Strategi Coping Analisis P3 a. Gambaran Kondisi Penderita MG

97 terpukul juga masak aku hidup cuma mau dimatiin. Tapi kalau dipikir-pikir juga ga ada penyakit ini pun, suatu hari nanti pun bakal mati semua kan, jadi buat apa kita berkecil hati. ” line 113-115 Saat menghadapi hambatan pada pekerjaan, P3 menggunakan beberapa jenis coping salah satunya adalah usaha untuk berpikir positif pada kondisinya ketika sedang bekerja. P3 berpikir bahwa hal-hal yang terjadi pada dirinya adalah akibat ia kelelahan saja. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan P3 sebagai berikut: “Tapi sebenernya 2013 itu aku udah udah apa sudah kena sebenernya, udah ada gejala-gejala lah kayak misal dulu kan aku main musik, kalau mau ngeband itu tiba-tiba mata kiri menutup sendiri, terus kalau biasa ngeband itu aku bisa mainnya kan musik rock gitu lah, lari-lari di panggung aku vokalis juga kan, terus biasanya lari-lari gapapa, tapi capek. Baru dua lagu gitu udah napasnya udah ga kuat. Terus vokal kan biasanya aku vokal tinggi, melengking gitu, ga kuat sininya, ini ga kuat vokalku. “Duh ini kenapa ya?” paling kecapean. line 5-16 Untuk menghadapi respon yang tidak nyaman dari teman ataupun lingkungan karena merasa dikasihani, P3 menggunakan beberapa jenis coping salah satunya adalah usaha untuk berpikir positif. P3 juga mengambil sisi positif dari dampak tidak diajak teman lagi sehingga hal tersebut tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98 membuat P3 bersedih terlalu lama. P3 berusaha memanfaatkan hal tersebut untuk bisa fokus memulihkan diri dan beristirahat “Tapi sisi positifnya seneng, karena ternyata kalo sisi positif yang tak ambil itu ee ketika aku sakit gini ternyata orang lebih banyak perhatian sekarang daripada dulu hehe gitu loh yang tak rasain gitu trus apa ya ee ...” line 286-287; 331-335 “Di sisi lain ga enak juga, tapi sekarang lebih enjoy, aku jadi lebih bisa fokus memulihkan diri akhirnya kan. Ambil sisi positifnya, bisa jadi lebih fokus memulihkan dirilah malahan .” line 320-328  Acceptance Dalam menghadapi kondisi dirinya, P3 berusaha mengganggap penyakitnya ini sebagai teman sampai bisa menjadi sahabat. Hal itu ia lakukan sebagai bentuk penerimaan akan kondisi dirinya sehingga ia akhirnya bisa mengetahui batasan-batasan yang baik untuk dirinya kapan ia harus beristirahat dan kapan bisa beraktivitas. “Kalau awal-awal itu seolah-olah MG itu bagi kita sebagai teman, itu teman, tapi kalau kita udah bisa bersahabat dengan MG itu enak, apalagi sudah bisa bersaudara dengan MG kayak senior- senior saya sudah bersaudara itu lebih enak lagi. Aku sekarang Puji Tuhan Alhamdulilah udah mau sampe bersahabat sih, udah bisa tahulah pakemnya kapan harus istirahat kapan aku aktivitas. line 62-70 99 Bentuk penerimaan kondisi dari P3 yang lain adalah dengan cara mengikuti alur penyakitnya karena menurut P3. Menurut P3, MG adalah penyakit yang unik dan tidak bisa ditebak, bisa saja hari ini sehat dan besok tiba-tiba lemah. “Ya walaupun itu ga bisa direncanain juga, itu uniknya MG, hari ini aku sehat belum tentu besok........................ Ya aku ikuti alur aja. ” line 70-76 Dalam menghadapi permasalahan pekerjaan dan aktivitas, P3 mencoba menerima dan menjalani kenyataan tentang aktivitas kesehariannya. P3 mengatakan bahwa apa yang sudah Tuhan berikan untuk hidupnya harus dijalani dan diterima. “sampai hari ini yang masih tak pikirin yang masih kadang terpikirkan tu kesiksa ke mental itu soal kerjaan karena ga kerja belum kerja, ..............Aku lebih seneng jadi marketing, keliling gitu aku seneng. Jogja-Magelang, Jogja-Purworejo, Jogja- Klaten itu udah seneng banget, walaupun naik motor. Tapi ya gitulah, Tuhan ngasihnya kayak gini ya aku harus jalani, ya aku terima, harus terimalah. Kata orang Jawa sumeleh. hehe sing sumeleh. ” line 137-140 P3 juga berusaha menerima respon keluarga yang buruk dengan cara memahami keluarganya dan tetap mendoakan mereka yang berpendapat buruk tentang dirinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100 P3 mengatakan bahwa awalnya ia memang sakit hati dengan respon buruk tersebut. “Awal-awal sakit, sakit hati, tapi lama- lama yaudah, ya doain aja, padahal posisi lagi lemah, lagi ga bisa apa-apa, dikatain kayak gitu coba. line 261-264 Dalam menghadapi hambatan sebagai seorang ayah, walaupun P3 merasa sedih, tetapi ia mencoba menerima kondisi kesehatannya yang menyebabkan ia kesulitan untuk berinteraksi dengan anaknya seperti menggendong dan mengajak berjalan-jalan. “Ya, aku kembalikan ke penyakitku, ya aku sakit gini mau gimana, , ya kadang aku juga sedih ”line 423-424  Focusing on and venting emotion Dalam menghadapi permasalahan respon buruk keluarga, P3 menggunakan emotion focused coping yang berupa focusing on and venting emotion. P3 melakukan meditasi nafas dan itu berdampak baik pada dirinya dalam menghadapi respon buruk. P3 membuang hal-hal negatif yang masuk dalam dirinya termasuk respon keluarga yang buruk sehingga bisa menghadapinya respon buruk dengan bijak. “Tapi istriku tau, trus ngambil istriku, ya itu paling, awal-awal mental yang 101 diserang, mental dulu, mungkin pikiran positif segala macam ya itu membantu kita, termasuk energi-energi positif juga dan pertahankan energi positif dengan meditasi nafas itu untuk mempertahankan energi positif. Karena kita afirmasi kan kalau pas itu kan membuang semua energi negatif dalam tubuh secara tuntas ya, tarik lagi tahan, buang energi negatif dalam tubuh secara tuntas kayak gitu, ya lu mayan, lebih bijaksana dikit.” line 207- 220; 272-281  Behavioral Diseangement P3 saat ini lebih banyak melakukan di rumah terutama pada siang hari, belum ada usaha dari diri P3 untuk melakukan aktivitas yang lain karena masih belum berani dengan sinar matahari. “Aku banyakan jam 10 pagi sampai 4 sore aku di kamar, ga bisa apa-apa dan harus pakai kipas angin juga, ga boleh kena sinar matahari, gerah gitu, ” line 344-348; 355-359

d. Faktor yang mempengaruhi strategi coping

Berbagai strategi coping yang dilakukan oleh P3 dipengaruhi oleh beberapa hal: 1 Positive Beliefs P3 bisa melakukan positive reinterpretation karena memiliki positive beliefs di dalam dirinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102 “Tapi kalau dipikir-pikir juga ga ada penyakit ini pun, suatu hari nanti pun bakal mati semua kan, jadi buat apa kita berkecil hati. ” line 15-16; 113-115; 286-287;320- 328; 331-335 P3 juga mengatakan bahwa penyebab ia cepat sembuh karena ia adalah pasien yang menyenangkan. Hal tersebut adalah bukti bahwa P3 memiliki citra diri yang positif. “Soalnya aku termasuk apa ya, termasuk pasien yang funny sih, funny n funky, hehe rock n roll an,hehe, jadi ya mungkin cepet turun. ” line 204-206 P3 memiliki pandangan positif terhadap MG. P3 mengganggap MG sebagai teman sampai menjadi sahabat. Hal tersebut membantu P3 dalam menyadari batasan-batasan dalam dirinya untuk lebih menjaga kondisi dirinya. “Kalau awal-awal itu seolah-olah MG itu bagi kita sebagai teman, itu teman, tapi kalau kita udah bisa bersahabat dengan MG itu enak, apalagi sudah bisa bersaudara dengan MG kayak senior-senior saya sudah bersaudara itu lebih enak lagi. Aku sekarang Puji Tuhan Alhamdulilah udah mau sampe bersahabat sih, udah bisa tahulah pakemnya kapan harus istirahat kapan aku aktivitas. ” line 62-70 P3 juga memiliki pandangan positif terhadap doa yang dapat menyebabkan ia tetap kuat saat beraktivitas di pimpinan pusat NU. “Kemarin aku bisa empat, aku heran tu, padahal malam minggunya aku di Pakualaman ada pimpinan pusat NU, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103 sampe malam aku di sana, aku pakai taksi, tapi aku di sana sampai malam, paginya malah segar, ga tahu mungkin ada doa, ga tahu haha.. ” line 76-81 P3 dapat menerima kondisi dirinya karena ia memiliki kepercayaan kepada Tuhan bahwa Tuhan akan bersama dirinya jika ia menikmati prosesnya dan berpikiran positif. “ya soalnya, apa ya kalau kita berpikir yang negatif itu, hal-hal negatif tu malah lebih cepet datang. Kalau kita berpikiran negatif malha cepet datang daripada yang positif. Tapi kalau kita berpikiran positif agak lama sih tak akuinlah, kadang-kadang lama datangnya tapi kalau lama itu kita nikmati prosesnya itu sama aja kayak kata orang Katolik, aku kan sering diskusi dengan pendeta Katolik, itu seolah-olah kita hidup di lingkaran kasih Tuhan, jadi kita selalu diberi kedamaian oleh Tuhan dan aku sambungkan ke Islam, Innallaha Maana, sesungguhnya Allah beserta kita, Tuhan bersama kita, kalau katoliknya Immanuel, ada yang berkah dalem dan lain-lain, ternyata itu sama semua hakikatnya, makanya aku ambil positifnya, biar Tuhan selalu sama aku gitu loh. ” line 96-98; 457-471 2 Internal Locus of Control P3 juga memiliki keinginan motivasi untuk sembuh dari penyakitnya, oleh karena itu P3 mau melakukan usaha apapun untuk bisa sembuh misal dengan meminum obat, meditasi nafas, bionergi reiki, dan lain-lain. Hal ini adalah salah satu faktor strategi coping yaitu internal locus of control dimana P3 mau melakukan karena keinginan sendiri. “Ya, motivasi untuk sehat aja sih, untuk sehat lagi.” line 437-438 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104 “Kalau istilah meditasinya tu grounding , meditasi nafas. Sama aku belajar ini baru sebulan ini belajar bioenergi reiki. Di Maguwo ada itu , di Jalan Nangka ada itu. Aku baru belajar itu, cuma aku ga tahu apa itu bisa sembuh apa ga, cuma berusahalah. Soalnya yang remisi ada kok walaupun sedikit. ” line 218-220 3 Social Support  Keluarga Dalam menghadapi penyakitnya ini dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi, faktor utama yang mendukung P3 adalah istri dan anak. “Terus keluarga, anak istri itu juga, soalnya kan istriku tulang punggung juga kan sekarang, otomatis bapakku juga ga bisa ngopeni aku, beliau udah pensiun dari UGM, stroke juga, ya istriku lah yang sekarang, anak istriku lah yang mbuat aku pingin sehat lagi........ Ya yang bikin aku semangat ya mereka berdua ini. hehe ” “Terus ee tapi senyumnya anakku yang bikin secara psikologi itu menyemangati terus tu loh, memotivasi aku untuk gimana caranya aku sehat lagi gitu loh. Kadang senyum yang membuat bahagia. Punya kebahagiaan tersendiri juga sih.” line 84-85; 270-271; 384- 385; 416-420; 431-434; 438-440; 442-452  Lingkungan Bentuk dukungan dari lingkungan juga memiliki pengaruh bagi P3 terutama di saat kondisi P3 sedang menurun. “Aku dulu naik motor, untung masih dalam perumahan jadi mau jemput istriku siang-siang jam dua, panas, naik motor ngengg ke ringroad, 105 sampai deket kecamatan tu lemes tiba-tiba, makin lama makin lemah lemah gitu loh, sampai kecamatan sini kakiku tiba-tiba jatuh dari pijakan kaki degg, udah lemah gitu. Pulang sini, pulang lewat terminal sini sampai masuk perumahan brokk jatuh. Untung di depan satpam gitu, langsung sama warga teriak-teriak satpam “tolong,tolong, tolong”. Bawa ke hotel sini, diminumin air putih udah ga bisa karena udah lelah. ” line 167-178; 303-308; 337-342; 352-354  Komunitas Selain itu, dukungan komunitas juga sangat penting bagi P3 untuk saling menguatkan melalui dukungan-dukungan positif di dalam komunitas. “itulah perlunya komunitas di Myasthenia Gravis kita saling mensupport saling menguatkan. Jadi kita ga boleh sendiri, kita harus punya komunitas, di komunitas kita sharing kita belajar kita tahu ” line 248-252  Teman-teman Dukungan dari teman-teman juga memiliki pengaruh bagi P3 walaupun di satu sisi P3 tidak suka dikasihani. “Tapi ada juga yang ya banyak temen-temen, kebanyakan sih support cuma ya gitu loh aku ga mau dikasihani, ” line 293-294 4 Social Skills Faktor lain yang mempengaruhi strategi coping P3 adalah