20
kebijakannya yang melegenda telah menyiapkan solusi untuk segala persoalan kehidupan yang kita hadapi sekarang.” Menurut Semedi, kearifan budaya lokal
tradisi Imlek pada dasarnya adalah “konstruk” karena dibuat, dikonstruksi, bukan ada
dengan sendirinya. Ia memandang kearifan budaya lokal tradisi Imlek adalah bagian dari “harta karunisme”, yaitu cara pikir yang berorientasi ke masa lalu, bahwa para
leluhur dengan kebijakannya telah menyiapkan solusi untuk segala persoalan masa kini. Generasi terdahulu menciptakan kearifan budaya lokal tradisi Imlek karena
mereka menghadapi persoalan yang bersifat lokal. Berbeda dengan zaman sekarang, yang sebagian persoalan berakar di ranah global. Maka dalam menghadapi persoalan
kehidupan, seharusnya yang kita pikirkan adalah “kearifan global”. Sejalan dengan itu, Sibarani 2012:112-113, berpendapat kearifan budaya
lokal tradisi Imlek dapat dipandang dari dua pengertian. Pertama, “Kearifan budaya
lokal tradisi Imlek adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan
masyarakat.” Di dalam hal ini, kearifan budaya lokal tradisi Imlek ditekankan pada kebijaksanaan atau kearifan menata kehidupan sosial yang berasal dari nilai budaya
yang luhur. Kedua, “Kearifan budaya lokal tradisi Imlek adalah nilai budaya lokal
yang dapat dimanfaatkan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat secara arif atau bijaksana.” Di dalam hal ini, kearifan budaya lokal tradisi Imlek dipandang dari
aspek nilai budaya luhur yang digunakan secara bijaksana atau arif untuk menata kehidupan sosial.
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian dengan menggunakan teori LSF dilakukan terhadap berbagai peristiwa bahasa. Pertama,
Sinar meneliti “Phasal and Experiential Realisation in Lecture Discourse: A Systemic Functional Analysis” 2002. Kajian ini berasaskan
data berupa bahan kajian Ideologi Wacana Kekuasaan: Daya Semiotik Ideasional dan Interpersonal
” 2004. Sinar meneliti teks pidato Presiden Irak dan Amerika Serikat, pada
Konteks Situasi dalam Teks” 2003.
Kedua, Nurlela dengan disertasi berjudul “Representasi Leksikogramatika
Teks Pidato Kenegaraan Presiden Soeharto Dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono: Sebuah Kajian Makna Berdasarkan Analisis Sistemik Fungsional.
” Penelitian ini mengkaji representasi leksikogramatika teks pidato kenegaraan
Presiden Soeharto dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono SBY dengan menggunakan teori Linguistik Sistemik Fungsional LSF. Penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan menerapkan metode analisis deskriptif eksplanatif terhadap dua teks pidato kenegaraan Presiden Soeharto tahun 1982 1983 dan dua
teks pidato kenegaraan Presiden SBY tahun 2006 2007 sebagai sumber data penelitian, yang masing-masing diterbitkan oleh Departemen Penerangan R.I. dan
Kantor Sekretariat Negara R.I.
Ketiga, Rozanna Mulyani dengan disertasi berjudul Fungsi dan Implikasi Makna Logis Pantun Melayu Deli dan Serdang 2011. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini teori Linguistik Sistemik Fungsional LSF yang digagas oleh Halliday
21
2004 dan diadaptasi oleh Saragih 2006 dan Sinar 2008. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menggali bentuk wacana budaya Melayu Deli dan Serdang,
yaitu pantun, dan kajian ini diharapkan dapat memberi kontribusi untuk pemertahanan budaya daerah lokal sebagai bagian dari kebudayaan Nasional.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsi fungsi logis yang direalisasikan pantun Melayu Deli dan Serdang, merumuskan pola fungsi logis yang
digunakan dalam pantun Melayu Deli dan Serdang, menganalisis implikasi makna logis pantun Melayu Deli dan Serdang, dan menginterpretasi implikasi makna logis
pantun Melayu Deli dan Serdang. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, hasil pemerian sebagai jawaban terhadap keempat masalah penelitian tersebut akan
menjadi bahan informatif tentang fungsi dan implikasi makna logis pantun Melayu Deli dan Serdang.
Keempat, Risnawati dengan disertasi Pergeseran Makna Tekstual Dalam Terjemahan Teks Populer “See You At The Top” Bahasa Inggris Dan Bahasa
Indonesia2011. Disertasi ini membahas tentang analisis pergeseran makna tekstual yang terdapat dalam sebuah buku teks den
gan judul “See you at the Top” dan versi terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Teori yang digunakan untuk menganalisis
makna tekstual terjemahan buku tersebut, yang pertama digunakan teori Halliday 1994; 2004 dan Halliday dan Hassan 1980 khususnya yang hubungkait dengan
pengidentifikasian tema-rema dan kohesi; yang kedua digunakan teori Catford 1996; Nida dan Taber 1969; Larson 1984; dan Zellermeyer 1987, untuk
analisis pergeseran dalam penerjemahan. Metode riset yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan mengadopsi usulan Miles dan Huberman 1994
khususnya dalam tahapan dalam penganalisisan data. Aspek-aspek yang dianalisis adalah pergeseran dalam bidang 1 kohesi gramatikan dan bandingannya; 2 kohesi
leksikal terutama yang berkaitan dengan i sinonimi; ii kolokasi; iii meronimi; iv hi
ponim; 3 Transposisi, 4 konjungsi‟ 5 tema-rema. Di samping itu, dampak dari pergeseran dalam penerjemahan, khususnya ekuivalensi, perluasan medan
makna, penyempitan makna, dan penilaian hasil penerjemahan. Terdapat 10 pergeseran makna tekstual, terutama sekali dalam 1 makna tunggal dalam BS
menjadi makna tunggal juga dalam BT, 2 penggantian pengulangan adjektiva dalam BS dan BT, 3 penggantial elipsis, 4 penggantian substitusi, 5 penggantian
referen dan penambahan addition; 6 penggantian dalam aspek kohesi meliputi i sinonimi; ii antonimi; iii kolokasi; iv meronimi, v hiponimi, vi pergeseran
transposisi; 8 pergeseran struktural; 9 pergeseran konjungsi; dan 10 pergeseran dalam tema-rema. Ada 3 faktor yang menyebabkan pergesaran, yaitu 1 faktor
leksikal, 2 faktor semantik, 3 faktor linguistik. Pergeseran dalam perbedaan leksikon gramatikal dari elipsis sekitar 367 dan dari penambahan addition sekitar
712; dan substitusi sekitar 65. Sebagi simpulan bahwa unsur-unsur penambahan lebih mendominasi pergeseran makna tekstual.
Kelima, Muhizar Muchtar dengan disertasi berjudul Tematisasi dalam Translasi Dwibahasa: Teks Bahasa Inggris-Indonesia 2010. Penelitian yang
menggunakan teori Linguistik Sistemik Fungsional LSF serta teori translasi Larson