Gejala MYASTHENIA GRAVIS 1. Definisi Myasthenia Gravis

27 dilakukan Kohler 2007, beberapa pasien yang menderita MG mengalami kesulitan dalam aktivitas sekolah atau bekerja serta masalah dalam menghadapi kehidupan sehari-hari mereka. Penelitian yang dilakukan Kulaksizoglu 2007 mengatakan bahwa semua penyakit kronis, termasuk MG, memiliki konsekuensi psikologis seperti gangguan kecemasan, meliputi gangguan panik, serta gangguan depresif. Selain itu, menurut Paradis, Friedman, Lazar, et al . 1993, dalam Kulaksizoglu, 2007, perubahan karakteristik pada penderita MG menyebabkan pasien menjadi cepat marah, tegang, dan khawatir. Dalam penelitian yang dilakukan oleh dr. Yudith Rachmadiah 2012, dalam Arpandy Halim, 2013 diketahui bahwa sebagian besar penderita MG memiliki masalah dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena kemampuan otot yang terbatas, seperti berjalan jauh, menaiki tangga, mengangkat barang, berolahraga, memasak, dan lainnya. Masalah-masalah tersebut memunculkan banyak tekanan bagi penderita MG. Kondisi fisik tersebut memunculkan pandangan yang keliru dari orang lain terhadap penderita MG dan menyebabkan dampak psikologis pada penderita.

C. DINAMIKA ANTAR TEORI

Myasthenia Gravis adalah salah satu bentuk penyakit autoimun yang masih jarang terjadi dan tidak bisa disembuhkan Kulaksizoglu, 2007. Penyakit ini menyebabkan kelemahan otot pada penderitanya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 Penderita tidak boleh kelelahan, kepanasan, dan stress karena dapat memicu kambuhnya penyakit. MG menimbulkan kondisi ptosis menurunnya kelopak mata, binocular diplopia penglihatan ganda, dysathria penderita mengalami sulit berbicaracelat, dysphagia sulit menelan, kelemahan pada tangan dan kaki, kesulitan mengunyah permen karet atau daging yang keras, serta kesulitan dalam mengekspresikan wajah dan tersenyum Juel, Vern C Massey, Janice M, 2007. Kondisi- kondisi ini menyebabkan timbulnya permasalahan pada penderita, misal pada aktivitas sehari-hari, kegiatan sekolah, dan pekerjaan. Permasalahan- permasalahan tersebut bisa menyebabkan timbulnya dampak psikologis pada penderitanya, seperti cepat marah, tegang, dan khawatir. Raggi, Leonardi, Mantegazza, Casale, dan Fioravanti 2010, dalam Arpandy Halim, 2013 mengatakan kondisi stress dapat memicu tingkat keparahan penderita. Untuk itulah untuk mengelola permasalahan-permasalahan yang menimbulkan dampak psikologis, dibutuhkan sebuah cara atau metode. Cara atau metode inilah yang disebut dengan strategi coping. Lazarus dan Folkman 1984 mengatakan bahwa ada dua jenis strategi coping, yaitu problem focused coping dan emotion focused coping. Untuk pemilihan strategi coping yang akan digunakan biasanya seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik itu dari diri sendiri maupun dari lingkungan. Jika penderita MG bisa menghadapi permasalahannya dengan menggunakan strategi coping yang dimiliki, maka dapat mencegah atau mengurangi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI