Analisis Data METODOLOGI PENELITIAN

C. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 31 orang 77,5 memiliki adversity quotient dalam kategori sedang, sebanyak 5 orang 12,5 masuk dalam kategori tinggi, dan 4 orang 10 termasuk dalam kategori rendah. Sebagian besar subjek penelitian ini sebanyak 31 orang 77,5 berada dalam kategori sedang. Ini berarti pada saat menghadapi kesulitan, sebagian besar subjek memiliki kemampuan yang cukup dalam mengendalikan kondisi diluar dirinya, tidak menyalahkan sesuatu di luar dirinya atau cukup berani bertanggung jawab terhadap apa yang sudah dilakukannya, cukup mampu menjangkau sesuatu di luar dirinya untuk membantu mengatasi kesulitan, serta memiliki daya tahan yang cukup baik. Hal ini bisa jadi dikarenakan faktor karakteristik subjek yang termasuk dalam kategori dewasa awal. Menurut Hurlock 1990, sekitar awal atau pertengahan umur tigapuluhan seperti usia sebagian besar subjek penelitian, kebanyakan orang muda telah mampu memecahkan masalah-masalah mereka dengan cukup baik sehingga menjadi stabil dan tenang secara emosional. Subjek melakukan pekerjaannya tidak dengan tingkat emosional yang tinggi tetapi tidak juga mudah menyerah terhadap kesulitan yang dihadapi. Salah satu faktor yang menyulitkan pilihan pekerjaan menurut Hurlock 1990 juga dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa daya juang atau Adversity Quotient subjek berada dalam kategori sedang. Faktor tersebut adalah tuntutan perubahan yang begitu cepat akan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memegang suatu pekerjaan yang mengarah ke sistem kerja. Pekerjaan subjek memiliki batas waktu yang cukup singkat untuk diselesaikan sehingga mereka mengalami kesulitan- kesulitan yang cukup banyak pula. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kategori sedang yang dimiliki oleh sebagian besar subjek juga disebabkan oleh faktor-faktor Adversity Quotient dalam menghadapi kesulitan kerjanya. Para fasilitator ini cukup fasih dan luwes dalam berkreasi serta cukup mampu memegang kendali dalam usaha mengubah kesulitan sebagai suatu peluang dengan tujuan tertentu. Para fasilitator tersebut memiliki kemauan belajar yang cukup baik untuk meningkatkan pemberdayaan dirinya sendiri. Faktor lain yang bisa mempengaruhi sedangnya Adversity Quotient pada subjek adalah rasa ketidakpuasan terhadap pekerjaannya. Rasa tidak puas biasanya mulai terjadi selama pertengahan usia duapuluhan sampai menjelang usia tigapuluhan, terutama ketika orang muda tidak dapat menanjak secepat yang mereka harapkan, atau jikalau saat itu terjadi resesi ekonomi dimana pekerjaan sulit ditemukan dan ketidakpuasan pun akan meningkat Hurlock, 1990. Rasa tidak puas ini bisa jadi berpengaruh terhadap motivasi berprestasi subjek. Menurut Stoltz 2000, tingkat adversity quotient sedang dapat diartikan bahwa seseorang lumayan baik dalam menempuh liku-liku hidup sepanjang segala sesuatunya berjalan relatif lancar. Namun, seseorang mungkin mengalami penderitaan yang tidak perlu akibat kemunduran-kemunduran yang lebih besar, atau mungkin menjadi kecil hati dengan menumpuknya beban frustasi dan tantangan-tantangan hidup. Sebanyak 5 orang 12, 5 termasuk dalam kategori tinggi. Lasmono 2001 menerangkan bahwa seseorang yang memiliki adversity quotient yang tinggi berarti orang tersebut sudah lebih efektif daripada kebanyakan orang lain dalam menghadapi kesulitan. Orang tersebut mudah pulih dari keterpurukan dan maju terus bila menghadapi kebanyakan tantangan. Menurut Stoltz 2000, seseorang dengan