yang memiliki latar belakang pendidikan sarjana teknik juga harus dapat menguasai masalah pembukuan keuangan. Selain itu, situasi fasilitator
yang jauh dari keluarganya terkadang dapat menimbulkan kesulitan. Hal itu disebabkan karena tugas yang menyita banyak waktu sehingga waktu
untuk keluarga sangat kurang dan akhirnya tidak jarang membuat fasilitator menjadi ’kepikiran’ tentang keluarganya yang jauh.
b. Kesulitan dari lingkungan kerja, yaitu tugas yang terlalu banyak yang
harus diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat. Hal itu menyebabkan penyimpangan terhadap master schedule dimana pelaksanaan program-
program kerjanya tidak tepat waktu atau melebihi jadwal target yang telah ditentukan.
c. Kesulitan dari masyarakat, yaitu tingkat kepedulian masyarakat berbeda-
beda. Ada masyarakat yang peduli terhadap program-program yang direncanakan namun ada juga masyarakat yang kurang peduli bahkan ada
yang tidak peduli sama sekali terhadap program-program tersebut. Hal itu menyebabkan relawan untuk berpertisipasi dalam pelaksanaan program
yang direncanakan menjadi berkurang.
B. Adversity Quotient pada Fasilitator PNPMM
Fasilitator PNPMM dihadapkan pada berbagai kesulitan kerja baik dalam diri sendiri maupun dari lingkungan kerja serta dari masyarakat dimana fasilitator
PNPMM bertugas. Kesulitan kerja yang dialami fasilitator PNPMM antara lain adalah kesulitan masing-masing fasilitator, kesulitan dari lingkungan kerja, dan kesulitan dari
masyarakat. Dalam menghadapi kesulitan-kesulitannya, fasilitator PNPMM dituntut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk melakukan perubahan-perubahan yang positif untuk meningkatkan kualitas diri. Ada fasilitator PNPMM yang menganggap perubahan dan perbaikan dalam bidang
pemberdayaan masyarakat sebagai hal yang positif dimana akan membawa keuntungan. Ada juga yang menganggap hal tersebut negatif dan lebih membawa
kerugian bagi dirinya. Perbedaan tanggapan ini berkaitan erat dengan kemampuan fasilitator PNPMM dalam mengatasi kesulitan yang dihadapinya dan dapat diketahui
melalui Adversity Quotient AQ. Adversity Quotient yang terdiri dari dimensi Control kendali terhadap
kesulitan, Origin asal-usul kesulitan, Ownership pengakuan terhadap kesulitan, Reach jangkauan dalam menghadapi kesulitan, dan Endurance seberapa lama
kesulitan dan penyebab kesulitan berlangsung dipengaruhi oleh faktor-faktor Adversity Quotient, yaitu pembelajaran, motivasi berprestasi, kreativitas dan
advertunity. Faktor-faktor Adversity Quotient mempengaruhi setiap fasilitator PNPMM
dalam menghadapi kesulitan kerjanya. Fasilitator PNPMM yang mau belajar meningkatkan pemberdayaan diri dan mempunyai motivasi berprestasi biasanya lebih
gigih, realistis dan lebih suka bertindak. Fasilitator PNPMM mempunyai kreativitas dalam pemecahan masalah secara lancar dan cepat serta memiliki advertunity dalam
memproses, mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesulitan sebagai sesuatu yang bersifat sementara, eksternal dan terbatas pada suatu aspek kehidupan
psikologis. Hal itu menyebabkan fasilitator PNPMM tersebut cenderung memiliki AQ yang tinggi. Sebaliknya, fasilitator PNPMM yang kurang memiliki pemberdayaan diri
dan kurang memiliki motivasi berprestasi biasanya kurang gigih, kurang realistis dan kurang suka bertindak. Ada fasilitator PNPMM yang kurang dapat melakukan