Subjek Penelitian Pelaksanaan Penelitian

Kategori sedang yang dimiliki oleh sebagian besar subjek juga disebabkan oleh faktor-faktor Adversity Quotient dalam menghadapi kesulitan kerjanya. Para fasilitator ini cukup fasih dan luwes dalam berkreasi serta cukup mampu memegang kendali dalam usaha mengubah kesulitan sebagai suatu peluang dengan tujuan tertentu. Para fasilitator tersebut memiliki kemauan belajar yang cukup baik untuk meningkatkan pemberdayaan dirinya sendiri. Faktor lain yang bisa mempengaruhi sedangnya Adversity Quotient pada subjek adalah rasa ketidakpuasan terhadap pekerjaannya. Rasa tidak puas biasanya mulai terjadi selama pertengahan usia duapuluhan sampai menjelang usia tigapuluhan, terutama ketika orang muda tidak dapat menanjak secepat yang mereka harapkan, atau jikalau saat itu terjadi resesi ekonomi dimana pekerjaan sulit ditemukan dan ketidakpuasan pun akan meningkat Hurlock, 1990. Rasa tidak puas ini bisa jadi berpengaruh terhadap motivasi berprestasi subjek. Menurut Stoltz 2000, tingkat adversity quotient sedang dapat diartikan bahwa seseorang lumayan baik dalam menempuh liku-liku hidup sepanjang segala sesuatunya berjalan relatif lancar. Namun, seseorang mungkin mengalami penderitaan yang tidak perlu akibat kemunduran-kemunduran yang lebih besar, atau mungkin menjadi kecil hati dengan menumpuknya beban frustasi dan tantangan-tantangan hidup. Sebanyak 5 orang 12, 5 termasuk dalam kategori tinggi. Lasmono 2001 menerangkan bahwa seseorang yang memiliki adversity quotient yang tinggi berarti orang tersebut sudah lebih efektif daripada kebanyakan orang lain dalam menghadapi kesulitan. Orang tersebut mudah pulih dari keterpurukan dan maju terus bila menghadapi kebanyakan tantangan. Menurut Stoltz 2000, seseorang dengan adversity quotient tinggi akan lebih optimis dalam menghadapi kesulitan kerja dan juga ketika mengatasi kesulitan. Hal ini sejalan dengan keadaan beberapa subjek yang memandang kesulitan sebagai suatu masalah yang muncul tetapi pasti ada cara untuk mengatasi masalah tersebut meskipun harus dengan bantuan orang lain. Subjek menganggap kesulitan yang ada merupakan tantangan yang akan membawa kemajuan bagi pembentukan mental jika terjadi masalah di masa yang akan datang. Sebanyak 4 orang 10 termasuk dalam kategori rendah. Menurut stoltz 2000, tingkat adversity quotient rendah dapat diartikan bahwa seseorang cenderung kurang memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Lasmono 2001 menerangkan adversity quotient rendah dapat diartikan bahwa seseorang akan merasa menderita sia- sia ketika kesulitan yang terjadi semakin kompleks dan menantang. Menurut Stoltz 2000 seseorang dengan adversity quotient rendah akan merasa pesimis dan tidak berdaya dalam menghadapi kesulitan yang pada akhirnya membuat orang tersebut menghindar dan memandang kesulitan sebagai hambatan, beban, atau halangan. Hal ini sejalan dengan beberapa subjek yang memandang kesulitan sebagai sesuatu yang tidak bisa dikerjakan sendiri dan orang lain juga tidak bisa membantu. Subjek menjadi patah semangat dan membutuhkan waktu untuk menenangkan diri karena kesulitan yang dianggap tidak kunjung selesai.