24 pada aspek ketepatan menyuarakan tulisan, lafal, dan  intonasi yang  wajar, serta
kelancaran  dan  kejelasan  suara.  Membaca  permulaan  pada  anak  usia  TK melibatkan unsur auditif pendengaran dan visual pengamatan.
D. Pembelajaran Membaca Permulaan
1. Faktor Penyebab Kemunculan Pembelajaran Membaca Permulaan
Pembelajaran  membaca  permulaan  didasarkan  oleh  dua  hal,  yaitu kemunculan literasi  anak
emergent literacy
dan kebermaknaan belajar membaca bagi  anak.  Hal  ini  menjadikan  dasar  untuk  memperhatikan  aspek  kesiapan
kebutuhan  dan  keiginan  anak  agar  lebih  efektif  dalam  pembelajaran  membaca permulaan.  Marron  2010:  7  mengungkapkan  bahwa  buku  tanpa  kata-kata
menjadi  cara  yang  dapat  digunakan  untuk  membantu  pembelajaran  siswa membaca permulaan sebelum mereka menjadi pembaca di kelas sekolah formal.
Penggunaan  buku  sebagai  media  untuk  belajar  membaca  permulaan,  tentunya buku dengan banyak gambar dan sedikit tulisan.
Hal  yang  perlu  diperhatikan  adalah  kemampuan  perkembangan  bahasa sebagai  dasar  mengembangkan  kemampuan  membaca  permulaan  anak.  Seperti
yang  diungkapkan  oleh  Dickinson  dan  Tabors  dalam  Seefeldt  Wasik,  2008: 324  bahwa  baca  tulis  itu  dimulai  dengan  perkembangan  bahasa.  Pemahaman
fonemik  dalam  perkembangan  bahasa  anak  akan  membantu  untuk  mengerti bunyi-bunyi  dalam  suatu  kata.  Seseorang  anak  memiliki  pemahaman  fonemik
mengerti  bahwa  kata  dibentuk  oleh  bunyi-bunyi  dan  bahwa  mereka  bisa menggunakan bunyi-bunyi di dalam kata Seefeldt Wasik, 2008: 326.
25 Berdasarkan  teori  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  faktor  penyebab
kemunculan  pembelajaran  membaca  permulaan  adalah  munculnya  kemampuan literasi  anak  dan  kebermaknaan  belajar  membaca  bagi  anak.  Pembelajaran
membaca  permulaan  perlu  dilaksanakan  sesuai  kemampuan  dasar  bahasa  yang telah  dimilki  oleh  anak.  Hal  tersebut  menjadikan  dasar  untuk  memperhatikan
aspek  kesiapan  kebutuhan  dan  keinginan  anak  agar  lebih  efektif  dalam pembelajaran membaca permulaan.
2. Model Pembelajaran Membaca Permulaan
Beberapa  model  pembelajaran  membaca  menurut  Tadkirotun  Musfiroh 2009: 17-22 antara lain ialah:
a. Model Linear
Model  linear,  atau  lebih  dikenal  dengan  istilah  proses
bottom  up
adalah model  yang  melihat  membaca sebagai
part  to  whole  process
proses dari  bagian keseluruhan. Proses pada model linear merupakan belajar membaca yang dimulai
dari yang lebih sederhana ke yang lebih rumit. Pada anak usia dini, model
bottom up
menekankan bahwa anak belajar menguraikan tulisan ke dalam bahasa lisan. Model
bottom  up
pada  dasarnya  merupakan  proses  penerjemahan,  dekode,  dan enkode.  Dekode  ialah  kegiatan  mengubah  tanda-tanda  menjadi  berita.  Enkode
ialah kegiatan mengubah berita menjadi lambang-lambang. Model ini dikritik oleh beberapa  ahli  karena  dianggap  membatasi  kemampuan  membaca  anak  serta
mengurangi  peran  guru  dalam  menerapkan  tujuan,  metode,  dan  langkah pembelajaran.
26 b.
Model Interaktif Model  interaktif  didasarkan  pada  teori  skema  dan  memandang  membaca
sebagai  interaksi  antara  pembaca  dan  teks.  Pembaca  harus  membuat  hubungan makna  antara  informasi  baru  dengan  informasi  sebelumnya  skemata  dan
menggunakan  strategi  pribadi,  yaitu  mengembangkan  dan  mencocokkan  setiap tujuan individu dalam membaca di samping mengkontruksi makna dari teks.
Model  ini  memadukan  proses
bottom  up
dan
top  down,
menekankan keterampilan  mengidentifikasi,  kosakata,  makna  kata,  dan  pemahaman.  Model
interaktif  telah  banyak  dikembangkan,  tetapi  lebih  difokuskan  pada  pembaca lanjut.  Model  ini  menekankan  kemampuan  membuat  pertanyaan  bacaan  yang
berfungsi untuk memonitor pemahaman bacaan sendiri dari berbagai tipe teks. c.
Model Psikolinguistik Model  psikolinguistik  adalah  model  membaca  yang  melihat  membaca
sebagai bagian dari perkembangan membaca dan aktivitas menguji hipotesis. Saat membaca, anak membuat prediksi dari tanda-tanda sintaktik dan semantik tentang
kata  dan  kalimat  berikutnya.  Anak-anak  akan  menggunakan  pengetahuan bahasanya untuk membantu memahami kata. Materi membaca sebaiknya utuh dan
bermakna  Santrock,  2007:  360,  seperti  cerita-cerita  atau  puisi-puisi  yang mempunyai bahasa yang komunikatif.
Goodman  dalam  Santrock,  2007:  361  juga  menentang  pendapat  bahwa bahasa  dapat  diajarkan  bagian  per  bagian.  Model  ini  merefleksikan  pendekatan
whole  language
.  Beberapa  ide  utama
whole  language
yang  relevan  dengan membaca  adalah:  1  literasi  berkembang  dari  utuh  ke  bagian  secara  fungsional,
27 bermakna,  dan  relevan  dengan  penggunaan  bahasa;  2  pembaca  mengkonstruksi
makna  selama  membaca,  menggambarkan  latar  belakang  pembelajaran,  dan pengalaman mereka; 3 pembaca memprediksi, menyeleksi, mengkonfirmasi, dan
mengoreksi  sendiri  saat  memaknai  tulisan;  4  tiga  sistem  bahasa  berinteraksi dalam  bahasa  tulis:  grafofonemik  bunyi  dan  bentuk  huruf,  sintaktik  pola
kalimat, dan semantik makna; serta 5 pemahaman makna selalu menjadi tujuan semua pembaca.
d. Model Transaksional
Model  ini  menggambarkan  membaca  sebagai  transaksi  antara  pembaca dan teks yang terjadi pada waktu dan konteks tertentu. Pandangan ini dipengaruhi
oleh  pendekatan  mengajar  dengan  literatur  yang  mengakui  pentingnya  respon pembaca:  instruksi  yang  berpusat  pada  anak  dan  respon,  kelompok  literatur,
respon jurnal, dan pertanyaan yang estetis. Metode yang merefleksikan model ini adalah pendekatan pengalaman bahasa
language experience approach: LEA
dan metode  yang  didasarkan  pada  buku  seperti  membaca  nyaring,  membaca  tanpa
suara,  membaca dengan pilihan sendiri dan konferensi  membaca,  serta  membaca bersama dengan buku besar.
Berdasarkan  beberapa  uraian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  model pembelajaran  membaca  permulaan  dipengaruhi  oleh  beberapa  pandangan  dalam
pembelajaran.  Pandangan  tersebut  berkaitan  dengan  kegiatan  belajar  membaca yang bermacam-macam antara lain adalah: 1 belajar membaca dari sederhana ke
lebih rumit;2 belajar membaca untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan yang sebelumnya; dan 3 belajar membaca untuk memahami bahan bacaan.Setiap
28 model  mempunyai  kelemahan  dan  kelebihan  yang  perlu  dipertimbangkan  saat
diaplikasikan  dalam  pembelajaran.  Model  pembelajaran  akan  lebih  efektif  jika pelaksanaannya disesuaikan dengan karakteristik anak.
3. Strategi Pembelajaran Membaca Permulaan