Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

59 Kerja Siswa LKS. LKS disusun untuk membantu siswa dalam menggunakan strategi metakognitif. Selanjutnya pada pertemuan terakhir, siswa diberi tes posttest untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan strategi metakognitif. Untuk selengkapnya, deskripsi kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian di Kelas VIII F No. Hari, Tanggal Jam Ke- Materi 1. Kamis, 5 Januari 2017 5,6 Pretest 2. Senin, 9 Januari 2017 6,7 Menentukan unsur dan bagian- bagian lingkaran 3. Selasa, 10 Januari 2017 3,4 Menemukan nilai pi dan menentukan rumus keliling lingkaran 4. Kamis, 12 Januari 2017 5,6 Menentukan rumus luas lingkaran 5. Senin, 16 Januari 2017 6,7 Mengenal hubungan sudut pusat dan sudut keliling jika menghadap busur yang sama 6. Selasa, 17 Januari 2017 3,4 Menentukan panjang busur, luas juring dan luas tembereng 7. Kamis, 19 Januari 2017 5,6 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring 8. Kamis, 26 Januari 2017 5,6 Posttest Secara keseluruhan, kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen berlangsung sesuai dengan RPP yang telah dibuat oleh peneliti. Pernyataan ini didasarkan pada hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh observer di kelas eksperimen. Keterlaksanaan pembelajaran kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran C.9. halaman 249. Persentase keterlaksanaan pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif termasuk 60 dalam kategori sangat baik karena telah mencapai 95,2 . Rekap hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran C.10. halaman 267. Pembelajaran pada kelas eksperimen meliputi tiga tahap metakognitif, yaitu perencanaan planning, pemantauan monitoring, dan evaluasi evaluating. Ketiga tahapan ini dibiasakan dalam setiap proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada kelas eksperimen seperti biasa diawali dengan salam dan memeriksa kehadiran serta kesiapan siswa. Kemudian penyampaian tujuan pembelajaran dan motivasi. Setelah itu, peneliti menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu pembelajaran dengan menggunakan strategi metakognitif. Peneliti menjelaskan seperti apa strategi metakognitif yang akan digunakan dalam pembelajaran dengan tujuan untuk memberikan gambaran bagi siswa. Siswa sangat antusias mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh peneliti. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara berkelompok. Siswa dikelompokkan menjadi delapan kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 siswa. Pembentukan kelompok ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam menyadari proses berpikirnya, menyuarakan pikiran think aloud, dan saling memantau serta mengevaluasi pikiran teman sekelompok. Seperti yang telah dijelaskan secara teoritis bahwa pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok melibatkan komunikasi diantara anggota kelompok. Pembagian kelompok didasarkan pada kesepakatan antara guru dan siswa, kesepakatan yang diperoleh yaitu pembagian kelompok berdasarkan 61 kedekatan posisi tempat duduk agar tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama. Setelah siswa duduk secara berkelompok, guru membagikan LKS yang dirancang dengan strategi metakognitif kepada setiap siswa. LKS digunakan untuk meyakinkan dan memastikan bahwa siswa telah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan strategi metakognitif. Guru menjelaskan cara penggunaan LKS. Di dalam LKS terdapat berbagai pertanyaan metakognitif yang diharapkan merupakan pertanyaan siswa juga. Hal ini bertujuan agar kelak siswa terbiasa berpikir secara metakognitif dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan metakognitif. Setelah semua siswa menerima LKS, siswa dibimbing untuk melakukan strategi metakognitif tahap pertama, yaitu tahap perencanaan planning. Pada kegiatan ini, siswa memprediksi berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan LKS, memperkirakan apa saja hal-hal yang perlu dipersiapkan, dan mengingat materi prasyarat yang diperlukan dalam mempelajari materi. Hasil kegiatan perencanaan ini ditulis pada LKS yang telah disediakan. Berdasarkan hasil observasi, pada pertemuan pertama dan kedua sebagian besar siswa masih kesulitan dalam membuat perencanaan. Siswa belum dapat membuat prediksi terhadap pembelajaran, bahkan beberapa siswa belum dapat memahami perintah LKS dengan baik. Oleh karena itu, kegiatan perencanaan pada pertemuan pertama dan kedua ini siswa masih banyak mendapatkan bimbingan dari guru. Untuk pertemuan-pertemuan berikutnya, siswa telah mampu membuat perencanaan dengan lebih baik, terutama dalam 62 melakukan prediksi waktu, alat, dan bahan yang diperlukan. Namun meskipun demikian, beberapa siswa masih mengalami kesulitan dalam hal keterkaitan materi dengan pengetahuan yang dimiliki dan mengingat materi prasyarat. Untuk mengatasi hal tersebut, guru memberikan bimbingan kepada beberapa kelompok yang terlihat kesulitan. Setelah melakukan kegiatan perencanaan, selanjutnya siswa secara berkelompok mendiskusikan materi yang telah disajikan di LKS. Siswa secara aktif melakukan kegiatan-kegiatan yang ada pada LKS. Namun, pada pertemuan pertama, sebagian besar siswa masih kesulitan dalam memahami pertanyaan- pertanyaan yang ada pada LKS. Beberapa siswa belum mampu menuliskan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Guru membimbing siswa untuk memahami pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS, kemudian siswa melanjutkan diskusinya bersama teman sekelompok. Secara keseluruhan, kegiatan diskusi kelompok pada pertemuan- pertemuan selanjutnya dapat berjalan dengan lancar. Namun, beberapa siswa masih ada yang terlihat tidak serius dalam mengerjakan LKS. Ada pula siswa yang tidak ikut berdiskusi dan hanya menyalin jawaban teman sekelompoknya. Untuk mengatasi hal ini, guru memberikan pengertian kepada siswa tentang pentingnya kegiatan diskusi dalam mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Kegiatan diskusi dapat dilihat pada Gambar 1. 63 Gambar 1. Siswa Berdiskusi Secara Kelompok Selama kegiatan diskusi kelompok, guru selalu mengingatkan siswa untuk terus melakukan strategi metakognitif tahap kedua, yaitu pemantauan monitoring terhadap hasil yang diperoleh selama diskusi. Kegiatan pemantauan bertujuan agar siswa mampu memberikan alasan mengapa jawaban tersebut yang dipilih, sehingga siswa tidak asal-asalan dalam menjawab pertanyaan- pertanyaan pada LKS. Guru mengingatkan siswa untuk benar-benar memeriksa setiap langkah yang telah dilakukan dan segera melakukan perbaikan jika terdapat kesalahan seperti yang telah dituliskan dalam LKS. Selain itu, peneliti juga memberikan model dalam melakukan strategi metakognitif, yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada diri sendiri self- question dengan menyuarakan pikirannya think aloud agar siswa dapat saling mengevaluasi proses belajarnya. Pertanyaan-pertanyaan self-question yang diajukan antara lain “Apakah jawaban yang saya tuliskan sudah benar?”, “Apakah ada jawaban lain untuk menjawab pertanyaan ini?”, “Apakah cara yang saya gunakan sudah benar?”, 64 “Apakah ada cara lain untuk menjawab pertanyaan ini?”, dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil observasi, kegiatan pemantauan pada awal pertemuan belum dapat berjalan dengan lancar. Guru lebih banyak membimbing siswa dengan cara memberikan contoh self-question. Kegiatan guru dalam membimbing diskusi dapat dilihat pada Gambar 2. Namun, pada pertemuan-pertemuan selanjutnya siswa telah mampu melakukan kegiatan pemantauan dengan lebih baik lagi. Siswa terlihat memeriksa kembali langkah-langkah yang telah dilakukan setelah selesai melakukan suatu kegiatan. Selain itu juga siswa terlihat melakukan strategi metakognitif dengan self-question dalam diskusi kelompoknya untuk melakukan pemantauan. Gambar 2. Guru Memberikan Bimbingan Setelah guru memberikan bimbingan kepada siswa dalam menyelesaikan kegiatan pada LKS, satu kelompok atau beberapa kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Selama siswa menyampaikan hasil diskusi, 65 guru memberikan model dalam melakukan strategi metakognitif, yaitu menyuarakan pikiran think aloud dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri self questioning. Kemudian beberapa siswa lain memberikan tanggapan kepada kelompok yang telah menyampaikan hasil diskusinya. Setelah itu, guru mengklarifikasi hasil diskusi yang telah disampaikan. Hal ini bertujuan untuk memberi penguatan terhadap jawaban yang telah disampaikan oleh kelompok yang presentasi. Kegiatan siswa saat mempresentasikan hasil diskusi dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi Setelah selesai presentasi, siswa mengerjakan latihan soal yang terdapat pada LKS dengan melakukan perencanaan, pemantauan, dan evaluasi. Guru mengingatkan siswa untuk selalu melakukan tahapan-tahapan strategi metakognitif dalam mengerjakan latihan soal. Guru membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan latihan soal. Selanjutnya, beberapa siswa maju untuk menuliskan jawabannya di papan tulis. Setelah itu, guru bersama-sama dengan siswa membahas soal yang baru saja diselesaikan dengan 66 mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri self questioning dan menyuarakan pikirannya think aloud. Kegiatan siswa saat menuliskan jawaban di papan tulis dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Siswa Menuliskan Jawaban Latihan Soal Tahap selanjutnya adalah evaluasi evaluating. Guru bersama siswa membuat kesimpulan mengenai materi yang baru saja dipelajari. Setelah itu, untuk mengecek penguasaan siswa terhadap materi yang baru saja dipelajari, siswa diberi kuis yang dikerjakan secara individu. Kuis ini dilakukan untuk megetahui ketercapaian tujuan pembelajaran pada setiap pertemuan. Namun dalam beberapa pertemuan, kuis tidak dapat dilaksanakan karena waktu tersita untuk membahas hasil presentasi siswa. Setelah melakukan kuis, siswa secara individu mengisi lembar penilaian diri yang terdapat pada LKS. Pada penilaian diri ini, siswa menuliskan apa saja yang baru dipelajari, bagian mana yang belum dipahami, apa saja hambatan yang dialami, upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, dan lain 67 sebagainya. Hal ini mendukung pelaksanaan strategi metakognitif siswa selama pembelajaran. Pada tahap penilaian diri, masih terdapat beberapa siswa yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penilaian diri secara asal-asalan. Selain itu juga beberapa siswa mencontek penilaian diri atau bekerja sama dalam melakukan penilaian diri sehingga menghasilkan penilaian diri yang sama. Guru menghimbau siswa agar bersungguh-sungguh dalam melakukan penilaian diri. Guru menyampaikan bahwa penilaian diri ini sangat penting bagi setiap siswa, melalui penilaian diri ini setiap siswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangannya dalam pembelajaran sehingga mereka dapat memperbaiki pada pembelajaran berikutnya. Selain itu, guru juga menyampaikan bahwa siswa tidak perlu mencontek penilaian diri milik teman, karena masing-masing siswa memiliki kemampuan yang berbeda. Penilaian diri harus dilakukan sesuai dengan keadaan masing-masing siswa. Pada setiap akhir pembelajaran, guru memberikan informasi tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya dan menghimbau siswa agar mempelajari materi tersebut terlebih dahulu. Guru selalu menekankan pentingnya mengembangkan kebiasaan dalam melakukan strategi metakognitif, antara lain perencanaan, pemantauan, dan evaluasi terhadap kegiatan belajar siswa. Setelah itu, guru menutup pembelajaran dengan salam dan berdoa.

b. Pelaksanaan pembelajaran kelas kontrol

Kelas kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas VIII E yang terdiri dari 34 siswa. Pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas 68 kontrol menggunakan strategi ekspositori. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama delapan kali pertemuan. Pada pertemuan pertama, kegiatannya sama dengan kelas eksperimen yaitu siswa terlebih dahulu diberi tes pretest untuk mengukur kemampuan awal siswa dalam memecahkan masalah matematika. Pertemuan berikutnya yaitu pertemuan kedua hingga ketujuh dilaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan strategi ekspositori sesuai dengan RPP yang telah dirancang sebelumnya. Selanjutnya pada pertemuan terakhir, siswa diberi tes posttest untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Untuk selengkapnya, deskripsi kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jadwal Pelaksanaan Penelitian di Kelas VIII E No. Hari, Tanggal Jam Ke- Materi 1. Kamis, 5 Januari 2017 3,4 Pretest 2. Jum’at, 6 Januari 2017 2,3 Menentukan unsur dan bagian- bagian lingkaran 3. Senin, 9 Januari 2017 2,3 Menemukan nilai pi dan menentukan rumus keliling lingkaran 4. Kamis, 12 Januari 2017 3,4 Menentukan rumus luas lingkaran 5. Jum’at, 13 Januari 2017 2,3 Mengenal hubungan sudut pusat dan sudut keliling jika menghadap busur yang sama 6. Senin, 16 Januari 2017 2,3 Menentukan panjang busur, luas juring dan luas tembereng 7. Kamis, 19 Januari 2017 3,4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring 8. Kamis, 26 Januari 2017 3,4 Posttest 69 Secara keseluruhan, kegiatan pembelajaran di kelas kontrol berlangsung sesuai dengan RPP yang telah dibuat oleh peneliti. Pernyataan ini didasarkan pada hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh observer di kelas kontrol. Keterlaksanaan pembelajaran kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran C.11. halaman 270. Persentase keterlaksanaan pembelajaran matematika dengan strategi ekspositori termasuk dalam kategori sangat baik karena telah mencapai 94,4 . Rekap hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran di kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran C.12 halaman 288. Proses pembelajaran di kelas kontrol diawali dengan guru mengucapkan salam, kemudian dilanjutkan dengan mengecek kehadiran dan kesiapan siswa. Guru biasanya meminta siswa untuk mengeluarkan buku matematika dan menyimpan buku selain matematika. Setelah itu, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru memberikan motivasi dan menyampaikan apersepsi mengenai materi prasyarat yang diperlukan dalam pembelajaran. Motivasi guru berupa masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Selanjutnya guru menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Sebelum guru menjelaskan materi secara rinci, guru meminta siswa untuk membaca terlebih dahulu materi yang ada pada buku paket. Setelah siswa memiliki bayangan tentang materi yang akan dipelajari, selanjutnya guru menjelaskan materi secara runtut disertai dengan contoh penyelesaian soal. Kegiatan guru saat menjelaskan materi dapat dilihat pada Gambar 5. 70 Gambar 5. Guru Menjelaskan Materi Berdasarkan hasil observasi, sebagian besar siswa memperhatikan penjelasan dari guru, namun beberapa siswa masih ada yang mengobrol dengan temannya dan seringkali membuat keributan. Guru harus berulangkali mengingatkan siswa untuk memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Selama proses penyampaian materi, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan apabila menemui kesulitan. Namun, hanya beberapa siswa saja yang berani mengajukan pertanyaannya. Oleh karena itu, guru sering mengecek pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan pada beberapa siswa yang terlihat tidak fokus dalam pembelajaran. Setelah guru selesai menjelaskan materi dan contoh soal, siswa diminta untuk mengerjakan latihan soal yang terdapat pada buku paket. Berdasarkan hasil observasi, sebagian besar siswa terlihat bersungguh-sungguh dalam mengerjakan soal latihan. Namun, seperti biasa tetap saja masih terdapat siswa 71 yang tidak mau mengerjakan latihan soal. Guru selalu mengingatkan siswa tentang pentingnya latihan soal. Selama mengerjakan latihan soal, siswa diperbolehkan diskusi dengan teman sebangkunya. Guru juga memberikan bimbingan apabila siswa menemukan kesulitan. Seringkali siswa bertanya kepada guru tentang kesulitan yang dihadapi maupun tentang kebenaran dari jawaban soal latihan yang telah mereka kerjakan. Kegiatan siswa saat mengerjakan latihan soal dan kegiatan guru saat membimbing siswa mengerjakan latihan soal dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7. Gambar 6. Siswa Mengerjakan Latihan Soal 72 Gambar 7. Guru Memberikan Bimbingan Selanjutnya beberapa siswa maju ke depan untuk menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis. Berdasarkan hasil observasi, hanya beberapa siswa saja yang mau mengerjakan soal di papan tulis atas keinginannya sendiri. Beberapa siswa merasa tidak percaya diri pada jawabannya. Beberapa siswa juga mau menuliskan jawabannya di papan tulis karena ditunjuk oleh guru. Kegiatan siswa dalam menuliskan jawaban di papan tulis dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Siswa Menuliskan Jawaban Latihan Soal 73 Setelah beberapa siswa menuliskan jawabannya di papan tulis, guru dan siswa mengoreksi hasil pekerjaan tersebut secara bersama-sama. Guru menanyakan kepada siswa lain apakah jawaban yang di tulis di papan tulis sudah benar atau belum. Beberapa siswa lain membetulkan jawaban apabila terdapat kesalahan. Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan penutup. Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa membuat kesimpulan mengenai materi yang baru saja dipelajari. Setelah itu, untuk mengecek penguasaan siswa terhadap materi yang baru saja dipelajari, siswa diberi kuis yang dikerjakan secara individu. Kuis ini dilakukan untuk megetahui ketercapaian tujuan pembelajaran pada setiap pertemuan. Namun dalam beberapa pertemuan, kuis tidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan waktu. Selanjutnya, pada setiap akhir pembelajaran, guru memberikan informasi tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya dan menghimbau siswa agar mempelajari materi tersebut terlebih dahulu. Setelah itu, guru menutup pembelajaran dengan salam dan berdoa.

2. Deskripsi Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Data kemampuan pemecahan masalah matematis terdiri dari data pretest dan data posttest. Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis awal siswa pada materi lingkaran, sedangkan posttest digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi lingkaran setelah mengikuti pembelajaran. 74

a. Data Hasil Pretest dan Posttest

Deskripsi data nilai pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Deskripsi Data Pretest dan Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Deskripsi Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Pretest Posttest Pretest Posttest Nilai Terendah 20 70 20 55 Nilai Tertinggi 55 91,67 48,33 93,33 Rata-rata 36,08 84,61 35 79,26 Variansi 67,83 47,65 57,74 170,74 Simpangan Baku 8 7 8 13 Berdasarkan Tabel 8, terlihat bahwa terjadi peningkatan secara signifikan nilai rata-rata antara pretest dan posttest baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Nilai rata-rata kelas eksperimen meningkat dari 36,08 pada pretest menjadi 84,61 pada posttest. Sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol meningkat dari 35 pada pretest menjadi 79,26 pada posttest. Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata posttest kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran yang dilakukan di kelas eksperimen menuntun siswa untuk selalu memikirkan kembali apa yang telah dipikirkan. Siswa dibiasakan untuk selalu melakukan perencanaan, pemantauan, dan evaluasi terhadap hasil belajarnya, sehingga siswa akan lebih teliti dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Sedangkan di kelas kontrol, pembelajaran yang dilakukan tidak menuntun siswa untuk melakukan langkah-langkah seperti yang dilakukan di kelas eksperimen, sehingga siswa merasa kesulitan untuk melakukan perencanaan dalam menyelesaikan soal.