Definisi Adversity Quotient Dimensi Adversity Quotient

b. Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang membuat orang cenderung menuntut diri sendiri untuk berusaha lebih keras. Orang akan semakin berusaha lebih keras dalam pekerjaan jika orang yang bersangkutan ditantang -dengan alasan kuat- untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi cenderung lebih gigih, realistis dan lebih suka bertindak dibandingkan dengan orang yang mempunyai berbagai pola motivasi lain Gellerman, 1984. Hal ini dipengaruhi juga oleh ilmu neurofisiologis yang menyumbang pengetahuan bahwa kebiasaan seseorang berespon terhadap kemalangan dapat diinterupsi dan segera diubah sehingga kebiasaan lama akan melemah dan kebiasaan baru dapat berkembang. Hal itu dapat terjadi jika seseorang memiliki motivasi di dalam dirinya untuk menjadi lebih baik. c. Kreativitas Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk mencipta atau berkreasi. Kreativitas melibatkan dua unsur penting, yaitu kefasihan dan keluwesan. Kefasihan ditunjukkan oleh kemampuan menghasilkan sejumlah besar pemecahan masalah secara lancar dan cepat. Keluwesan mengacu pada kemampuan untuk menemukan gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk suatu pemecahan masalah. Hal utama yang mendorong munculnya kreativitas adalah kecenderungan sentral manusia untuk mengaktualisasikan, merealisasi dan mengungkapkan diri. Orang yang kreatif mempunyai motivasi besar dan kemampuan tinggi untuk mengenali intisari suatu masalah serta mempunyai kemauan untuk melibatkan pikiran sadar dan tidak sadarnya dalam usaha pemecahan suatu masalah atau kesulitan tersebut Olson, 1998. d. Advertunity Advertunity adalah kemampuan memegang kendali dalam usaha merubah kesulitan sebagai suatu peluang dengan tujuan tertentu. Tingkat advertunity seseorang dapat dilihat dari cara pandang atau persepsi terhadap kesulitan, sifat tahan banting, keuletan dan efektivitas diri. Sifat tahan banting adalah suatu perasaan tentang tantangan, komitmen dan pengendalian diri. Hal ini merujuk pada kemampuan manusia dalam menghadapi kondisi kehidupan yang keras. Orang yang memiliki sifat tahan banting cenderung bersikap optimis terhadap suatu kesulitan dibandingkan dengan orang yang kurang memiliki sifat tahan banting. Hal ini didukung oleh ilmu pengetahuan psikoneuroimunologis yang menyumbangkan bukti adanya hubungan fungsional antara otak dan sistem kekebalan, antara apa yang kita pikirkan dan rasakan terhadap kemalangan dengan kesehatan mental dan fisik kita. Bagaimana seseorang menghadapi kemalangan mempengaruhi fungsi- fungsi kekebalan dan kerentanan terhadap penyakit-penyakit yang mengancam hidup. Keuletan adalah kemampuan menyusun rencana-rencana strategis untuk upaya penyelesaian masalah dan dapat memanfaatkan kesulitan sebagai sebuah peluang belajar. Sedangkan efektivitas diri adalah keyakinan seseorang terhadap penguasaan kehidupan dan kemampuan menghadapi tantangan sewaktu tantangan tersebut muncul. Albert Bandura –pakar psikologi Stanford- merumuskan bahwa orang-orang yang memiliki efektivitas diri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mampu bangkit kembali dari kegagalan. Orang seperti ini selalu berusaha mencari alternatif pemecahan masalah dan bukan mencemaskan apa jadinya bila nanti terjadi kekeliruan Stoltz, 2000. Berdasarkan beberapa konsep yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa AQ adalah kemampuan seseorang dalam menghadapi kesulitan, hambatan atau tantangan hidup. Kemampuan ini banyak dipengaruhi oleh faktor pembelajaran, motivasi berprestasi, kreativitas dan advertunity. Kemampuan ini terdiri dari dimensi pokok yaitu Control, Origin, Ownership, Reach, dan Endurance.

A. Fasilitator Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

PNPMM 1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri PNPMM PNPMM adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Program-program yang tercakup dalam PNPMM adalah program-program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat, dengan ciri-ciri menggunakan pendekatan partisipasi masyarakat, melakukan penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat, dan kegiatan program dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat.

2. Definisi Fasilitator

Marnia Nes dalam Modul Tugas dan Fungsi Fasilitator 2008 mendefinisikan fasilitator sebagai orang yang memudahkan warga peserta belajar untuk membangun proses dialog diantara mereka untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang mereka hadapi. Dalam proses dialog melalui berbagai metode seperti diskusi dan musyawarah, fasilitator harus mendorong warga yang biasa terpinggirkan untuk mengungkapkan pengalaman, permasalahan dan pikirannya. Hal itu memudahkan bagi warga yang biasanya mendominasi pembicaraan dan pengambilan keputusan untuk memberi ruang kepada warga lainnya untuk berbicara, terlibat dan berkontribusi dalam pengambilan keputusan. Dengan cara inilah fasilitator memberdayakan semua pihak, memberdayakan yang lemah menjadi kuat dan memberdayakan yang kuat untuk mampu menurunkan dominasinya, sehingga proses pembangunan manusia -yang memanusiakan manusia- terjadi. Selain itu, fasilitator mendampingi warga untuk menggali pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri, artinya dalam proses pembelajaran untuk memberdayakan masyarakat fasilitator mempermudah proses tukar pengalaman, pengetahuan dan nilai-nilai di antara warga masyarakat untuk menemukan pengetahuan dan pengalaman baru yang akan berguna bagi menuju kehidupan yang lebih baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI