80
eksperimen dan kelas kontrol selengkapnya dapat dilihat pada lampiran E.4. halaman 303.
5. Hasil Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai uji prasyarat dan diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dilanjutkan dengan uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.
a. Hasil Uji Hipotesis untuk Menjawab Rumusan Masalah 1
Uji hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Pembelajaran dikatakan efektif jika nilai rata-rata posttest siswa pada kelas eksperimen mencapai 78. Uji
statistik yang digunakan adalah uji one sample t-test dengan taraf signifikansi α
= 0,05 menggunakan bantuan software SPSS versi 16. Ringkasan hasil uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 1 dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil Uji Hipotesis untuk Menjawab Rumusan Masalah 1 Asumsi
Nilai Signifikansi Keputusan
Normal dan Homogen
0,000 H
o
ditolak Keterangan:
strategi metakognitif tidak efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa.
Berdasarkan Tabel 13, nilai signifikansi uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 1 adalah 0,000. Strategi metakognitif dikatakan efektif
digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan
81
masa lah matematis siswa jika nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa. Hasil uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 1 selengkapnya dapat dilihat pada lampiran E.5. halaman 304.
b. Hasil Uji Hipotesis untuk Menjawab Rumusan Masalah 2
Uji hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan dalam hal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori. Pembelajaran dikatakan
terdapat perbedaan yang signifikan jika nilai rata-rata posttest siswa pada kelas eksperimen tidak sama dengan nilai rata-rata posttest siswa pada kelas kontrol.
Uji statistik yang digunakan adalah uji independent-sample t-test dengan taraf signifikansi
α = 0,05 menggunakan bantuan software SPSS versi 16. Ringkasan hasil uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 2 dapat dilihat pada Tabel
14.
Tabel 14. Hasil Uji Hipotesis untuk Menjawab Rumusan Masalah 2 Asumsi
Nilai Signifikansi Keputusan
Normal dan tidak Homogen
0,040 H
o
ditolak Keterangan:
tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
Berdasarkan Tabel 14, nilai signifikansi uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 2 adalah 0,040. Pembelajaran dikatakan terdapat perbedaan
82
yang signifikan jika nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05. Berdasarkan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Hasil uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 2 selengkapnya dapat dilihat pada lampiran E.5. halaman 304.
c. Hasil Uji Hipotesis untuk Menjawab Rumusan Masalah 3
Uji hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penggunaan strategi metakognitif terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa. Hasil uji hipotesis ini merupakan kesimpulan dari dua hasil uji hipotesis yang telah dijelaskan sebelumnya. Strategi metakognitif dikatakan
berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa jika strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau
dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan terdapat perbedaan signifikan dalam hal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori.
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang pertama diperoleh bahwa strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang kedua diperoleh bahwa terdapat perbedaan signifikan dalam hal
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran
dengan strategi ekspositori.
83
Dalam hal ini, perlu ditunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif
lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori. Strategi
metakognitif dikatakan lebih baik ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dibandingkan dengan strategi ekspositori, apabila rata-rata nilai
posttest siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata nilai posttest kelas
kontrol. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji independent-sample t-test dengan taraf signifikansi
α = 0,05 menggunakan bantuan software SPSS versi 16. Ringkasan hasil uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 3 dapat
dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Hasil Uji Hipotesis untuk Menjawab Rumusan Masalah 3 Asumsi
Nilai Signifikansi Keputusan
Normal dan tidak Homogen
0,040 H
o
ditolak Keterangan:
pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa tidak
lebih baik dibandingkan dengan strategi konvensional.
Berdasarkan Tabel 15, nilai signifikansi uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 3 adalah 0,040. Strategi metakognitif dikatakan lebih baik
ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dibandingkan dengan strategi ekspositori
jika nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah
84
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan strategi
metakognitif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hasil uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 3 selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran E.5. halaman 304.
B. Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Yogyakarta pada kelas VIII E sebagai kelas kontrol, yaitu kelas dengan menggunakan strategi ekspositori,
dan pada kelas VIII F sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas dengan menggunakan strategi metakognitif. Materi yang diajarkan pada kedua kelas
dalam penelitian ini adalah lingkaran. Penelitian dilakukan sebanyak delapan kali pertemuan untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pertemuan
pertama dilakukan pretest, pertemuan kedua hingga ketujuh dilakukan proses pembelajaran, dan pertemuan terakhir dilakukan posttest. Secara keseluruhan,
pembelajaran yang dilaksanakan di kedua kelas berjalan sesuai dengan RPP yang telah disusun. Pernyataan ini didasarkan pada hasil observasi
keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh observer di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh strategi metakognitif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII di SMP
Negeri 6 Yogyakarta. Untuk mengetahui pengaruh strategi metakognitif tersebut, maka digunakan kelas kontrol sebagai pembanding. Dari kedua kelas
tersebut akan dilihat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis
85
siswa. Penelitian ini dilakukan karena kemampuan pemecahan masalah matematis sangat penting untuk memahami konsep-konsep dalam matematika.
Strategi metakognitif yang digunakan dalam penelitian ini diduga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Strategi
metakognitif dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kegiatan pembelajaran yang mengacu pada pengetahuan, ketrampilan, dan kesadaran terhadap kognitif
seseorang sehingga dapat membantu orang tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Strategi metakognitif meliputi aktivitas
merencanakan planning, memantau monitoring, dan mengevaluasi hasil belajar yang telah dilakukan evaluating. Kegiatan tersebut didukung dengan
menggunakan media LKS dan model yang diberikan oleh guru. Menurut Hartman 2001:40, salah satu cara yang efektif dalam menggunakan strategi
metakognitif dalam pembelajaran adalah dengan memberikan model pada siswa. Berdasarkan hasil observasi, pada awal-awal pembelajaran, siswa masih banyak
mengalami kesulitan dalam menerapkan strategi metakognitif. Selain itu, siswa kurang mampu memahami perintah-perintah yang terdapat dalam LKS dan
belum mampu menyelesaikan LKS sesuai yang diharapkan, namun hal tersebut dapat diatasi dengan bimbingan guru dan pemberian model yang dilakukan oleh
guru. Dalam proses pembelajaran di kelas eksperimen, siswa selalu diingatkan
untuk menggunakan strategi metakognitif dalam setiap aktivitas belajarnya, sehingga untuk pertemuan-pertemuan selanjutnya siswa sudah mulai terbiasa
menggunakan strategi metakognitif. Menurut Livingston 1997:907, strategi