64
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian tindakan kelas ini adalah penelitian tindakan kelas secara kolaborasi. Menurut Suharsimi Arikunto 2006:17 penelitian tindakan kelas
secara kolaborasi, yaitu pihak yang melakukan tindakan adalah guru mata pelajaran itu sendiri, sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap
berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti dan bukan seorang guru yang sedang melakukan tindakan. Oleh karena itu, dijelaskan oleh Pardjono, dkk
2007:10 bahwa dalam penelitian tindakan kelas peneliti harus berkolaborator dengan guru, sehingga peneliti dan guru dapat saling memberi masukan selama
guru melakukan tindakan sampai pada tahap analisis dan refleksi. Dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran membuat hiasan
pada busana yang bertindak sebagai pengajar. Penelitian tindakan kelas adalah salah satu penelitian tindakan yang
dilakukan guru dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang: a praktik-praktik kependidikan mereka, b pemahaman
mereka tentang praktik-praktik tersebut, c situasi dimana praktik-praktik tersebut dilaksanakan, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
di kelasnya. Dalam penelitian ini, untuk melakukan perubahan terhadap metode guru dalam mata pelajaran membuat hiasan busana pada materi macam-macam
tusuk sulaman pita, sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
65
2. Desain Penelitian
Desain penelitian tindakan kelas ini digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan model dari Kemmis dan Mc.Taggart, karena dengan menggunakan model ini apabila dalam awal pelaksanaan tindakan ada
kekurangan, maka perbaikan masih dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai target yang diinginkan tercapai. Adapun desain penelitian tindakan kelas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan McTaggart 1990:14, yang dapat dilihat dari gambar di bawah ini:
Gambar 7. Tahapan PTK model Kemmis McTaggart
Sumber: Pardjono, dkk 2007:22 Model Kemmis dan McTaggart pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat
atau untaian-untaian dengan satu perangkat yang terdiri dari tiga komponen, yaitu 1 perencanaan planning, 2tindakan dan pengamatan acting and
observing dan 3 refleksi reflecting. Ketiga komponen yang berupa untaian tersebut dipandang dalam satu siklus. Dalam pelaksanaannya, komponen
tindakan acting dan pengamatan observing dijadikan dalam satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan
66 bahwa antara implementasi tindakan acting dan pengamatan observing
merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya kedua kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu. Adapun penjelasan tentang
komponen tersebut adalah sebagai berikut:
1 perencanaan planning
Perencanaan dilakukan oleh guru berkolaborasi dengan peneliti. Pada pra siklus, peneliti hanya bertugas sebagai observer pengamat. Hasil
pengamatan akan direfleksi bersama guru sebagai acuan untuk melakukan tindakan selanjutnya.
2 tindakan acting dan pengamatan observing
Pada tahap ini, guru melakukan tindakan kegiatan belajar mengajar seperti biasanya sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat oleh guru, yaitu
dengan mendemonstrasikan langkah-langkah membuat macam-macam tusuk sulam pita Ribbon embroidery. Pengamatan dilakukan oleh peneliti
dan teman sejawat. Pengamatan dilakukan terhadap proses belajar mengajar selama dilakukannya tindakan terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran praktik membuat sulaman pita.
3 refleksi reflecting
Pada tahap ini, refleksi dilakukan oleh guru berkolaborasi dengan peneliti. Dari hasil refleksi peneliti dan guru sepakat untuk melakukan tindakan dengan
menerapkan metode demonstrasi menggunkan media video yang bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran membuat hiasan
busana materi macam - macam tusuk hias sulaman pita di SMK N 1 Pandak Bantul, Yogyakarta. Model penelitian ini membagi prosedur penelitian menjadi
tiga tahap pada satu putaran siklus, yaitu 1 perencanaan, 2 tindakan
67 observasi dan 3 refleksi. Dengan tahap tersebut, dapat merevisi atau
menyusun kembali perencanaan baru untuk menyempurnakan perencanaan sebelumnya, dan perencanaan baru dapat disusun sesuai dengan
permasalahan yang ditemukan dilapangan. Hal itu harus dilakukan sampai dihasilkan tingkat optimalisasi yang lebih tinggi sesuai kriteria keberhasilan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian