Uji Hipotesis Teknik Analisis Data

49 1 Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 1 Strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa jika rata-rata nilai posttest siswa kelas eksperimen minimal mencapai 78. Suharsimi Arikunto 1997:251 menyatakan bahwa nilai pada rentang 66-79 termasuk dalam kategori baik. Pemilihan kriteria minimal juga didasarkan pada KKM di SMP Negeri 6 Yogyakarta yaitu 78. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. strategi metakognitif tidak efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa Keterangan: : rata-rata nilai posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif kelas eksperimen. Jika data berdistribusi normal dan homogen maka uji statistik yang digunakan adalah uji one sample t-test dengan taraf signifikansi α = 0,05 menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0. Kriteria keputusan yang diambil adalah ditolak jika nilai Sig. kurang dari α = 0,05. 2 Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 2 Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori, perlu dilakukan pengujian terhadap rata-rata nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian dilakukan dengan 50 menggunakan uji independent-sample t-test dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan taraf signifikansi yang digunakan α = 0,05. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut. tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol Keterangan: : rata-rata nilai posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif kelas eksperimen. : rata-rata nilai posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori kelas kontrol. Kriteria keputusannya adalah ditolak jika nilai Sig. 2-tailed kurang dari α = 0,05. 3 Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 3 Strategi metakognitif dikatakan berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa jika mencakup dua hal berikut. a Strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Untuk mengetahui efektivitas strategi metakognitif ini dapat melihat hasil pengujian hipotesis pada rumusan masalah yang pertama. b Terdapat perbedaan signifikan dalam hal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori. 51 Kesimpulan tentang perbedaan ini dapat dilihat pada hasil pengujian hipotesis pada rumusan masalah yang kedua. Jika terdapat perbedaan yang signifikan, maka perlu ditunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori. Strategi metakognitif dikatakan lebih baik ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dibandingkan dengan strategi ekspositori, apabila rata-rata nilai posttest siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata nilai posttest kelas kontrol. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji independent-sample t-test dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan taraf signifikansi yang digunakan α = 0,05. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut. pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa tidak lebih baik dibandingkan dengan strategi ekspositori pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa lebih baik dibandingkan dengan strategi ekspositori Kriteria keputusannya adalah ditolak jika nilai Sig. 2-tailed kurang dari α = 0,05. 52

b. Terdapat Perbedaan Kemampuan Awal

Apabila dari hasil uji kemampuan nilai awal diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan data skor gain. Rumus indeks gain menurut Hake 1999:1 adalah sebagai berikut. Keterangan: = Skor posttest = Skor pretest = Skor maksimal Hasil perhitungan skor gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi skor gain Hake, 1999:1 seperti pada tabel berikut. Tabel 4. Klasifikasi Gain Skor Gain Klasifikasi Tinggi Sedang Rendah 1 Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 1 Strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa jika skor gain lebih dari atau sama dengan 0,7. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. strategi metakognitif tidak efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa 53 Menurut Sugiyono 2010:96, pengujian hipotesis ini dapat dilakukan dengan rumus statistika berikut. Keterangan: = rata-rata skor gain kelas eksperimen = banyaknya siswa kelas eksperimen = variansi skor gain kelas eksperimen = nilai yang dihipotesiskan, yaitu 0,69 Dengan derajat bebas dan α = 0,05. Kriteria keputusannya adalah ditolak jika 2 Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 2 Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori, perlu dilakukan pengujian terhadap rata-rata skor gainkelas eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut. tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol Keterangan: : rata-rata skor gain kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif kelas eksperimen. 54 : rata-rata skor gain kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori kelas kontrol. Menurut Walpole 1992:305, pengujian hipotesis ini dapat dilakukan dengan rumus statistika berikut. dengan dan Keterangan: = rata-rata skor gain kelas eksperimen = rata-rata skor gain kelas kontrol = banyaknya siswa kelas eksperimen = banyaknya siswa kelas kontrol = variansi skor gain kelas ekperimen = variansi skor gain kelas kontrol = simpangan baku gabungan Kriteria keputusannya adalah ditolak jika . 3 Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 3 Strategi metakognitif dikatakan berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa jika mencakup dua hal berikut. a Strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Untuk mengetahui efektivitas strategi metakognitif ini dapat melihat hasil pengujian hipotesis pada rumusan masalah yang pertama. b Terdapat perbedaan signifikan dalam hal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori. Kesimpulan tentang perbedaan ini dapat dilihat pada hasil pengujian hipotesis pada rumusan masalah yang kedua. Jika terdapat perbedaan yang 55 signifikan, maka perlu ditunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori. Strategi metakognitif dikatakan lebih baik ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dibandingkan dengan strategi ekspositori, apabila rata-rata skor gain siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata skor gain kelas kontrol. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut. pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa tidak lebih baik dibandingkan dengan strategi ekspositori pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa lebih baik dibandingkan dengan strategi ekspositori Menurut Walpole 1992:305, pengujian hipotesis ini dapat dilakukan dengan rumus statistika berikut. dengan dan Keterangan: = rata-rata skor gain kelas eksperimen = rata-rata skor gain kelas kontrol = banyaknya siswa kelas eksperimen = banyaknya siswa kelas kontrol = variansi skor gain kelas ekperimen = variansi skor gain kelas kontrol = simpangan baku gabungan Kriteria keputusannya adalah ditolak jika . 56

K. Jadwal Penelitian

Tabel 5. Jadwal Penelitian No. Kegiatan Waktu 1. Penyusunan proposal September – Oktober 2016 2. Penyusunan instrumen November – Desember 2016 3. Pengambilan data Januari 2017 4. Analisis data Februari 2017 5. Penyusunan laporan Maret – April 2017 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang dilaksanakan di SMP Negeri 6 Yogyakarta pada tanggal 5 Januari 2017 sampai dengan 26 Januari 2017. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang terdiri dari 7 kelas dengan 34 siswa setiap kelasnya. Sedangkan untuk sampel berasal dari kelas VIII E dan kelas VIII F yang dipilih secara acak. Kelas VIII E terpilih sebagai kelas kontrol dan kelas VIII F terpilih sebagai kelas eksperimen. Pelaksanaan penelitian dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan. Pertemuan pertama diawali dengan pretest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, pertemuan kedua hingga ketujuh dilakukan kegiatan pembelajaran, kemudian pertemuan terakhir atau kedelapan dilakukan posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Mata pelajaran matematika untuk kelas VIII dijadwalkan tiga kali pertemuan setiap minggunya, dengan alokasi waktu 2x40 menit. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang terdiri dari pretest posttest dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Instrumen tes berupa soal uraian pada materi lingkaran. Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, sedangkan posttest digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran. Kemampuan pemecahan masalah matematis