Tahapan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat PT. mercedes-benz distribution indonesia ciputat melalui program pelatihan ketrampilam otomotif

(1)

INDONESIA CIPUTAT MELALUI PROGRAM PELATIHAN

KETERAMPILAN OTOMOTIF

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

AFRIEDA MARTHATILLA NIM : 106054102064

Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam

Konsentrasi Kesejahteraan Sosial

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2010


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Juni 2010


(5)

i

ABSTRAK

Afrieda Marthatilla

Tahapan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat Melalui Program Pelatihan Keterampilan Otomotif.

Pemberdayaan masyarakat adalah pemberian sarana untuk seseorang dengan sumber-sumber, kesempatan-kesempatan, pengetahuan dan ketrampilan untuk meningkatkan kapasitas mereka sehingga dapat menentukan masa depannya dan berpartisipasi dalam kehidupan komunitas mereka.

Globalisasi membawa pengaruh keberbagai sendi kehidupan tidak terkecuali kemajuan dalam bidang teknologi yang semakin lama semakin pesat perkembangannya. Perkembangan teknologi yang semakin luas itu menuntut setiap manusia harus siap menghadapinya. Ironisnya, pendidikan sekolah formal kurang dapat memberikan kontribusi lebih dalam menghadapi dunia pasar kerja.

Upaya pemberdayaan masyarakat telah mendapat perhatian besar yang meliputi aspek pemberdayaan ekonomi, sosial, dan politik. Pemberdayaan masyarakat dalam hal ini adalah dengan memberikan akses kepada masyarakat, lembaga, dan organisasi masyarakat dengan memperoleh atau memanfaatkan hak masyarakat bagi peningkatan kualitas kehidupannya, karena penyebab ketidakberdayaan masyarakat disebabkan oleh keterbatasan akses, kurangnya pengetahuan dan keterampilan, serta adanya kondisi kemiskinan yang dialami sebagian masyarakat.

Dalam prosedur pemilihan informan pada penelitian menggunakan Purposive. Adapun informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang, yang terdiri dari seorang Deputy Direktur, 4 siswa pelatihan keterampilan otomotif, dan 2 orang lembaga yang bekerja sama. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Hal ini untuk memudahkan dalam proses analisa.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pelaksanaan pada keterampilan otomotif diberikan selama 3 tahun adapun setiap tahun pelaksanaan pelatihan tersebut sudah memiliki jadwal yang pasti, yaitu pada tahap I, II, III. Di tahap I merupqkqn tqhun yang terberat karena harus beradaptasi dengan banyak hal yang baru, Tahap II fokus pada materi teknik kendaraan, Tahap III disebut tahun spesialisasi karena ditahun tersebut harus bisa mengambil keputusan dalam menganalisa kerusakan mobil. Faktor pendukung dan penghambat dapat dilihat dari hasil wawancara. Faktor pendukungnya adanya kerjasama antara perusahaan dengan dealer. Faktor penghambat dianataranya yaitu terletak pada kurangnya minat masyarakat masih relatif rendah terhadap program pendidikan non formal.


(6)

ii

Segala puji bagi Alah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tanpa ijin-Mu, takkan ku mampu menyelesaikan skripsi ini. Kau memberikan kesehatan dalam setiap nafasku, Kau memberikan kemudahan dalam setiap sulitku, Kau memberikan kebahagian dalam setiap tangisku. Ya Rabb, kekhawatiranku tak terjadi, karena Kau telah menyelamatkan dalam penyelesaian skripsi ini. Kini akankah ku mampu mempertanggung jawabkan semuanya. Shalawat serta salam tercurah pada kekasih-Mu Rasulullah SAW serta shahibul bait’. Cahaya yang selalu memberikan semangat dalam detak jantungku.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kategori sempurna, sekalipun penulis telah berusaha melakukan yang terbaik. Dengan penuh kerendahan hati, penulis membuka diri untuk menerima masukan dan kritik demi perbaikan skripsi dan sebagai bahan evaluasi serta instropeksi diri.

Perjalanan penulis dari awal pencarian tempat, penyusunan, dan penyelesaian karya tulis ini pun tidak luput dari orang-orang yang memberikan do’a, motivasi, arahan serta kontribusi guna menyelesaikan karya tulis menjadi sebuah bentuk skripsi. Karena itu, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan seuntai ucapan terimakasih yang diiringi do’a penuh harap, semoga Allah mendengarkan dan memberikan harapan yang terbaik kepada jiwa-jiwa tersebut.

1. Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

iii

kesabaran dan keikhlasan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak/Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya

dosen Konsentrasi Kesejahteraan Sosial.

6. Seluruh pegawai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pegawai perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta pegawai perpustakaan utama yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam mencari buku yang penulis perlukan.

7. Seluruh keluarga penulis, Mammy (Luckyana) yang dengan penuh kasih sayang, kau mengiringi langkahku dalam setiap sujudmu. Kesabaranmu dalam memberikan kekuatan dalam hidupku. Daddy (Eko. S) yang telah mencurahkan kasih sayangnya untukku. Maafkan anakmu ini mam dan dad, yang belum mampu membahagiakanmu. Dalam diam, ku sebut namamu mam dan dad. Dalam sedih, ku ukir cinta dihatiku untukmu. Bahagiamu, bahagiaku juga. Kakak dan adikku (Ardilla, Elyyana, Anggara) yang selalu memberika do’a dan perhatian untuk penulis. Keluarga besar mammy dan daddy , meskipun jarak memisahkan kita, namun do’a dan cinta kalian selalu menemaniku.

8. Asep Ilman Mubarok., S.Farm, terima kasih karena dikala bingung, sedih, bahagia kau selalu meberikan perhatian, cinta dan kasih sayang untuk penulis.


(8)

iv

10.Seluruh jajaran Direksi dan Pegawai PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat yang berkenan menerima dan mengurusi kebutuhan penulis.

11. Teman-teman Kessos angkatan 2006. khususnya Megasari, dan Indra Jamal,

12. Tak lupa semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya, namun penulis sangat mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT membalas kebaikan-kebaikan kalian. Amii.

Hanya kepada-Mu hati ini bertasbih, semoga segala do’a, dukungan, motivasi, perhatian dan seluruh partisipasi yang diberikan mendapat sebaik-baiknya balasan dari Allah SWT.

Ciputat, 11 JUNI 2010


(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK

... i

KATA PENGANTAR

... ii

DAFTAR ISI

... v

DAFTAR TABEL

... viii

DAFTAR DIAGRAM

... ix

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah... 1

B.

Pembatasan dan Perumusan Masalah... 9

1.

Pembatasan Masalah... 9

2.

Perumusan Masalah... 10

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian... 10

1.

Tujuan Penelitian... 10

2.

Manfaat Penelitian... 11

D.

Metodologi Penelitian... 11

1.

Lokasi Penelitian... 11

2.

Waktu Penelitian... 12

3.

Pendekatan Penelitian... 12

4.

Sifat Penelitian... 13

5.

Unit Penelitian... 13

6.

Sumber Data... 14

7.

Teknik Pencatatan Data... 15

8.

Teknik Penentuan Subyek Penelitian... 16

9.

Teknik analisa Data... 18

10

Teknik Keabsahan Data... 20

E.

Kajian Pustaka... 21

F.

Teknik Penulisan... 22


(10)

vi

1.

Pengertian Pemberdayaan Masyarakat... 23

2.

Model-model Pemberdayaan Masyarakat...………. 29

3.

Tahapan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat... 32

B.

Pelatihan Keterampilan Otomotif

... 38

1.

Pelatihan... 38

2.

Keterampilan... 41

3.

Otomotif... 43

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

... 44

A.

Sejarah Mercedes-Benz Indonesia... 44

B.

Ringkasan Sejarah Mercedes-Benz Indonesia...49

C.

Visi dan Misi... 50

D.

Mercedes-Benz di Indonesia...51

1.

PT. Mercedes-Benz Indonesia...52

2.

PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia...52

3.

PT. Star Engines Indonesia... 54

E.

Organisasi Perusahaan... 54

F.

Program-Program Central Training Department...57

1.

Pelatihan Produksi...57

2.

Pelantihan pemagangan...57

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA

A.

Tahapan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program

Keterampilan Otomotif... 59

B.

Faktor Pendukung dan Penghambat... 74

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan... 74


(11)

(12)

viii

1. Tabel 1

Kerangka Sampling... 17

2. tabel 2

Subyek Penelitian...70

3. Tabel 3

Analisa Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program


(13)

ix

1.Diagram 1

Program Pelatihan 3 tahun, Bersumber dari Panduan Program

Pelatihan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia... 66

2. Diagram 2

Proses Pelatihan dengan pola magang selama 3 tahun... 72

3. Diagram 3

Statistik siswa dalam periode 1978 – 2010... 73


(14)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi saat ini telah terjadi berbagai perubahan terhadap masyarakat di dunia yang makin hari makin cepat berjalan dengan arah yang tak terduga. Perubahan tersebut meliputi banyak hal termasuk perubahan ekspektasi masyarakat terhadap organisasi atau perusahaan. Faktor ini kemudian mendorong banyak perusahaan melakukan berbagai strategi untuk membangun ataupun mempertahankan citra positif di mata publiknya.

Perubahan tersebut semakin menemukan bentuknya, tatkala konsep tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility) diimplementasikan. Organisasi bisnis tidak lagi memandang dirinya sebagai institusi ekonomi belaka melainkan juga institusi ekonomi sosial. Karena itu organisasi bisnis pun mulai bersentuhan dengan persoalan–persoalan yang secara langsung tidak ada kaitannya dengan kegiatan bisnis, seperti soal lingkungan hidup, pengembangan masyarakat dan penghormatan terhadap hak – hak asasi manusia.1 .

Hal ini pula yang dilakukan oleh PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia sebagai perusahaan yang sangat dikenal oleh masyarakat baik dalam skala nasional maupun internasional, perusahaan yang bergerak dibidang otomotif yang tergolong dalam perusahaan yang berskala internasional. PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia merupakan badan usaha milik swasta dengan penanaman modal asing yang mengelola kegiatan bisnis otomotif di Indonesia dengan

1

. Yosal Iriantara, Community Relations, Konsep dan Aplikasinya, Bandung; Simbiosa Rekatama Media. h. 1


(15)

produknya yang sangat terkenal yaitu kerdaraan Mercedes-Benz baik untuk kendaraan penumpang (sedan) maupun kendaraan niaga (bus dan truk). Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia memiliki tiga lokasi yaitu di Desa Wanaherang – Bogor untuk kegiatan produksi, di Gedung Deutcshe Bank Jakarta untuk kegiatan pemasaran dan di Ciputat untuk kegiatan layanan purna jual dan pelatihan untuk karyawan di Indonesia dan jaringan organisasinya di Asia.

Dalam proses penulisan skripsi ini PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan praktikum dan penelitian terhadap kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dibawah naungan divisi Humas yang berlokasi di Ciputat dibawah koordinasi Central Training Department.

Kekuatan bisnis yang semakin besar telah mendorong tumbuhnya harapan-harapan dari konsumen dan publik lainnya yang menginginkan agar perusahaan, terutama perusahaan besar seperti PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia agar semakin bertanggung jawab dalam segala perilakunya. Perusahaan dituntut tidak hanya memasarkan produknya yang bersifat komersial akan tetapi juga ikut serta memberikan gagasan, ide, himbauan-himbauan dan ajakan serta pemberitahuan tentang masalah-masalah sosial yang timbul, terutama yang meresahkan masyarakat dan butuh perhatian serta bantuan untuk pemecahannya. Apa yang biasa dilakukan perusahaan tersebut biasanya dikenal dengan pemasaran sosial yang bertujuan menjaga hubungan baik dengan komunitas (Community Relations).


(16)

Hubungan yang baik dengan komunitas tersebut selain dimaksudkan untuk memperoleh goodwill, kepercayaan, saling pengertian, dan meningkatkan citra positif dimata publiknya juga merupakan suatu bentuk tanggung jawab sosial yang lebih lanjut dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR). Dalam konteks Public Relation tanggung jawab sosial perusahaan diimplementasikan dalam program dan kegiatan Community Relations. Bisa juga dinyatakan bahwa Community Relations merupakan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan.2

Dalam prinsip Responsibility, penekanan yang signifikan diberikan pada kepentingan Stakeholders perusahaan. Disini perusahaan diharuskan untuk memperhatikan kepentingan stakeholders perusahaan, menciptakan nilai tumbuh dari produksi dan jasa bagi stakeholders perusahaan, dan memelihara kesinambungan nilai tambah yang diciptakannya. Karena itu prinsip responsibility disini lebih mencerminkan stakeholders-Driven concept.3

Dalam gagasan CSR, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line (profit, people, and planet), yaitu selain financial adalah tanggung jawab terhadap masalah sosial (manusianya baik didalam maupun diluar) dan lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bahwa resistensi masyarakat

2

. Yosal Iriantara, Community Relations, Konsep dan Aplikasinya. Bandung; Simbiosa Rekatama Media. h. 47

3

. Sita Soepomo, Probis. ”Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Prinsip GCG” Harian Republika, Rabu 24 Oktober 2004. h. 1


(17)

sekitar muncul ke permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan lingkungan hidup dan masalah sosial.4

Sebagai wujud komitmen perusahaan dalam pemenuhan tanggung jawabnya terhadap aspek social responsibility PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia ikut berperan aktif dalam menyikapi masalah-masalah sosial yang timbul di masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat. Salah satunya dalam bentuk pemberdayaan masyarakat (Community Development) yang memiliki tujuan mendukung inisiatif masyarakat untuk mandiri diberbagai bidang. Program Community Development (CD) didasarkan pada kepedulian perusahaan terhadap perkembangan masyarakat yang berada dan tinggal dilingkungan sekitar daerah operasi perusahaan untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih baik dalam bentuk kemitraan dengan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia. Kegiatan CD oleh PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat dilakukan secara beragam dari lingkungan hidup, pendidikan, pelestarian budaya dan kegiatan kepemudaan dan olah raga.

Strategi ini berlaku diseluruh bagian perusahaan terutama departemen publik relations yang di PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia disebut dengan Humas, karena departmen ini adalah salah satu bagian perusahaan yang memiliki kontribusi terbesar dalam membangun dan mempertahankan hubungan perusahaan dengan berbagai publik yang esensial bagi survival dan pertumbuhan perusahaan.5 Selain itu dengan program CSR tersebut diharapkan dapat membangun, mempertahankan, dan meningkatkan citra perusahaan dimata publik.

4

. Ibid. h. 1

5


(18)

Karena PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia menerapkan Pengembangan Masyarakat sebagai salah satu bentuk implementasi dari Corporate Social Responsibility nya, hal ini melahirkan tantangan bagi praktisi humas bahwa citra atau reputasi harus diupayakan agar tetap terjaga. Disamping perusahaan dituntut untuk memainkan peran mengatasi persoalan sosial suatu komunitas, perusahaan juga mengeluarkan dana yang tidak sedikit dan terdapat pula resiko dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, komitmen PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia dalam urusan ini patut mendapatkan dukungan profesionalisme dan implementasi CSR yang sesuai dengan paradigma dan kaidah-kaidah yang tepat.

Tentu tidak mudah melakukan ini semua tanpa usaha yang keras dari semua pihak dengan melibatkan stakeholders secara proposional dan sinergis serta terpadu terutama dalam perusahaan agar mendukung pelaksanaan CSR secara terintegrasi antara program-program corporate dan unit-unit operasi.

Humas PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia sebagai penanggung jawab kegiatan corporate social responsibility, tentunya harus menemukan jawaban untuk tantangan ini dengan prinsip kemaslahatan bersama (mutual benefit) antara perusahaan dengan public atas komunitasnya sebagai landasan. Untuk itu diperlukan suatu tahapan langkah-langkah yang akan diambil dalam proses kegiatan CD tersebut. Tentunya setiap langkah yang diambil dalam kegiatan CD ini harus mempertimbangkan berbagai aspek yang disesuaikan dengan eksistensi perusahaan baik dalam perspektif internal maupun eksternal.

Adanya implikasi dari berbagai perubahan yang semakin kompleks dan rumit, disertai adanya persaingan dan tekanan publik baik nasional maupun


(19)

internasional, dengan tuntutan menerapkan tanggung jawab sosial (CSR) yang semakin kuat, membuat PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia merasa perlu mencari dan mengembangkan strategi agar dapat memperkuat posisinya diantara pesaing serta mempertahankan reputasi dan citra dimata publiknya, yaitu dengan mewujudkan tanggung jawab sosialnya dengan memberikan manfaat kepada masyarakat umumnya dan komunitas khususnya.

Departement atau bagian Humas bersama Pusat Pendidikan dan Pelatihan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia dalam hal ini termasuk pihak yang harus mengembangkan strategi untuk implementasi kegiatan CSR tersebut. Perlu adanya suatu kajian bagaimana CSR itu diterapkan dimana intinya adalah adanya keharmonisan komunikasi perusahaan dengan stakeholders (Corporate Community Relationships) dimana perusahaan memiliki tiang-tiang tanggung jawab yang harus selalu dijaga agar tetap tegak sehingga bisa menopang keberadaan perusahaan di masyarakat.

Kegiatan community relations PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia dalam bentuk program Community Development (CD) sebagai implementasi corporate social responsibility ini dalam pelaksanaannya mengandung resiko terhadap citra dan reputasi perusahaan serta keseimbangan dalam timbal balik yang semaksimal mungkin.

Dengan kata lain terdapat tantangan yang harus dihadapi dalam menjadikan kegiatan corporate social responsibility sebagai salah satu strategi untuk memperoleh dampak potensial dan strategi responses. Hal ini perlu dirancang dan dipersiapkan sedemikian rupa untuk konsekuensinya semaksimal mungkin atau bahkan mungkin dikapitalisasikan bagi manfaat, keuntungan dan


(20)

kekuatan perusahaan. Keuntungan yang dimaksud terutama dalam hal kepercayaan. citra dan reputasi perusahaan dalam pandangan masyarakat.

Berbagai usaha sistematis dilakukan untuk memperbaiki kehidupan komunitas disekitar organisasi. Untuk itu ada berbagai tahapan atau langkah-langkah yang harus dilalui agar efektifitas community relations dan CSR sebagai bagian dari kegiatan humas organisasi bisa diwujudkan dengan baik.

Saat ini PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia memiliki 4 bidang (stream) yang menjadi perhatian terhadap tanggung jawab sosial perusahaan tersebut, yaitu bidang pendidikan, bidang lingkungan, bidang sosial, dan bidang sumber daya manusia.

a. Bidang pendidikan, yaitu bagaimana PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat memperhatikan pendidikan masyarakat, khususnya yang terkait dengan kegiatan pelatihan dan keterampilan.

b. Bidang lingkungan, yaitu bagaimana PT. Mercedes-Benz Disribution Indonesia Ciputat memperhatikan dan memelihara lingkungan disekitar, khususnya yang terkait dengan kegiatan usaha PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat.

c. Bidang sosial, yaitu kegiatan yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat sekitar. Bantuan beasiswa, kesehatan, infrastruktur pembangunan (jalanan, jembatan, gedung sekolah sehat) harus menjadi perhatian. Begitu juga penyediaan dana contigency untuk membantu masyarakat yang terkena bencana alam.

d. Bidang sumber daya manusia, yaitu kegiatan yang terkait dengan peningkatan kualitas manusia, baik secara internal dan eksternal. Secara


(21)

internal, para karyawan harus diperhtikan kesejahteraannya, seperti kesehatan para karyawan yang di jamin pengobatan atau pelayanan kesehatannya, iuran pensiun untuk harapan masa tua mereka, serta tunjangan-tunjangan lain yang membuat mereka bersemangat dalam bekerja.

PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat juga menciptakan sistem manajemen SDM yang bisa memperlakukan pegawai secara fair dan akuntabel, baik dalam hal promosi, mutasi maupun pengembangan kompetensi mereka. Sementara secara eksterna, PT. Mercedes-Benz Distirbution Indonesia Ciputat sangat peduli dengan mutu pendidikan dan kesehatan masyarakat lokal, melalui program-program bantuan pendidikan mulai SD sampai program Dokter, bantuan sarana pendidikan serta memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat sekitar operasi secara periodik.

Perusahaan dan manajemen PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat memang dapat mengambil peran strategis untuk mengatasi masalah ini. Keberadaannya ditengah-tengah masyarakat memang dimaksudkan untuk memfasilitasi masyarakat dalam meningkatkan potensi mereka. Selain itu, perusahaan memang memiliki tanggung jawab sosial perusahaan yang telah diatur dalam undang-undang. Dalam prakteknya, pogram tanggung jawab sosial perusahaan PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia yang tercermin dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dapat dikatakan atau dilihat sebagai program pengembangan masyarakat, karena program tersebut tidak hanya sebatas pemberian program semata kepada masyarakat, namu disertai pula dengan kegiatan pembinaan masyarakat.


(22)

Karena masih banyaknya perusahaan yang belum melakukan tanggung jawab sosialnya, sedangkan bagi PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia tanggung jawab sosial perusahaan itu sudah merupakan komitmen yang telah dilaksanakan konsisten sepanjang tahun, karena itulah penulis menganggap bahwa penelitian ini sangat penting dilakukan dan diketahui oleh publik. Selain itu, geliat dan gairah PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat dalam menyumbang dan melakukan kegiatan sosial dalam beberapa tahun terakhir ini menarik untuk dicermati. Karena mengingat sumbangan perusahaan tersebut dapat menjadi dana alternatif untuk menolong kelompok masyarakat yang membutuhkan. Penelitian dengan pendekatan deskriptif ini juga dimaksudkan untuk menggambarkan proses kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat melalui program pengembangan masyarakat, maka penulis menuangkan bahasan ini dalam sebuah judul skripsi: ”Tahapan Community Relations PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat Melalui Program Pelatihan Keterampilan Otomotif”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, dan agar penelitian ini terarah dan tidak melebar, maka penulis membatasi penelitian ini pada program pendidikan yang dilakukan oleh PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia dengan memfokuskan pada kegiatan pelatihan/keterampilan otomotif.


(23)

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan:

1. Bagaimana Tahapan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat melalui program pelatihan keterampilan otomotif.

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka tujaun dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tahapan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat PT. Mercedes-Benz Indonesia Ciputat melalui program pelathan keterampilan otomotif.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia melalui program pelatihan keterampilan otomotif.

2. Manfaat Penelitian


(24)

a. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan serta pengetahuan dibidang Community Relations, khususnya ingin mengkaji lebih jauh community relations dalam rangka pelatihan keterampilan oomotif.

b. Secara akademik, skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Komuikasi Islam (S.Kom.I) pada Konsentrasi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Metodologi Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia yang beralamat di JL. RE. Martadinata Km. 7 Kebon Duren, Ciputat 15411. sedangkan alasan pemilihan tempat penelitian didasarkan kepada:

a. PT. Mercedes-Benz Distirbution Indonesia Ciputat merupakan tempat pelaksanaan praktikum, dan dirasa perlu untuk menindak lanjuti pengamatan atau pengkajian dilapangan dalam bentuk penulisan skripsi.

b. Adanya data-data primer dan sekunder yang penulis peroleh sejak pelaksanaan praktikum, sehingga sangat mebantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(25)

2. Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian dilakukan dimulai sejak bulan Oktober tahun 2009 bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan praktikum, dan kemudian penulis lakukan kembali pada 1 April 2010 sampai 1 Juni 2010.

3. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, dimana data atau informasi yang diperoleh dan dikumpulkan tidak berbentuk data/angka tetapi dalam bentuk kata, kalimat, pernyataan dan konsep.6 Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dari bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah7 dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah, yang biasanya memanfaatkan metode wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.8

Selain itu, melalui pendekatan kualitatif ini penulis berharap menggambarkan dan menganalisis strategi CSR melalui program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat di wilayah JL. RE. Martadinata Km. 7 Kebon Duren, Ciputat 15411.

6

. J. Vrendenbergt. Metode dan teknik penelitian masyarakat, PT. Gramedia Jakarta, 1978. h. 3

7

. Lexi J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung; Remaja Rosdakarya. 2004. h. 6

8


(26)

4. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat dekriptif, yaitu digunakan untuk menggambarkan situasi dalam suatu masalah sosial yang spesifik untuk membantu peneliti melihat refleksi situasi yang ada.9 Sedangkan dalam penyajiannya, penulis menjelaskan dengan memberikan gambaran secermat mungkin tentang suatu hal atau fenomena. Jenis kajian ini hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa, tetapi tidak mencari hipotesis atau membuat prediksi.10

Sehubungan dengan permasalahan dalam penulisan skripsi ini penggunaan pendekatan deskriptif disini bertujuan untuk menyajikan gambaran yang lengkap mengenai tahapan community relations khususnya program pelatihan keterampilan otomotif yang dijalankan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan citra perusahaan.

5. Unit Penelitian

Unit penelitian ini adalah bagian Humas dan Pusat Pelatihan PT. Merecedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat yang merancang dan menjalankan aktifitas dalam ruang lingkup Corporate Social Responsibility melalui program kegiatan program Community Development. Unit ini menjadi unit observasi penelitian karena merupakan salah satu bagian yang terkait dan bertanggung jawab dalam kegiatan Community Relations dan Corporate Social Responsibility yang dilakukan perusahaan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia baik dalam kegiatan yang bersifat umum maupun yang berkaitan dengan pengembangan kualitas sumber daya manusia.

9

. W. Lawrence Newman. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches 4th. Edition, USA, Pearson Education Company. 2000. h. 19

10


(27)

6. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua macam, yaitu data primer dan data sekunder.

a Data primer

adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama.

Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini adalah dengan wawancara mendalam (Indepth interview) dengan key informan. Ada pun yang dimaksud dengan informan disini adalah orang dalam latar penelitian, yaitu orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.11 Data primer sendiri terbagi menjadi dua sumber data yaitu:

1) Utama yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subyek penelitian. Yaitu PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia dalam hal ini ketua bina pendidikan

2) Pendukung yaitu data yang diperoleh dari masyarakat sekitar perusahaan PT Mercedes-Benz Distribtion Indonesia baik yang terlibat langsung maupun yang tidak terlibat langsung dalam kelompok swadaya masyarakat yang ada diwilayah Ciputat .

b. Data Sekunder

Adalah data dalam bentuk sudah jadi (tersedia) melalui publikasi dari informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi aau perusahaan termasuk majalah jurnal.12 Data sekunder diperoleh melalui tinjauan pustaka berupa

11

. Lexi J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya. h. 32

12

. Rosady Ruslan. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada. 2003. h. 29


(28)

literatur kehumasan yang berkaitan dengan permasalahan di atas, juga termasuk media cetak, buku-buku bacaan, dan termasuk pula sumber informasi dari situs internet, dokuman-dokumen, yang bersumber dari data base perusahaan, kliping divisi Humas, laporan tahunan (Annual Report) perusahaan, buletin internal dan eksternal perusahaan, dan website PT Mercedes-Benz Ditribution Indonesia Ciputat.

7. Teknik Pencatatan Data

Untuk mendapatkan data yang objektif maka dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data yang bersifat kualitatif, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara yaitu pengumpulan data yang paling umum digunakan ketika berhubungan dengan sikap dan pendapat dari satu kelompok atau orang yang meminta mereka untuk memberikan hal-hal penting secara lisan yang diinginkan oleh peneliti.13 Maksud mengadakan wawancara seperti ditegaskan oleh Lincolin dan Guba antara lain: Mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi perasaan, motivasi, tuntutan, kepadulian, dan lain-lain kebulatan, memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh orang lain dan memverifikasi, mengubah dan memperluas kontruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan.14 Jenis wawancara yang digunakan adalah dengan menggunakan petunjuk umum wawancara, yakni pewawancara terlebih

13

. Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2001), hal. 71

14


(29)

dahulu membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang akan ditanyakan dalam proses wawancara, pokok-pokok yang dirumuskan tersebut tidak perlu ditanyakan secara berurutan.15

b. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai macam bentuk data tertulis yang ada di lapangan serta data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah didokumentasikan dalam dokumen lembaga, buku-buku, jurnal, majalah, surat kabar, dan lain-lain.

8. Teknik Penentuan Subyek Penelitian

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik pemilihan responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling 16yang memberikan keleluasan kepada peneliti dalam menyeleksi responden yang sesuai dengan tujuan penelitian. Yang penting di sini bukanlah jumlah responden, melainkan potensi dari tiap kasus untuk memberikan pemahaman teoretis yang lebih baik mengenai aspek yang dipelajari.

Pertimbangan dalam menentukan jumlah responden adalah pertimbangan wilayah yang menurut penulis cukup ideal dengan pengambilan 1 sample yang merepresentasikan dari beberapa wilayah para siswa yang mengikuti program pelatihan. Adapun siswa pelatihan keterampilan otomotif yang menjadi subyek penelitian ini mewakili beberapa wilayah yaitu satu siswa mewakili Jakarta, satu

15

. Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , hal. 136

16


(30)

siswa mewakili Jawa Barat, dan dua siswa mewakili Jawa Tengah. Kemudian masih ditambah lagi dengan responden lain yang berasal dari Lembaga (Central Training Department) sebagai pelaksana sekaligus pemilik program dan juga Kepala Bengkel dari dealer sebagai pengguna lulusan dan sekaligus sebagai partner dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan.

Tabel 1 Kerangka Sampling NO Subjek dan

Informan

Nama Informasi yang Dicari

Jumlah Teknik Pengumpulan

Data

1 Dewan

Direksi PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia Ciputat Eko Setiyodiwarno Gambaran umum mengenai tahapan pelaksanaan community relations

1 Wawancara dan dokumentasi

2 Siswa

Pelatihan Ketrampilan Otomotif Benz Susanto, Syarifan, Hadi Bayu Aji, Rachnat Fauzan Tahapan pelaksanaan community Relation Faktor pendukung dan penghambat

4 Wawancara dan dokumentasi

3 Lembaga

yang bekerja sama Bpk. Mardi, Bpk. Budianto Pengumpulan fakta evaluasi


(31)

9. Teknik Analisis Data

Data analisis dengan menguraikan temuan-temuan yang didapat dari wawancara mendalam dengan informan maupun dari data sekunder. Kemudian data diinterprestasikan dengan melihat keterkaitan masing-masing data, memperlihatkan persamaan dan perbedaan antara teori dan praktek tentang prinsip kegiatan Community Relations PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia serta bagaimana rancangan langkah-langkah kegiatan tersebut dilakukan oleh Humas PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia melalui program pelatihan keterampilan otomotif. Penafsiran hasil analisis data harus melebihi atau mentransenden deskripsi. Model analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa sasaran penelitian ini adalah kegiatan analisis data meliputi kegiatan reduksi data, reduksi data yaitu menganalisa sesuatu secara keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap akhir dari proses perkembangan sebelumnya yang lebih sederhana.17

Pada tahap pertama adalah reduksi data yang diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakkan dan transformasi data ‘kasar’ yang muncul dari catatan tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang, yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverivikasi.18 Reduksi dalam proses pengumpulan data meliputi

17

. Pius A Partanto M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994) Cet. Ke-1 h. 658

18

. Amir Fadhilah. “Budaya Politik Kyai di Pedesaan : Studi Kasus Kyai Pesantren di Kabupaten Pekalongan.” Tesis S 2 Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, 2004. h. 33


(32)

kegiatan, meringkas data, mengkode, menelusuri tema, membuat partisi dan menulis memo (Sitorus, 1998) menurut kategori yang diinginkan untuk mengidentifikasi aspek penting dari tema yang diteliti.

Dari reduksi data, kemudian diteruskan dengan pengembangan bentuk susunan sajian data yang bersifat sementara. Dari sajian membaca data yang berupa ceritera/naratif dengan kelengkapan beragam pendukungnya (matriks, tabel, gambar), kemudian penuls mengusahakan pikiran kesimpulan. Kesimpulan ini bersifat sementara, karena proses pengumpulan data masih tetap berlangsung.19

Tahap kedua, adalah penyajian data, merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Data yang telah dikumpulkan dari catatan lapangan baik berupa hasil wawancara, dokumen maupun arsip, dan sebagainya disajikan dalam bentuk teks naratif yang telah diseleksi dan disederhanakan kemudian disatukan kedalam bentuk yang mudah dipahami.20

Tahap ketiga, menarik kesimpulan melalui ferivikasi dengan cara memikir ulang selama penulisan, meninjau ulang catatan lapangan, kemudian menarik kesimpulan. Kesimpulan sementara tersebut kemudian didiskusikan dengan pengurus CSR dan pembimbing skripsi. Kepada mereka diminta untuk memberikan tanggapan terhadap kesimpulan sementara, jika menunjukkan kesesuaian maka kesimpulan tersebut akan menjadi kesimpulan tetap penulis. Namun jika menunjukkan ketidaksesuaian maka penulis akan melakukan analisis dan merumuskan kesimpulan kembali.

19

. Heribertus B. Sutopo. Metodologi Penelitian Kualitatif: Metodologi Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya, Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1996

20


(33)

10. Teknik Keabsahaan Data

Data yang telah digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian. Untuk menjaga keabsahan data dalam penelitian ini diperlukan teknik pemeriksaan. Adapun teknik yang digunakan untuk menjaga keabsahan data adalah sebagai berikut:

1. Kriterium Kredibilitas/Kepercayaan

Fungsi kriterium kredibilitas ini adalah untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai, kemudian mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh penulis pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Kriterium kredibilitas ini menggunakan dua teknik pemeriksaan. Pertama, ketentuan pengamatan, dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu dalam penelitian ini dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci (triangulasi). Kedua: Triangulasi, Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan; (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancar, misalnya untuk mengetahui pelaksanaan strategi CSR yang dilakukan oleh PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia pada program pelatihan keterampilan otomotif, (b) membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh divisi Humas (Ibu Ronesni dan Bpk. Taguh Handaya), (c) membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang berkaitan dengan masalah yang di ajukan.


(34)

2. Kriterium Kepastian

Mengutip pendapat Scriven, yang menyatakan bahwa masih ada unsur ‘kualitas’ yang melekat pada konsep objektivitas, hal ini dapat digali, dari pengertian bahwa jika sesuatu itu objektif, berarti dapat dipercaya, faktual, dan dapat diastikan. Dari sini peneliti dapat membuktikan bahwa data-data ini terpercaya. Keterpercayaan ini didasarkan pada hasil data-data yang diperoleh dari hasil rekaman wawancara terhadap subyek penelitian. Kepastian dengan teknik pemeriksaan audit, kepastian auditor dalam hal ini ialah objektif atau tidak tergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif, sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan objektif.21

E. Kajian Pustaka

Sebelum peneliti mengkaji tulisan ini, ada beberapa karya ilmiah yang berbentuk skripsi dan pembahasannya sangat dekat dengan tema yang penulis angkat dalam skripsi ini, antara lain:

Hasil penelitian Sunardi, dengan judul strategi pemberdayaan masyarakat berbasis kelompok swadaya masyarakat, (Jakarta: UIN, 2008). Hasil penelitian tersebut memberikan titik tekan pada pemberian bantuan dana untuk modal usaha dan penanaman modal usaha bagi masyarakat sekitar. Program pengembangan modal

21


(35)

usaha produktif Dan kedekatan karya ilmiah tersebut dengan skripsi ini yaitu tentang pemberian bantuan dana CSR.

F. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini mengacu kepada buku Hamid Nasuhi, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Desertasi), (CeQDA-UIN Jakarta, 2007)

G. Sistematika Penulisan

BAB I. Pendahuluan, latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodelogi penelitian, dan sistematika penulisan

BAB II Landasan teori, Pengembangan Masyarakat, model-model pengembangan masyarakat, Tahapan Pengembangan Masyarakat, pengertian keterampilan otomotif.

BAB III Gambaran umum PT Mercedes-Benz Indonesia sejarah singkat, visi dan misi, struktur organisasi bagan susunan organisasi.

BAB IV Temuan Lapangan dan Analisa

BAB V Penutup


(36)

23

LANDASAN TEORI

A. Pemberdayaan Masyarakat

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Menurut asal katanya, Pemberdayaan Masyarakat terdiri dari dua konsep, yaitu ”pemberdayaan” dan ”masyarakat”.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan. Sedangkan Pemberdayaan Masyarakat masih dalam penggalan kata pengembangan adalah proses kegiatan bersama yang dilakukan oleh penghuni suatu daerah untuk memenuhi kebutuhannya.1

Sedangkan pengertan ”masyarakat” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.2

Istilah Pemberdayaan Masyarakat mempunyai sejarah yang panjang dan selalu dikait-kaitkan dengan Ilmu Kesejahteraan Sosial.

Istilah ”Pemberdayaan Masyarakat” berawal digunakan oleh pemerintah kolonial Inggris dalam sebuah konferensi (1948) di negeri jajahannya Afrika, untuk mengganti istilah ”pendidikan massa”. Dalam konferensi tersebut menghasilkan definisi mngenai ”Pendidikan Massa” dan memutuskan bahwa pada masa yang akan datang terminoligi tersebut sebaiknya diganti dengan nama ”Pemberdayaan Masyarakat”.

1

. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h.310.

2


(37)

Berbeda dengan Inggris, di Amerika istilah ”pengorganisasian masyarakat” lebih dikenal dibandingkan dengan istilah ”Pemberdayaan Masyarakat, dimana masyarakat diberdayakan dengan cara harus lebih aktif dalam menggalang dana demi memenuhi kebutuhannya.

Banayk para pakar yang memberikan batasan tentang kedua istilah tersebut yang berkembang di Inggris maupun di Amerika. Namun, dari bahasan yang dikemukakan oleh para pakar tersebut menyimpulkan bahwa baik ”pengorganisasian masyarakat” ataupun ”Pemberdayaan Masyarakat” hanya terletak pada faktor tempat dimana metode tersebut digunakan.

Faktor tempat yang dimaksudkan di mana pengorganisasian masyarakat lebih mengarah pada daerah perkotaan (komunitas relatif sudah berkembang). Sedangkan Pemberdayaan Masyarakat lebih mengarah pada daerah pedesaan, dimana masyarakatnya relatif belum berkembang.3

Berdasarkan dua pengertian yang berbeda antara pengorganisasian masyarakat (di Amerika) dan Pemberdayaan Masyarakat (di Inggris), Brokesha dan Hodge memberikan perbedaan dari kedua istilah tersebut berdasarkan history masing-masing istilah tersebut, anatara lain:

1. Mereka meyakini bahwa pengorganisasian masyarakat di Amerika pada mulanya berkembang (lebih banyak dikembangkan) di dalam negeri. Sedangkan untuk bangsa Inggris, Pemberdayaan Masyarakat pada umumnya diujicobakan di Afrika (pada negara-negara koloni Inggris).

2. Menurut mereka proses Pemberdayaan Masyarakat yang dilakukan pemerintah Inggris merupakan respon pragmatis terhadap kebutuhan yang

3


(38)

dirasakan daerah koloni mereka, yang pada dasarnya mereka kurang mendapatkan layanan yang memadai di bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan dalam arti sempit. Sedangkan di Amerika, pengorganisasian masyarakat di mulai dari pengembangan sektor pertanian, yang baru kemudian bergerak ke masalah perkotaan.4

Menurut Edi Suharto pengembangan atau pembangunan merupakan usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Bidang-bidang pembangunan biasanya meliputi beberapa sektor, yaitu ekonomi, penididkan, kesehatan, dan sosial-budaya.5

Sedangkan masyarakat menurut Edi Suharto memiliki dua konsep, yaitu:6 1. Masyarakat sebagai sebuah ”tempat bersama”, yakni sebuah wilayah geografi

yang sama. Sebagai contoh rukun tetangga, perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan.

2. Masyarakat sebagai ”kepentingan bersama”, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas atau kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu seperti halnya pada kasus para orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus (anak cacat fisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan mental.

Menurut pandangan Brokesha dan Hodge, Pemberdayaan Masyarakat adalah:7

4

. Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama, 2005), h. 216.

5

. Ibid, h. 39

6

. Edi Suharto, Membangun Masyarakat Rakyat, h. 39.

7

. Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003), h. 199.


(39)

A movement designed to promote better living for the whole community with the active participation, and, if possible, on the initiative of the community....it includes the whole range of development activities in the distric whether these are undertaken by goverment or unofficial bodies...(Community Development) must make use of the cooperative movement and must be put into effect in the closest association whit local government bodies”.

“suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan, berdasarkan inisiatif masyarakat……hal ini meliputi brbagai kegiatan pembangunan ditingakt distrik, baik dilakukan pemerintah ataupun lembaga-lembaga non pemerintah……(Pengembagan Masyarakat) harus dilakukan melalui gerakan yang kooperatif dan harus berhubungan dengan betuk pemerintahan lokal terdekat”.

Pemberdayaan Masyarakat dapat didefinisikan sebagai metode yang memungkinkan orang dapat meningkakan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya. Twelventrees “Pemberdayaan Masyarakat” adalah “the process of assisting ordinary people to improve their own communities by undertaking collective actions.8

Para ahli ada yang menyamakan istilah Pemberdayaan Masyarakat dengan pemberdayaan masyarakat yang jika dilihat mempunayi arti serupa dengan pengembangan sumber daya manusia.

Istilah pemberdayaan masyarakat mengacu kepada kata empowerment yang berarti penguatan, yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat terutama yang pada saat sekarang sedang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, yang berarti memberdayakan adalah

8


(40)

membantu seseorang/masyarakat menemukan kemampuan menuju kemandirian.9 Jadi, pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya masyarakat local yang mandiri sebagai suatu system yang mengorganisir diri mereka.

Dalam pembukaan Temu Karya Pengembangan Program Pemberdayaan Masyarakat bagi Kepala Badan/Dinas/Kantor PMD Provinsi, Kabupaten, dan Kota di Batu, Malang, Jawa Timur tahun 2003, DR. Andi Partadinata mengatakan secara konseptual pemberdayaan atau empowerment memiliki dua makna poko yaitu Pertama, meberikan kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasi otoritas kepada masyarakat (to give power or authority to), agar masyarakat memiliki kemandirian dalam pengambilan keputusan dalam rangka membangun diri dan lingkungan secara mandiri; Kedua, meningkatkan kemampuan masyarakat (to give ability to or anable) melalui pelaksanaan berbagai kebijakan dan program pembangunan, agar kondisi kehidupan masyarakat dapat mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan.10

Menurut pengertian lain, pemberdayaan atau pengembangan adalah upaya memperlusa horison pilihan bagi masyarakat banyak. Hal ini berarti bahwa masyarakat diberdayakan untuk melihat dan mimilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang dapat emilih dan mempunyai kesempatan untuk mengadakan

9

. Misbahul Ulum, dkk., Model-model Kesejahteraan Sosial Islam Perspektif Normatif, Filosofis, dan Praktis, (Yogyakarta: PMI-Dakwah UIN Sunan Kalijaga Bekerjasama dengan IISEP-CIDA), h. 79.

10

. Andi Partadinata, ”Upaya Meningkatkan Kemampuan Aparatur dan Pengembangan Kelembagaan Masyarakat Desa”, Jurnal Berdaya 1, no. 6 (Juni, 2003), h. 17.


(41)

pilihan.11 Dalam konsep Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei menyamakan pemberdayaan dengan konsep pengembangan sumber daya manusia.

Pemberdayaan Masyarakat juga dapat dilihat dari persepsi makro dan mikro, pengembangan sumber daya manusia secara makro adalah suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan manusia dalam rangka mencapai suatu tujuan pembangunan bangsa. Proses peningkatan di sini mencakup perencanaan, pembangunan, dan pengelolaan sumber daya manusia.

Pemberdayaan Masyarakat secara mikro asalah suatu proses perencanaan pendidikan, pelatihan dan pengelolaan tenaga atau karyawan untuk mencapai secara hasil optimal.12

Pemberdayaan Masyarakat memiliki fokus terhadap upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama, mengidentifikasikan kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut.13

Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu model gerakan dengan cara memberdayakan masyarakat sekitar dengan maksud tercapainya suatu keinginan bersama masyarakat tersebut.

11

. Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pemberdayaan Masyarakat Islam dari Ideologi, Strategi, sampai Tradisi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 29.

12

. Soekidjo Notoatmodjo, Pengemabangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 39.

13


(42)

1. Model-model Pengembangan Masyarkat

Model Pemberdayaan Masyarakat merupakan bagian dari intervensi makro dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial. Adapun yang dimaksud dengan intervensi makro menurut beberapa pendapat para ahli adalah:14

Netting mengemukakan bahwa intervensi makro adala ”Macro practice is professionally directed intervention and communities”. (Intervensi makro merupakan bentuk intervensi langsung yang dirancang dalam rangka melakukan perubahan secara terencana pada tingkat organisasi dan komunitas).

Rothman dan Tropman memberikan argument tentang intervensi makro bahwa “Macro interventions involves methods of professional changing that target system above the level of the individual, group, and family, i.e., organization, communities, and regional and national entities. Macro practice deals with aspects of human service activity that are non clinical in nature, but rather focus on broader social approaches to human bettement”. (Intervensi makro mencakup berbagai metode professional yang digunakan untuk mengubah system sasaran yang lebih besar dari individu, kelompok, dan keluarga, yaitu organisasi, komunitas baik di tingkat local, regional maupun nasional secara utuh. Praktek makro berhubungan dengan aspek pelayanan masyarakat yang pada dasarnya bukan hal yang bersifat klinis, tetapi lebih memfokuskan pada pendekatan sosial yang lebih luas dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik di masyarakat).

Jack Rothman mengembangkan tiga model dalam memahami konsepsi tentang Pemberdayaan Masyarakat: (1) Pemberdayaan Masyarakat local (locality

14

. Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003), h. 57-58.


(43)

development); (2) Perencanaan Sosial (Social Planning); (3) Aksi Sosial (Scoal action).

a. Pemberdayaan Masyarakat Lokal

Pemberdayaan Masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum dikembangkan.

Pemberdayaan Masyarakat lokal pada dasarnya merupakan proses interaksi antara anggota masyarakat setempat yang difasilitasi oleh pekerja sosial. Pekerja sosial membantu meningkatkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan mereka dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan.

Pemberdayaan Masyarakat lokal lebih bernuansa bottom up dimana setiap anggota masyarakat bertanggung jawab untuk menentukan tujuan dan memilih strategi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Model pertama ini lebih berorientasi pada ”tujuan proses” (process goal) dari pada tujuan tugas atau tujuan hasil (task or product goal).15 Dimana masyarakat dicoba untuk diintegrasikan serta dikembangkan kapasitasnya (community integration dan community capacity) dalam upaya memecahkan masalah mereka secara kooperatif berdasarkan kemauan dan kemampuan menolong diri sendiri (self help) dengan prinsip-prinsip demokratis.16

15

. Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 42.

16

. Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h. 70.


(44)

b. Perencanaan Sosial

Perencanaan sosial menunjuk pada proses pragmatisuntuk menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu dan biasanya berhubungan dengan masalah-masalah sosial yang kongkrit (Corporate Social Problem) seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan (buta huruf), kesehatan masyarakat yang buruk, dan lain-lain. Adapun nama-nama bagian (departemen) mereka juga mencirikan hal ini, seperti Departemen Kesehatan, Direktorat Penyalahgunaan Obat dan Narkotika, Departemen Sosial, dan lain sebagainya.17

Perencanaan sosial lebih berorientasi pada ”tujuan tugas (task goal). Pekerja sosial berperan sebagai perencana sosial yang memandang anggota masyarakat sebagai ”konsumen” atau ”penerima pelayanan” (beneficiaries). Keterlibatan para penerima pelayanan dalam proses pembuatan kebijakan, penentuan tujuan, dan pemecahan masalah bukan merupakan prioritas, karena pengambilan keputusan dilakukan oleh para pekerja sosial di lembaga-lembaga formal baik pemerintah maupun swasta.18

c. Aksi Sosial

Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses pendistribusian kekuasaan (distribution of power), sumber (distribution of resources), dan pengambilan keputusan (distribution of decision making).

Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien yang sering kali menjadi ”korban” ketidak adlian struktur. Aksi sosial

17

. Ibid, h. 71.

18


(45)

berorientasi pada tujuan proses dn tujuan hasil. Masyarakat diorganisir melalui proses penyadaran, pemberdayaan dan tindakan-tindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan (equality) dan keadilan (equity).19

2. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Tahapan Pemberdayaan Masyarakat yang biasa dilakukan pada beberapa organisasi pelayanan masyarakat, antara kelompok yang satu dengan yang lain mempunayi beberapa perbedaan dan kesamaan. Hal tersebut bisa dilihat dari dua buku yang penulis jadikan sebagai bahan rujukan yaitu, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat karya Edi Suharto dan Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intervensi Komunitas karya Isbandi Rukminto Adi. Namun, secara garis besar tahapan Pemberdayaan Masyarakat dapat dirumuskan menjadi lima tahapan, antara lain:

a. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah sangat erat kaitannya dengan assesmen kebutuhan (need assessment). Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai kekuarangan yang mendorong masyarakat untuk mengatasinya. Assessment kebutuhan dapat diartikan sebagai penentuan besarnya atau luasnya suatu kondisi dalam suatu populasi yang ingin diperbaiki atau penentuan dalam kondisi yang direalisasikan.

Terdapat lima jenis kebutuhan yang terdapat di masyarakat, antara lain:20 1) Kebutuhan absolut (Absolute need) adalah kebutuhan minimal atau

kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh manusia agar dapat mempertahankan kehidupannya (survive).

19

. Ibid, h. 45


(46)

2) Kebutuhan normatif (normative need) adalah kebutuhan yang didefinisikan oleh ahli atau tenaga profesional. Kebutuhan ini biasanya didasarkan standar tertentu.

3) Kebutuhan yang dirasakan (felt need) adalah sesuatu yang dianggap atau dirasakan orang sebagai kebutuhannya. Kebutuhan ini merupakan petunjuk tentang kebutuhan yang nyata (rela need). Akan tetapi, kebutuhan ini berbeda dari satu orang ke orang lainnya, karena sangat tergantung ada persepsi orang yang bersangkutan mengenai sesuatu yang diinginkannya pada suatu waktu tertentu.

4) Kebutuhan yang dinyatakan (stated need) adalah kebutuhan yang dirasakan yang diubah menjadi kebutuhan berdasarkan banyaknya permintaan. Besarnya kebutuhan ini tergantung pada seberapa orang yang memerlukan pelayanan sosial.

5) Kebutuhan komparatif (comparative need) adalah kesenjangan (gap) antara tingkat pelayanan yang ada di wilayah-wilayah yang berbeda untuk kelompok yang memiliki karakteristik sama.

Dalam proses penilaian (assessment) dapat digunakan teknik SWOT dengan melihat Kekuatan (strength), Kelemahan (weaknesses), Kesempatan (Oppotunities), dan Ancaman (Threat). Dengan menggunakan tehnik ini dalam proses assessment masyarakat sudah dilibatkan secara aktif agar mereka dapat merasakan bahwa permasalahan yang sedang dibicarakan benar-benar permasalahan yang sedang dibicarakan benar-benar permasalahan yang sedang dibicarakan benar-benar permasalahan yang keluar dari pandangan mereka sendiri. Disamping itu, pada tahap ini pelaku perubahan juga memfasilitasi warga


(47)

untuk menyusun prioritas dari permasalahan yang akan ditindak lanjuti pada tahap berikutnya.21

b. Penentuan Tujuan

Isbandi Rukminto Adi menyebut tahapan kedua ini dengan tahapan perencanaan alternatif atau kegiatan. Pada tahap ini agen perubah secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.22

Tujuan dapat didefinisikan sebagai kondisi di masa depan yang ingin dicapai. Maksud utama penentuan tujuan adalah untuk membimbing program ke arah pemecahan masalah. Tujuan dapat menjadi target yang menjadi dasar bagi pencapaian keberhasilan program. Terdapat dua jenis atau tingkat tujuan yaitu, tujuan umum (goal) dan tujuan khusus (objektive). Tujuan umum dirumuskan secara luas sehingga pencapaiannya tidak dapat diukur. Sedangkan tujuan khusus merupakan pernyataan yang spesifik dan terukur mengenai jumlah yang menunjukkan kemajuan ke arah pencapaian tujuan umum. Rumusan tujuan khusus yang baik memiliki beberapa ciri:23

1) Berorientasi pada keluaran (output) bukan pada proses atau masukan (input).

2) Dinyatakan dalam istilah yang terukur.

3) Tidak hanya menunjukkan arah perubahan (misalnya mningkatkan), tetapi juga tingkat perubahan yang diharapkan (misalnya 10 persen)

4) Menunjukkan jumlah populasi secara terbatas.

21. Isbandi Rukminto Adi, , Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h. 252.

22

. Ibid, h. 253.

23


(48)

5) Menunjukkan pembatasan waktu

6) Realistis dalam arti dapat dicapai dan menunjukkan usaha untuk mencapainya.

7) Relevan dengan kebutuhan dan tujuan umum. c. Penyusunan dan Pengembangan Rencana Program

pada tahap penyusunan dan pengembangan rencana program atau menurut istilah Isbandi Rukminto Adi tahapan pemformulasikan rencana aksi yaitu tahapan dimana agen perubah membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.24

Dalam proses perencanaan sosial, para perencana dan pihak-pihak terkait atau para pemangku kepentingan (stakeholders) selayaknya bersama-sama menyusun pola rencana intervensi yang koprhensif. Pola tersebut menyangkut tujuan-tujuan khusus, strategi-strategi, tugas-tugas, dan prosedur-prosedur yang ditujukan untuk membantu pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan pemecahan masalah. Suatu rencana biasanya dikembangkan dalam suatu pola yang sistematis dan prgamatis dimana bentuk-bentuk kegiatan dijadwalkan dengan jelas. Program dapat dirumuskan sebagai suatu perangkat kegiatan yang saling tergantung dan diarahkan pada pencapaian satu atau beberapa tujuan khusus (objektives). Penyusunan program dalam proses perencanaan sosial mencakup keputusan tentang apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam proses perumusan program.25

24

. Isbandi Rukminto Adi, , Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h. 254

25


(49)

1) Identifikasi program alternatif. Penyusunan program merupakan tahap yang membutuhkan kreativitas. Karenanya sebelum satu program dipilih ada baiknya jika diidentifikasi beberapa program alternatif.

2) Penentuan hasil program. Bagian dari identifikasi program alternatif adalah penetuan hasil apa yang akan diperoleh dari setiap program alternatif. Hasil dapat dinyatakan dalam tiga tahapan, yaitu pelaksanaan tugas, unit pelayanan, dan jumlah konsumen.

3) Penentuan biaya. Informasi tentang biaya mencakup keseluruhan biaya program maupun biaya per hasil.

4) Kriteria pemilihan program. Setelah program-program alternatif diidentifikasi, maka harus dilakukan pilihan diantara mereka. Pemilihan dapat dilakukan atas dasar rasional, yakni bersandar pada kriteria tertentu. Kriteria yang tergolong rasional adalah menyangkut pentingnya, efisiensi, efektifitas, fifibilitas (feasibility), keadilan dan hasil-hasil tertentu.

d. Pelaksanaan Program

Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial (penting) dalam proses Pemberdayaan Masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat melencen dalam pelaksanaan dilapangan bila tidak ada kerjasama antaara agen perubah dan warga masyarakat, amupun kerja sama antar warga.26

Tahap implementasi program intinya menunjuk pada perubahan proses perencanaan pada tingkat abstraksi yang lebih rendah. Penerapan kebijakan atau pemberian pelayanan merupakan tujuan, sedangkan operasi atau

26

. Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intevensi Komunitas, h. 255.


(50)

kegiatan untuk mencapainya adalah alat pencapaian tujuan. Ada dua prosedur dalam melaksanakan program, yaitu:27

1) Merinci prosedur operasional untuk melaksanakan program 2) Merinci prosedur agar kegiatan-kegiatan sesuai dengan rencana e. Evaluasi Program

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program yang sedang berjalan pada Pemberdayaan Masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal. Sehingga dalam jangka panjang diharapkan akan dapat membantu sesuatu sistem dalam masyarakat yang lebih ”mandiri” dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.28

Pada tahap evaluasi program, analisis kembali kepada permulaan proses perencanaan untuk menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Evaluasi menjadikan perencanaan sebagai suatu proses yang berkesinambungan. Evaluasi baru dapat dilaksanakan kalau rencana sudah dilaksanakan. Namun demikian, perencanaan yang baik harus sudah dapat menggambarkan proses evaluasi yang akan dilaksanakan.29

27

. Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 79

28

. Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Intevensi Komunitas, h. 256.

29


(51)

B. Pelatihan Keterampilan Otomotif 1. Pelatihan

Pelatihan memiliki kata dasar “latih” yang mendapatkan awalan Pe- yang berarti pendidikan untuk memperoleh kemahiran atau kecakapan.30

Pelatihan ialah merupakan bagian dari suatu proses yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan psikomotorik meskipun didasari pengetahuan dan sikap.31 Dalam pelatihan peserta pelatihan dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuannya setelah mengikuti suatu pelatihan.

Ife, didalam Isbandi Rukminto32 menyatakan bahwa pelatihan merupakan peran edukasionalyang paling spesifik, karena secara mendasar memfokuskan pada upaya mengajarkan pada komunitas sasaran bagaimana untuk melakukan sesuatu.

Pelatihan adalah usaha untuk memperbaiki performa pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, supaya efektif biasanya pelatihan harus mencakup pengalaman belajar, aktifitas-aktifitas yang terencana dan didasari sebagai jawaban atas kebutuhan yang berhasil diidentifikasikan secara ideal.33

Sejatinya pelatihan merupakan bagian dari proses pendidikan. Dalam pendidikan terdapat sejumlah filosofi diantaranya filosofi islam yaitu konsep: (QS. Asy Syams : 8)

30

. Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 502

31

. Soekidjo Notoadmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h. 28

32

. Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2002), h. 213

33

. Gomes Faustino Cordoso, Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), h.197


(52)

Falsafah ini mempunyai implikasi dalam pendidikan bahwa manusia pada dasarnya disamping memiliki fitrah yang buruk. Agar yang buruk tersebut tidak berkembang dengan baik. Dengan demikian proses pendidikan tersebut harus benar-benar berlandaskan pada tujuan pendidikan yang paling mendasar yaitu pendidikan untuk memanusiakan manusia.34

Dalam melakukan pelatihan terdapat beberapa unsur yang diperlukan, antara lain sebagai berikut:

1. Peserta Pelatihan

Penetapan calon peserta pelatihan erat kaitannya dengan keberhasilan pelatihan pada gilirannya menentukan efektifitas pelatihan, karena itu perlu dilakukan seleksi yang teliti untuk memperoleh peserta yang baik berdasarkan kriteria antara lain:35

a. Akademik, yaitu jenjang dan keahlian

b. Motivasi dan Minat yang bersangkutan terhadap pekerjaannya.

c. Pribadi, yaitu aspek moral, moril dan sifat-sifat untuk pekerjaan tertentu. d. Intelektual, tingkat berpikir dan pengetahuan yang dapat diketahui

melalui tes seleksi. 2. Pelatih atau Instruktur

Pelatih memegang peranan penting dalam setiap pelatihan keterampilan. Karena itu ada beberapa persyaratan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pelatihan instruktur, yaitu;

34

. Ibnu Anshori, Modul Pelatihan Guru Lintas Agama Berbasis HAM (Jakarta: Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2007), h. 2

35

. Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan Ketenaga Kerjaan, Pendekatan Terpadu: Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 35.


(53)

a. Telah disiapkan secara khusus sebagai pelatih yang ahli dalam bidang spesialis tertentu.

b. Memiliki kepribadian yang baik yang menunjang pekerjaannya sebagai pelatih

c. Pelatih berasal dalam organisasi atau lembaga sendiri lebih baik dibandingkan dengan yang diluar.

3. Lamanya Pelatihan

Lama tidaknya pelatihan harus didasari pada:

a. Jumlah banyaknya suatu kemampuan yang hendak dipelajari dalam pelatihan tersebut lebih baik dan bermutu, kemampuan yang ingin diperoleh mengakibatkan lebih lama waktu yang diperlukan.

b. Kemampuan belajar peserta dalam mengikuti kegiatan pelatihan, kelompok peserta yang ternyata kurang mampu belajar memerlukan waktu lebih lama.

c. Media pengajaran yang menjadi alat bantu bagi peserta dan pelatih. Media pengajaran yang serasi dan canggih akan membantu kegiatan pelatihan dan ikut mengurangi lamanya pelatihan tersebut.

Dalam strategi pemberian pelatihan, dikenal dengan trilogi latihan kerja, yaitu sebagai berikut:36

a. Latihan kerja harus sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan kesempatan kerja

b. Latihan kerja harus senantiasa mutakhir sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

36

. Basir Banthos, Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Makro (Jakarta: Bumi Aksara, 2004). Cet. Ke 7, h. 98-99


(54)

c. Latihan kerja merupakan kegiatan yang bersifat terpadu dalam arti proses, kaitan dengan pendidikan,latihan dan pengembangan satu dengan yang lain.

2. Keterampilan

Menurut bahasa, keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas.37 Maka keterampilan adalah bagaimana kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Arti keterampilan yang dimaksudkan juga dapat dikatakan memiliki keahlian yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Menurut W. Gulo keterampilan tidak didukung oleh sikap, kemauan dan pengetahuan. Manusia merupakan pribadi yang unik dimana aspek rohaniah, mental intelektual dan fisik merupakan satu kesatuan yang utuh.38 Dari pendapat Gulo ini dapat diketahui bahwa suatu ketermpilan tidak mungkin akan terwujud tanpa ada kemauan, sikap ataupun pengetahuan yang dimiliki seseorang sehingga aspek kognitif, efektif dan psikomotorik sebenarnya adalah satu kesatuan tidak dapat dipisahkan dari pada seseorang.

Mengenai keterampilan Sardiman MA menjelaskan ada dua macam, yaitu jasmani dan rohani.

a) Ketermpilan jasmani adalah keterampilan yang dapat dilihat, diamati sehingga akan menitik beratkan pada ketermpilan gerak atau penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.

37

. Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet-1, h. 935.

38


(55)

b) Keterampilan rohani menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, keterampilan berfikir serta kreatifitas untuk menyelesaikan dam merumuskan masalah atau konsep-konsep.39

Keterampilan sangta erat kaitannya dengan sumber daya manusia. The Liang Gie mengemukakan pengertian keterampilan sebagai berikut: keterampilan aalah kegiatan menguasai sesuatu keterampilan dengan tambahan bahwa mempelajari keterampilan harus dibarengi dengan kegiatan, praktik, berlatihan, dan mengulang-ngulang suatu pekerjaan. Seseorang yang memahami semua azaz, metode, pengetahuan dan teori dan kemampuan melaksanakan secara praktis adalah orang yang memiliki keterampilan.40

Sedangkan Syamsuar Mochtar mengemukakan bahwa keterampilan adalah cara memandang siswa serta kegiatan sebagai manusia seutuhnya, yang diterjemahkan dalam kegiatan belajar-mengajar yang memperhatikan perkembangan pengetahuan, nilai hidup serta sikap perasaan dan keterampilan sebagai satu kesatuan baik beberapa tujuan maupun sekaligus bentuk pelatihannya yang akhirnya semua kegiatan belajar dan hasilnya tersebut tampak dalam bentuk kreatifitas.41

Sejalan dengan pendapat diatas menurut Syamsuar Mochtar ada langkah-langkah belajar mengajar yang selaras dengan penerapan keterampilan yaitu sebagai berikut:42 Membina dengan memotivasi belajar dan memberikan rangsangan belajar, mendorong timbulnya pertanyaan dari siswa dan keberanian

39

. Sardiman MA., Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar,h. 29

40

. Drs. Syarif Makmur. M.Si., Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektifitas Organisasi: Kajian Penyelenggaraan Pemerintah Desa, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008, h. 70

41

. Drs. A. Samana, S.Pd, Sistem Pengajaran Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI) dan Perkembangan Metodologisnya, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992, h. 111

42


(56)

siswa untuk mencari jawaban, membimbing siswa dalam berbagai kegiatan belajarnya, membimbing belajar siswa dalam menafsirkan hasil penelitian serta melaporkan hasil kerjanya baik lisan maupun tertulis.

Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa hakekat pendidikan keterampilan atau life skills merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan kemampuan yang memungkinkan warga untuk belajar hidup mandiri dalam menyelenggarakan keterampilan atau life skills.

3. Otomotif

Otomotif adalah ilmu yang mempelajari tentang alat-alat transportasi darat yang menggunakan mesin, terutama mobil. Otomotif mulai berkembang sebagai cabang ilmu seiring dengan diciptakannya mesin mobil. Dalam perkembangannya, mobil semakin menjadi alat transportasi yang kompleks yang terdiri dari ribuan komponen yang tergolong dalam puluhan sistem dan subsistem.43

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia otomotif adalah sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu yang berputar dengan sendirinya.

43


(57)

44

PROFIL PERUSAHAAN

A. Sejarah Mercedes-Benz Indonesia

Pada tahun 1970, pemerintahan Orde Baru (1968-1998) mendorong dilakukannya perakitan (assembling) mobil di dalam negeri, yang dimulai dengan mengambil ancang-ancang untuk melarang dimasukkannya mobil dalam keadaan utuh, atau completely built-up (CBU). Dengan kata lain, mobil harus dimasukkan dalam keadaan terurai atau completely knocked-down (CKD) dan dirakit di dalam negeri.

Dalam kaitan itulah, H.M. Joesoef Abdillah bermitra dengan Ibnu Sutowo melobi dan membujuk Daimler-Benz AG sebagai perusahaan pembuat mobil Mercedes-Benz untuk membuka Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) dan mendirikan pabrik perakitan di Indonesia. Upaya H.M. Joesoef Abdillah itu ditanggapi positif oleh Daimler-Benz AG, dan langkah-langkah persiapan pun dimulai. Termasuk, menjajaki kerja sama dengan Volkswagen dalam merakit kendaraan di Indonesia.

Pada tanggal 8 Oktober 1970, keagenan Mercedes-Benz di Indonesia secara resmi diambil alih oleh PT Star Motors Indonesia, sebagai ATPM Produk Daimler-Benz AG untuk Indonesia. PT Star Motors Indonesia merupakan perusahaan patungan (joint venture) antara Daimler-Benz AG dan PT Gading Mas (tahun 1983 menjadi PT Lima Satrya Nirwana).

Pada saat yang sama, didirikan juga PT German Motor Manufacturing sebagai Pabrikan dan Perakitan Produk Daimler-Benz di Indonesia. PT German


(58)

Motor Manufacturing, yang merupakan perusahaan patungan antara Daimler-Benz AG, DEG-Jerman Barat, dan PT Gading Mas, berkantor di Jalan Sulawesi 1, Tanjung Priok. Dalam kesempatan itu pula, ditetapkan bahwa Mercedes-Benz akan bekerja sama dengan Volkswagen dalam merakit kendaraan di Indonesia.

Berdirinya PT Star Motors Indonesia, sebagai ATPM Mercedes-Benz di Indonesia, dan PT German Motor Manufacturing, secara resmi menandai dimulainya era Mercedes-Benz Group di Indonesia di bawah kepemimpinan H.M. Joesoef Abdillah. Sejak saat itu, H.M. Joesoef Abdillah dikenal sebagai Pendiri Mercedes-Benz Group di Indonesia.

Dan, pada tahun berikutnya, tahun 1971, kendaraan niaga Mercedes-Benz Tipe 911 mulai dirakit di Tanjung Priok. Iklan PT Star Motors Indonesia muncul dengan ukuran setengah halaman di harian Kompas, 11 November 1971. Melalui iklan tersebut diumumkan kehadiran truk diesel Mercedes-Benz 4-5-6 ton dan bus diesel dengan 20-50 tempat duduk mulai Januari 1972.

Pada tahun 1973, satu tahun setelah PT German Motor Manufacturing merakit kendaraan niaga Mercedes-Benz, seperti bus dan truk di Tanjung Priok maka mulai dirakit juga sedan Mercedes-Benz W115 Tipe 200, 240D (diesel), dan Tipe 280.

Sedan-sedan Mercedes-Benz hasil rakitan PT German Motor Manufacturing, yang masuk ke pasar pada paruh kedua tahun 1974, langsung diserbu konsumen, khususnya Tipe 200 dan Tipe 280. PT Star Motors Indonesia dan PT German Motor Manufacturing pun kewalahan melayani jumlah pesanan yang terus meningkat. Sampai-sampai ada pemesan harus menunggu lebih dari satu tahun. Persoalannya, kapasitas produksi PT German Motor Manufacturing


(59)

pada saat itu baru 7 mobil per hari, atau 210 mobil per bulan. Padahal larangan impor mobil dalam bentuk CBU telah mulai diberlakukan pada tanggal 22 Januari 1974.

Pada tahun 1977, Kantor Layanan Purna Jual Mercedes-Benz pindah ke Jalan RE Martadinata Kilometer 7, Ciputat, Tangerang. Dan, tahun berikutnya, tahun 1978, Kantor Pusat Layanan Purna Jual ini diresmikan. Kantor Pusat Layanan Purna Jual di Ciputat itu juga mencakup Pusat Pendidikan dan Latihan Kejuruan (PPLK)

Mobil yang bagus dan berkualitas tinggi saja tidak cukup untuk meningkatkan penjualan. Diperlukan layanan purna jual yang prima untuk mendukungnya, yang mencakup penyediaan suku cadang yang mencukupi dengan harga jual yang terjangkau, dan tenaga mekanik yang andal.

Pusat Pendidikan dan Latihan Kejuruan (PPLK) di Ciputat itu merupakan kawah Candra Dimuka bagi calon-calon teknisi Mercedes-Benz. Di sana, mereka dididik dan dilatih selama tiga tahun penuh, dengan komposisi 20 persen pengetahuan teori dan 80 persen latihan praktik, yang dimulai dari pekerjaan yang mudah sampai dengan pekerjaan yang memerlukan ketelitian yang sangat tinggi.

Di samping latihan praktik, para calon teknisi juga mengikuti proses magang, antara lain di dealer-dealer, pemilik armada, atau perusahaan yang memiliki kegiatan dan proses kerja yang dapat memberikan kesempatan untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang sesungguhnya serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kejuruan.

Pelaksanaan program pendidikan dan latihan mengadopsi kurikulum pemagangan di Jerman, yang disesuaikan dengan pelatihan nasional di Indonesia,


(1)

105

mengembangkan karir dengan berbagai peluang promosi/kenaikan sesuai dengan prestasinya masing-masing.

4. kalau perusahaan ditawarin teknisi otomotif dari tempat peltihan lain mau atau tidak?

Jawab:

Saya rasa perusahaan ini tidak akan mengambil teknisi dari luar karena sudah trauma.

5. Sebelumnya apa perusahaan ini pernah menggunakan lulusan teknik otomotif dari luar?

Jawab:

Kami pernah menggunakan salah satu lulusan dari tempat pelatihan keterampilan yang didirikan oleh perusahaan lain juga tapi nggak ada yang sebagus kaya lulusan dari PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia


(2)

106

Data Siswa Pelatihan Keterampilan Otomotif No

Subyek Penelitian. Name Siswa Asal, Kota Asal Sekolah

1 Aditia Warman Tangerang SMU

2 Afriansyah Lahat SMK

3 Albertus Roni

Widiyanto Ungaran SMU

4 Andika Wibowo Gunung Putri SMU

5 Bangkit Andig K. Depok SMU Aliyah

6 Benz Susanto Jakarta SMU

7 Ede Hendri Ciamis SMK

8 Hadi Bayu Adji Gombong SMK

9 M. Mozart

Hutabarat Depok SMU

10 Moh. Syarifan Kebumen SMK

11 M. Ulil Azmi Slawi SMK

12 Mumu Muslihudin Ciamis SMK

13 Nova Fajar Aditya Sukoharjo SMU

14 Riska Jakarta SMU

15 Surahman Yogyakarta SMK

16 Yosep Trinarendra

W. Kediri SMU

17 Dede Kurniawan Jakarta SMK

18 Hanindya Parahita

HP. Karawang SMU

19 Huda Prasetyo Surabaya SMK


(3)

107

No Subyek Penelitian

Name Siswa Asal, Kota Asal Sekolah

21 Jahidin Kuningan SMK

22 Mukhsinin Tasikmalaya SMK

23 Nur Rochman Purworejo SMK

24 Rachmat Fauzan Sukabumi SMU

25 Reynaldo Aiegie S. Cirebon SMU

26 Rondi Sujarwo Rembang SMK

27 Simon Simanjuntak Ciputat SMK

28 Sukarto Surabaya SMK

29 Michael Leo Bandung SMU

30 Mochamad Aris

Pudjianto Jakarta SMK

31 Toni Ristiawan Kudus SMK

32 Abdul Hidayat Wonogiri SMK

33 Darussalam Yahya Temanggung SMU

34 Erdyansyah Permana Tasik Malaya SMU

35 Kris Hendarto Magelang SMU

36 Mahfuziyah Bogor SMK

37 Noel Sabariman Yogyakarta SMU

38 Tonni Tri Suprayitno Pekalongan SMU

39 Usep Maulana

Ibrahim Tasik Malaya SMK


(4)

(5)

(6)

TAHAPAN PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PT. MERCEDES-BENZ DISTRIBUTION INDONESIA – CIPUTAT MELALUI PROGRAM PELATIHAN KETERAMPILAN OTOMOTIF

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Sos.I)

AFRIEDA MARTHATILLA

106054102064

Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Konsentrasi Kesejahteraan Sosial

Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2010