Desain Penelitian Jadwal Penelitian

39 Berikut penjelasan mengenai perangkat pembelajaran yang digunakan dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol.

1. Perangkat Pembelajaran Kelas Eksperimen

Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam kelas eksperimen berupa RPP dan LKS. RPP merupakan pedoman dan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan di dalam kelas pada setiap pertemuan. RPP yang digunakan dalam kelas eksperimen sesuai dengan langkah-langkah dalam strategi metakognitif yaitu meliputi kegiatan perencanaan, pemantauan, dan evaluasi. RPP kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran B.1. halaman 102. Pada setiap pertemuan, pembelajaran dilaksanakan dengan media LKS. LKS disusun untuk memfasilitasi siswa dalam memahami materi dengan menggunakan strategi metakognitif, sehingga pembelajaran yang dilakukan siswa menjadi bermakna. LKS berisi tentang petunjuk penggunaan LKS, indikator pencapaian tujuan pembelajaran, informasi keterkaitan materi yang akan dipelajari dengan materi yang telah dimiliki, maupun kegiatan-kegiatan yang harus diselesaikan oleh siswa. Pada setiap kegiatan tersebut, terdapat perintah untuk memeriksa kembali langkah-langkah yang telah dilakukan dan melakukan perbaikan jika terdapat kesalahan.Selain itu, dalam LKS juga terdapat pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu siswa untuk melakukan penilaian terhadap apa yang telah dikerjakan. LKS dapat dilihat pada lampiran B.3. halaman 166. 40

2. Perangkat Pembelajaran Kelas Kontrol

Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam kelas kontrol hanyalah RPP, artinya tidak menggunakan media LKS. Hal ini dikarenakan pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelas kontrol menggunakan strategi ekspositori dimana guru tidak terbiasa menggunakan LKS dalam proses pembelajarannya. Penyusunan RPP untuk kelas kontrol disesuaikan dengan langkah-langkah pada strategi ekspositori. RPP memberikan pedoman bagi guru dalam memberikan motivasi dan menarik perhatian siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan apersepsi, menjelaskan materi pelajaran, memberikan contoh- contoh sehubungan dengan materi pelajaran, memberikan pertanyaan kepada siswa dengan tujuan untukmengetahui sampai manakah materi pelajaran telah dikuasai, memberikan soal latihan, serta membuat simpulan. RPP kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran B.2. halaman 136.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen data kuantitatif dan kualitatif. Instrumen data kuantitatif berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis, sedangkan instrumen data kualitatif berupa lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Berikut ini akan dijelaskan tentang instrumen penelitian secara rinci.

1. Instrumen data kuantitatif

Instrumen data kuantitatif berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Terdapat dua jenis tes 41 yang digunakan dalam penelitian yaitu pretest dan posttest.Pretest dan posttest dilakukan di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pretest digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa terhadap pemecahan masalah matematis sebelum pelaksanaan pembelajaran, sedangkan posttest digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah pembelajaran selesai dilaksanakan. Penyusunan instrumen didasarkan pada indikator kemampuan pemecahan masalah matematis. Soal pretest dan posttest dalam penelitian ini berupa soal uraian yang terdiri dari 5 butir soal. Hal ini bertujuan agar penulis dapat mengetahui proses pengerjaan soal oleh siswa sehingga dapat diketahui apakah siswa sudah mempunyai komponen-komponen kemampuan pemecahan masalah atau belum. Soal yang digunakan dalam pretest dan posttest dibuat setipe dengan tingkat kesulitan yang sama. Sebelum instrumen ini digunakan untuk pengambilan data, instrumen dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan divalidasi oleh dosen ahli. Kisi-kisi dan instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematika dapat dilihat pada lampiran C halaman 223.

2. Instrumen data kualitatif

Instrumen data kualitatif berupa lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Pada penelitian ini disusun dua macam lembar observasi, yaitu lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan strategi metakognitif dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol yang menggunakan strategi ekspositori. Lembar observasi disusun sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran untuk kelas 42 eksperimen dan kelas kontrol. Lembar observasi ini akan digunakan dengan cara observasi langsung oleh satu observer pada masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol. Aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran akan diamati apakah telah sesuai dengan aspek-aspek yang diharapkan. Kriteria untuk mengisi lembar observasi adalah dengan memberi tanda centang pada kolom “Ya” jika aspek yang diamati terlaksana dan memberi tanda centang pada kolom “Tidak” jika aspek yang diamati tidak terlaksana. Selain lembar observasi, peneliti juga menyiapkan alat bantu observasi berupa lembar catatan lapangan untuk mencatat hal-hal tambahan yang tidak termuat dalam lembar observasi. Hasil catatan lapangan ini digunakan sebagai bahan evaluasi untuk melakukan perbaikan bagi peneliti dalam melaksanakan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

I. Validitas Instrumen

Sebelum instrumen digunakan untuk pengambilan data, maka perlu dilakukan validasi terhadap instrumen tersebut. Sugiyono 2011:121 menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Jika instrumen dikatakan tidak valid, maka instrumen harus diperbaiki hingga instrumen tersebut dapat dikatakan valid dan layak untuk digunakan dalam pengambilan data. Validitas instrumen yang digunakan terdiri dari validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi adalah derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin diukur Sukardi, 2011:123. Validitas isi pada umumnya 43 ditentukan melalui pertimbangan para ahli. Proses validasi diawali dengan pengamatan instrumen oleh para ahli, kemudian para ahli mengoreksi semua item-item pada instrumen sesuai atau tidak dengan kisi-kisi instrumen, dan selanjutnya instrumen direvisi berdasarkan masukan para ahli. Setelah memeriksa hasil revisi dan mengevaluasi secara sistematis, para ahli memberikan penilaian apakah instrumen layak digunakan atau tidak. Kriteria penilaian instrumen ada tiga yaitu instrumen “layak digunakan tanpa revisi”, “layak digunakan dengan revisi”, atau “tidak layak digunakan”. Instrumen pada penelitian ini divalidasi oleh dua dosen ahli Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Instrumen yang divalidasi oleh para ahli berupa instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, RPP, dan LKS. Hasil keterangan validasi oleh dosen ahli dapat dilihat selengkapnya pada lampiran F halaman 306. Selain itu, dalam penelitian ini juga dilakukan validitas konstruk terhadap butir soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang diberikan. Validitas konstruk adalah validitas yang mengukur sejauh mana item- item tes mampu mengukur apa yang benar-benar ingin diukur sesuai dengan konsep dan definisi konseptual yang telah ditetapkan. Adapun rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dalam Sugiyono 2010:212 sebagai berikut. 44 Keterangan: : koefisien korelasi N : jumlah subjek X : skor item Y : skor total Pengambilan keputusan yang dilakukan adalah dengan membandingkan dengan pada taraf signifikansi 5. Jika maka soal valid, sedangkan jika maka soal tidak valid. Hasil perhitungan uji validitas konstruk dari soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis dapat dilihat pada lampiran E.1. halaman 298.

J. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan strategi metakognitif, yang pertama akan diuji efektivitas strategi metakognitif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, dan yang kedua akan diuji apakah terdapat perbedaan signifikan dalam hal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori. Untuk menguji dua hal tersebut, dilakukan analisis data pada nilai pretest dan posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan meliputi analisis deskriptif, uji asumsi analisis, uji perbedaan kemampuan awal, dan uji hipotesis. Analisis deskriptif adalah teknik analisis yang memberikan informasi hanya mengenai data yang diamati dan tidak bertujuan untuk membuat kesimpulan yang berlaku secara umum. Untuk membuat kesimpulan yang 45 berlaku secara umum digunakan uji hipotesis, namun sebelumnya dilakukan uji asumsi analisis dan uji perbedaan kemampuan awal terlebih dahulu. Uji asumsi analisis digunakan terhadap pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan uji perbedaan kemampuan awal digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kemampuan awal kelas eksperimen dengan kemampuan awal kelas kontrol. Uji perbedaan kemampuan awal tersebut dilakukan dengan menggunakan rata-rata nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji perbedaan kemampuan awal tersebut akan menentukan uji hipotesis yang akan digunakan. Berikut ini dijelaskan mengenai analisis deskriptif, uji asumsi analisis, uji perbedaan kemampuan awal, dan uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini.

1. Analisis Deskriptif

Data yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dan data hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang terdiri dari data pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uraiannya adalah sebagai berikut.

a. Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil observasi akan dianalisis dengan skor 1 untuk pilihan jawaban “ya” dan skor 0 untuk pilihan jawaban “tidak”. Cara menghitung persentase skornya adalah sebagai berikut. 46 Data hasil perhitungan kemudian dikualifikasikan sendiri oleh peneliti dengan ketentuan seperti pada tabel berikut. Tabel 3. Kualifikasi Keterlaksanaan Pembelajaran No. Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Kualifikasi 1. 80 ≤ P ≤ 100 Sangat Baik 2. 60 ≤ P 80 Baik 3. 40 ≤ P 60 Cukup 4. 20 ≤ P 40 Rendah 5. 0 ≤ P 20 Sangat Rendah

b. Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Data pretest dan posttest kemampuan pemecahan masalah matematis dideskripsikan dengan menggunakan teknik statistik. Teknik statistik yang digunakan meliputi rata-rata, variansi, simpangan baku, nilai tertinggi, dan nilai terendah.

2. Uji Asumsi Analisis

Uji analisis asumsi meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Berikut penjelasannya secara lengkap.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data nilai pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji normalitas Kolmogorov Smirnov dengan taraf signifikansi α = 0,05. Untuk perumusan hipotesis yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah sebagai berikut. 47 Dengan kriteria keputusan ditolak jika nilai Asymp. Sig. 2-tailed kurang dari α = 0,05. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.0.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kesamaan variansi atau tidak. Uji ini dilakukan pada nilai pretest dan posttest menggunakan Uji Levene Test denga n taraf signifikansi α = 0,05. Pengujian dilakukan dengan bantuan SPSS 16. Perumusan hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut. data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki variansi yang sama data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki variansi yang berbeda Kriteria keputusannya adalah ditolak jika nilai Sig. pada tabel Test of Homogeneity of variances kurang dari α = 0,05.

3. Uji Perbedaan Kemampuan Awal

Sebelum melanjutkan ke uji hipotesis, perlu dilakukan uji perbedaan kemampuan nilai awal. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat kemampuan nilai awal antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji perbedaan kemampuan awal tersebut dilakukan dengan menggunakan rata-rata 48 nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji independent-sample t-test dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan taraf signifikansi yang digunakan α = 0,05. Hasil uji perbedaan kemampuan awal tersebut akan menentukan uji hipotesis yang digunakan. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian kemampuan nilai awal adalah sebagai berikut. tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan nilai rata-rata kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol Kriteria keputusannya adalah ditolak jika nilai Sig. 2-tailed kurang dari α = 0,05.

4. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji kemampuan nilai awal diperoleh dua kemungkinan yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol atau terdapat perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut penjelasan uji hipotesis yang akan digunakan berdasarkan dua kemungkinan tersebut.

a. Tidak Terdapat Perbedaan Kemampuan Awal

Apabila dari hasil uji kemampuan nilai awal diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan nilai posttest dari kedua kelas tersebut. Berikut penjelasan tentang uji hipotesis yang akan dilakukan. 49 1 Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 1 Strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa jika rata-rata nilai posttest siswa kelas eksperimen minimal mencapai 78. Suharsimi Arikunto 1997:251 menyatakan bahwa nilai pada rentang 66-79 termasuk dalam kategori baik. Pemilihan kriteria minimal juga didasarkan pada KKM di SMP Negeri 6 Yogyakarta yaitu 78. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. strategi metakognitif tidak efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa Keterangan: : rata-rata nilai posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif kelas eksperimen. Jika data berdistribusi normal dan homogen maka uji statistik yang digunakan adalah uji one sample t-test dengan taraf signifikansi α = 0,05 menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0. Kriteria keputusan yang diambil adalah ditolak jika nilai Sig. kurang dari α = 0,05. 2 Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 2 Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori, perlu dilakukan pengujian terhadap rata-rata nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian dilakukan dengan 50 menggunakan uji independent-sample t-test dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan taraf signifikansi yang digunakan α = 0,05. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut. tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol Keterangan: : rata-rata nilai posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif kelas eksperimen. : rata-rata nilai posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori kelas kontrol. Kriteria keputusannya adalah ditolak jika nilai Sig. 2-tailed kurang dari α = 0,05. 3 Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 3 Strategi metakognitif dikatakan berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa jika mencakup dua hal berikut. a Strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Untuk mengetahui efektivitas strategi metakognitif ini dapat melihat hasil pengujian hipotesis pada rumusan masalah yang pertama. b Terdapat perbedaan signifikan dalam hal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori. 51 Kesimpulan tentang perbedaan ini dapat dilihat pada hasil pengujian hipotesis pada rumusan masalah yang kedua. Jika terdapat perbedaan yang signifikan, maka perlu ditunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori. Strategi metakognitif dikatakan lebih baik ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dibandingkan dengan strategi ekspositori, apabila rata-rata nilai posttest siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata nilai posttest kelas kontrol. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji independent-sample t-test dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan taraf signifikansi yang digunakan α = 0,05. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut. pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa tidak lebih baik dibandingkan dengan strategi ekspositori pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa lebih baik dibandingkan dengan strategi ekspositori Kriteria keputusannya adalah ditolak jika nilai Sig. 2-tailed kurang dari α = 0,05. 52

b. Terdapat Perbedaan Kemampuan Awal

Apabila dari hasil uji kemampuan nilai awal diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan data skor gain. Rumus indeks gain menurut Hake 1999:1 adalah sebagai berikut. Keterangan: = Skor posttest = Skor pretest = Skor maksimal Hasil perhitungan skor gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi skor gain Hake, 1999:1 seperti pada tabel berikut. Tabel 4. Klasifikasi Gain Skor Gain Klasifikasi Tinggi Sedang Rendah 1 Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 1 Strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa jika skor gain lebih dari atau sama dengan 0,7. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. strategi metakognitif tidak efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa 53 Menurut Sugiyono 2010:96, pengujian hipotesis ini dapat dilakukan dengan rumus statistika berikut. Keterangan: = rata-rata skor gain kelas eksperimen = banyaknya siswa kelas eksperimen = variansi skor gain kelas eksperimen = nilai yang dihipotesiskan, yaitu 0,69 Dengan derajat bebas dan α = 0,05. Kriteria keputusannya adalah ditolak jika 2 Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 2 Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori, perlu dilakukan pengujian terhadap rata-rata skor gainkelas eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut. tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol Keterangan: : rata-rata skor gain kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif kelas eksperimen. 54 : rata-rata skor gain kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori kelas kontrol. Menurut Walpole 1992:305, pengujian hipotesis ini dapat dilakukan dengan rumus statistika berikut. dengan dan Keterangan: = rata-rata skor gain kelas eksperimen = rata-rata skor gain kelas kontrol = banyaknya siswa kelas eksperimen = banyaknya siswa kelas kontrol = variansi skor gain kelas ekperimen = variansi skor gain kelas kontrol = simpangan baku gabungan Kriteria keputusannya adalah ditolak jika . 3 Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 3 Strategi metakognitif dikatakan berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa jika mencakup dua hal berikut. a Strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Untuk mengetahui efektivitas strategi metakognitif ini dapat melihat hasil pengujian hipotesis pada rumusan masalah yang pertama. b Terdapat perbedaan signifikan dalam hal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori. Kesimpulan tentang perbedaan ini dapat dilihat pada hasil pengujian hipotesis pada rumusan masalah yang kedua. Jika terdapat perbedaan yang 55 signifikan, maka perlu ditunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori. Strategi metakognitif dikatakan lebih baik ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dibandingkan dengan strategi ekspositori, apabila rata-rata skor gain siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata skor gain kelas kontrol. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut. pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa tidak lebih baik dibandingkan dengan strategi ekspositori pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa lebih baik dibandingkan dengan strategi ekspositori Menurut Walpole 1992:305, pengujian hipotesis ini dapat dilakukan dengan rumus statistika berikut. dengan dan Keterangan: = rata-rata skor gain kelas eksperimen = rata-rata skor gain kelas kontrol = banyaknya siswa kelas eksperimen = banyaknya siswa kelas kontrol = variansi skor gain kelas ekperimen = variansi skor gain kelas kontrol = simpangan baku gabungan Kriteria keputusannya adalah ditolak jika . 56

K. Jadwal Penelitian

Tabel 5. Jadwal Penelitian No. Kegiatan Waktu 1. Penyusunan proposal September – Oktober 2016 2. Penyusunan instrumen November – Desember 2016 3. Pengambilan data Januari 2017 4. Analisis data Februari 2017 5. Penyusunan laporan Maret – April 2017 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang dilaksanakan di SMP Negeri 6 Yogyakarta pada tanggal 5 Januari 2017 sampai dengan 26 Januari 2017. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang terdiri dari 7 kelas dengan 34 siswa setiap kelasnya. Sedangkan untuk sampel berasal dari kelas VIII E dan kelas VIII F yang dipilih secara acak. Kelas VIII E terpilih sebagai kelas kontrol dan kelas VIII F terpilih sebagai kelas eksperimen. Pelaksanaan penelitian dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan. Pertemuan pertama diawali dengan pretest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, pertemuan kedua hingga ketujuh dilakukan kegiatan pembelajaran, kemudian pertemuan terakhir atau kedelapan dilakukan posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Mata pelajaran matematika untuk kelas VIII dijadwalkan tiga kali pertemuan setiap minggunya, dengan alokasi waktu 2x40 menit. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang terdiri dari pretest posttest dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Instrumen tes berupa soal uraian pada materi lingkaran. Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, sedangkan posttest digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran. Kemampuan pemecahan masalah matematis 58 siswa yang diukur terdiri dari empat aspek, yaitu 1 memahami masalah, 2 merencanakan penyelesaian masalah, 3 menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan 4 menginterpretasikan jawaban ke masalah semula. Instrumen ini telah divalidasi oleh dua dosen ahli dengan ketentuan layak digunakan dengan revisi.

1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan oleh guru yang sama, yaitu peneliti. Materi yang dipelajari oleh siswa di kedua kelas tersebut juga materi yang sama, yaitu materi lingkaran yang terdiri dari tiga kompetensi dasar. Pembelajaran materi ini pada kelas kontrol menggunakan strategi ekspositori, sedangkan pada kelas eksperimen menggunakan strategi metakognitif. Pada setiap pertemuan, kegiatan pembelajaran di kelas ekperimen maupun kelas kontrol diobservasi oleh seorang observer. Deskripsi pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut.

a. Pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen

Kelas eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas VIII F yang terdiri dari 34 siswa. Pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas eksperimen menggunakan strategi metakognitif. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama delapan kali pertemuan. Pertemuan pertama, siswa terlebih dahulu diberi tes pretest untuk mengukur kemampuan awal siswa dalam memecahkan masalah matematika. Pertemuan berikutnya yaitu pertemuan kedua hingga ketujuh dilaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan strategi metakognitif sesuai dengan RPP yang telah dirancang sebelumnya. Pada setiap pertemuan, proses pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan Lembar