap, baik lisan maupun tulisan, dilihat sebagai jenis praktik sosial, dan merupakan satuan gramatikal tertinggi dan lengkap terbentuk dari klausa dan kalimat atau unit, penggunaan bahasa, unit informasi, bagaimanan informasi baru diperkenalkan dan informasi lama berakhir. Berdasarkan pendapat di atas, Kress 1989 dalam Sinar 2008:6-7 menyimpulkan bahwa istilah teks cenderung digunakan dalam membicarakan hal-hal 12 yang berdasar atau berorientasi kepada bahasa, bentuk dan struktur bahasa. Sebaliknya, istilah wacana cenderung digunakan di dalam mendiskusikan hal-hal yang berorientasi kepada faktor sosial. Dengan demikian, teks merupakan kategori yang termasuk ke dalam atau timbul dari domain linguistik sedangkan wacana merupakan domain sosial yang mendapat ekspresinya di dalam teks. Berdasarkan pendapat di atas, teks merujuk pada tulisan sedangkan wacana merujuk pada apa yang menjadi bahan pembicaraan berkaitan dengan faktor sosial dan hal-hal di luar aspek kebahasaan. Penelitian ini merujuk pada teks sebagai hasil tulisan, bukan sebagai hasil ujaran atau penuturan. Sebaliknya, wacana berkaitan dengan apa yang menjadi pembicaraan yang berkaitan dengan aspek luar bahasa yang disebut konteks.

2.2.2 Teori Konteks

Halliday 1996:7 mengemukakan bahwa fungsi bahasa manusia ada dua jenis yaitu „bahasa membentuk pengalaman manusia dan fungsi tatabahasa adalah menafsirkan‟. „Bahasa membentuk proses sosial dan fungsi tatabahasa adalah membawa proses itu dan dikemukak an melalui makna‟. Sementara sistem mengacu pada kebermaknaan hubungan komponen fungsional, yang merujuk pada komponen ideasional, interpersonal dan tekstual. Karena komponen sistemis itu mengacu pada fungsi dan tidak secara langsung berkaitan dengan aspek struktur kebahasaan, Halliday menyebutnya sebagai metafunction Halliday, 1985:xv. Menurut Halliday 1985:xvii suatu wacana merupakan unit semantik bukan unit gramatikal, namun demikian makna direalisasikan melalui penggunaan kata wording dan tanpa ada teori penggunaan kata yakni gramatikal maka tidak ada cara untuk menginterpretasikan makna wacana dengan jelas. Untuk itu LSF berperan mengeksplorasi dan mendeskripsikan gramatikal tersebut Saragih, 2006:7. Menurut Halliday dan Hasan 1985: 8-9 bahwa teks dibatasi sebagai unit bahasa yang fungsional dalam konteks sosial. Bahasa yang memberi arti kepada pemakainya adalah bahasa yang fungsional. Hal ini berarti sebuah teks merupakan unit arti atau unit semantik dan bukan unit tata bahasa. Bahasa berfungsi di dalam konteks sosial atau bahasa fungsional di dalam konteks sosial. Makna metafungsional adalah makna yang secara simultan terbangun dari tiga fungsi bahasa, yaitu fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual. Fungsi ideasional mengungkapkan realitas fisik dan biologis serta berkenaan dengan interpretasi dan representasi pengalaman. Fungsi Interpersonal mengungkapkan realitas sosial dan berkenaan dengan interaksi antara penuturpenulis dengan pendengarpembaca. Sementara itu, fungsi tekstual mengungkapkan realitas semiotik dan berkenaan dengan cara penciptaan teks dalam konteks Matthiessen, 1992:6; Halliday dan Martin, 1993:29. Teori LSF diperkenalkan oleh Michael Alexander Kirkwood Halliday yang dikenal sebagai M.A.K. Halliday dari Universitas Sydney, Australia. Di dalam merumuskan teorinya, Halliday dipengaruhi oleh gurunya, J.R. Firth dari Universitas 13 London. Firth sendiri dipengaruhi oleh gurunya, Malinowsky dalam merumuskan ide tentang konteks. Murid-murid Firth seperti Halliday, Gregory, dan Martin mengembangkan teori LSF yang menghubungkan bahasa dengan konteks situasi register, konteks budaya genre, dan konteks ideologi ideology. Di dalam hubungan bahasa dengan konteks, penelitian ini didasarkan pada pengertian awal tentang teks, konteks, dan wacana. Guy Cook 1994 dalam Eriyanto 2008:9 menyatakan tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana, yaitu teks, konteks, dan wacana sebagai-berikut. Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan sebagainya. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi di mana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan sebagainya. Wacana di sini, kemudian dimaknai sebagai teks dan konteks bersama-sama. Pengertian di atas sejalan dengan pendapat Halliday dan Hasan 1985:10 yang mendefinisikan teks sebagai bah asa yang fungsional, “language that is functional ”. Maksud fungsional di sini berarti bahasalah yang melakukan pekerjaan yang sama dalam suatu konteks dan bukan kata-kata atau kalimat yang terisolir yang mungkin dituliskan seseorang di atas papan tulis. Dengan demikian, penggunaan bahasa dalam komunikasi memiliki relasi dengan konteks sosial dan menjadi sasaran teori LSF dalam hubungan dengan konteks situasi. Berikut ini digambarkan kedudukan bahasa dalam konteks sosial. Gambar 2.1: Bahasa dalam Relasi Konteks Sosial Martin, 1993:142; Lihat juga, Saragih, 2011:50