Kualifikasi Fasilitator PNPMM Kesulitan Fasilitator PNPMM

untuk melakukan perubahan-perubahan yang positif untuk meningkatkan kualitas diri. Ada fasilitator PNPMM yang menganggap perubahan dan perbaikan dalam bidang pemberdayaan masyarakat sebagai hal yang positif dimana akan membawa keuntungan. Ada juga yang menganggap hal tersebut negatif dan lebih membawa kerugian bagi dirinya. Perbedaan tanggapan ini berkaitan erat dengan kemampuan fasilitator PNPMM dalam mengatasi kesulitan yang dihadapinya dan dapat diketahui melalui Adversity Quotient AQ. Adversity Quotient yang terdiri dari dimensi Control kendali terhadap kesulitan, Origin asal-usul kesulitan, Ownership pengakuan terhadap kesulitan, Reach jangkauan dalam menghadapi kesulitan, dan Endurance seberapa lama kesulitan dan penyebab kesulitan berlangsung dipengaruhi oleh faktor-faktor Adversity Quotient, yaitu pembelajaran, motivasi berprestasi, kreativitas dan advertunity. Faktor-faktor Adversity Quotient mempengaruhi setiap fasilitator PNPMM dalam menghadapi kesulitan kerjanya. Fasilitator PNPMM yang mau belajar meningkatkan pemberdayaan diri dan mempunyai motivasi berprestasi biasanya lebih gigih, realistis dan lebih suka bertindak. Fasilitator PNPMM mempunyai kreativitas dalam pemecahan masalah secara lancar dan cepat serta memiliki advertunity dalam memproses, mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesulitan sebagai sesuatu yang bersifat sementara, eksternal dan terbatas pada suatu aspek kehidupan psikologis. Hal itu menyebabkan fasilitator PNPMM tersebut cenderung memiliki AQ yang tinggi. Sebaliknya, fasilitator PNPMM yang kurang memiliki pemberdayaan diri dan kurang memiliki motivasi berprestasi biasanya kurang gigih, kurang realistis dan kurang suka bertindak. Ada fasilitator PNPMM yang kurang dapat melakukan pemecahan masalah secara lancar dan cepat serta memiliki advertunity yang kurang dalam memproses, mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesulitan sebagai sesuatu yang bersifat tetap, internal dan meluas ke wilayah lain dalam aspek psikologis. Hal itu menyebabkan fasilitator PNPMM tersebut cenderung memiliki AQ yang rendah. Dengan demikian, dapat dikatakan fasilitator PNPMM yang mempunyai pembelajaran, motivasi berprestasi, kreativitas dan advertunity yang tinggi memiliki Control, Origin, Ownership, Reach, dan Endurance yang tinggi. Sebaliknya, fasilitator PNPMM yang mempunyai pembelajaran, motivasi berprestasi, kreativitas dan advertunity yang rendah memiliki Control, Origin, Ownership, Reach, dan Endurance yang rendah juga. Skema Penelitian Kesulitan Fasilitator PNPMM: • Kesulitan individu • Kesulitan dari lingkungan kerja • Kesulitan dari masyarakat Adversity Quotient Control Origin Ownership Reach Endurance Faktor yang mempengaruhi Adversity Quotient: • Pembelajaran • Motivasi Berprestasi • Kreativitas • Advertunity PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran Adversity Quotient pada fasilitator PNPMM di Kabupaten Boyolali.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif selain bertujuan untuk membuat gambaran mengenai situasi, juga untuk menggambarkan ciri-ciri dari suatu populasi Kerlinger, 2002. Kerlinger juga menambahkan bahwa penelitian deskriptif tidak berusaha untuk menguji hipotesis, menerangkan korelasi, atau menjelaskan makna dan implikasi.

B. Definisi Operasional

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah Adversity Quotient AQ. Adversity Quotient adalah pola tanggapan yang ada dalam pikiran individu terhadap kesulitan, yang selanjutnya menentukan bagaimana tindakan individu tersebut terhadap kesulitan yang dihadapinya. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala yang disusun berdasarkan dimensi Adversity Quotient, yaitu: 1. Control Control adalah seberapa jauh seseorang merasa dapat mengendalikan rintangan yang dihadapi. 2. Origin Origin adalah pandangan tentang asal-usul atau siapa penyebab rintangan tersebut. 23 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI