18
menjadi lebih luas, terang dan tidak dirasa sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan humor. Humor memungkinkan individu
yang bersangkutan untuk memandang persoalan dari sudut manusiawinya, sehingga persoalan diartikan secara baru, yaitu
sebagai persoalan yang biasa, wajar dan dialami oleh orang lain juga.
e. Supresi
Kemampuan untuk menekan reaksi mendadak terhadap situasi yang ada sehingga memberikan cukup waktu untuk lebih
menyadari dan memberikan reaksi yang lebih konstruktif. Coping supresi juga mengandaikan individu memiliki kemampuan untuk
mengelola emosi sehingga pada saat tekanan muncul, pikiran sadarnya tetap bisa melakukan kontrol secara baik. Berhitung satu
sampai sepuluh ketika mulai merasakan emosi marah, sampai kepala menjadi dingin kembali sehingga mampu memikirkan
alternatif tindakan yang lebih baik. f.
Toleransi terhadap kedwiartian atau ambiguitas Kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam
kehidupan yang bersifat tidak jelas dan oleh karenanya perlu memberikan ruang bagi ketidakjelasan tersebut. Kemampuan
melakukan toleransi mengandaikan individu sudah memiliki perspektif hidup yang matang, luas dan memiliki rasa aman yang
cukup. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
g. Empati
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari pandangan orang lain. Empati juga mencakup kemampuan untuk menghayati dan
merasakan apa yang dihayati dan dirasakan oleh orang lain. Kemampuan empati
ini memungkinkan individu mampu memperluas dirinya dan menghayati perspektif pengalaman orang
lain sehingga individu yang bersangkutan menjadi semakin kaya dalam kehidupan batinnya.
3. Jenis-jenis Coping Stres Mahasiswa Penulis Skripsi
Adapun jenis-jenis coping stres yang ditemukan oleh Folkman dan Lazarus Safaria dan Saputra, 2009 yaitu:
a. Emotional focused coping adalah suatu usaha untuk mengontrol
respons emosional terhadap situasi yang sangat menekan. 1
Seeking social emotional support. Mencoba untuk memperoleh dukungan secara emosional maupun sosial
dari orang lain. 2
Distancing. Mengeluarkan
upaya kognitif
untuk melepaskan diri dari masalah atau membuat sebuah
harapan positif. 3
Escape avoidance. Menghayal mengenai situasi atau melakukan tindakan untuk menghibur diri dari situasi yang
tidak menyenangkan. Individu memainkan fantasi dan berandai-andai untuk tidak memikirkan masalah atau tidur.
20
4 Self control. Mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri
dalam bertindak untuk menyelesaikan masalah. 5
Accepting responsibility. Menerima masalah yang dihadapi sambil memikirkan jalan keluar permasalahan.
6 Positive reapprasial. Membuat suatu arti positif dari
situasi dalam perkembangan pribadi dengan sifat religius. b.
Problem focused coping adalah usaha untuk mengurangi stressor dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan-
keterampilan yang baru untuk mengubah situasi, keadaan, atau pokok permasalahan. Individu akan cenderung menggunakan
strategi ini apabila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi, Smet Safaria Saputra, 2009.
1 Seeking informational support. Mencoba memperoleh
informasi dari orang lain seperti dokter, psikolog, atau guru. 2
Confrontive coping. Melakukan penyelesaian masalah secara konkret.
3 Planful problem solving. Menganalisis setiap situasi yang
menimbulkan masalah serta berusaha mencari solusi secara langsung terhadap masalah yang dihadapi.
Peneliti menggunakan jenis-jenis coping stres sebagai aspek- aspek dalam penyusunan instrumen.
21
D. Hakekat Stres Mahasiswa Penulis Skripsi
1. Pengertian Stres
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, stres adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh
faktor luar; ketegangan. Menurut Helmi Safaria Saputra, 2009, komponen stres terdiri dari tiga yaitu stressor, proses interaksi, dan
respon stres. Stressor adalah situasi atau stimulus yang mengancam kesejahteraan individu. Respon adalah reaksi yang muncul. Sedangkan
proses stres merupakan mekanisme interaktif yang dimulai dari datangnya stressor sampai munculnya respon stres.
Melalui pendekatan respons stres timbulnya stres, pengertian stres dihubungkan dengan adanya peristiwa yang menekan sehingga
seseorang dalam keadaan tidak berdaya akan menimbulkan dampak negatif, misalnya pusing, tekanan darah tinggi, mudah marah, sedih,
sulit berkonsentrasi, nafsu makan bertambah, sulit tidur, ataupun frekuensi merokok
bertambah. Pendekatan kedua, definisi stres dihubungkan dari sisi stressor sumber stres. Stres dalam hal ini
digambarkan sebagai kekuatan yang menimbulkan tekanan-tekanan dalam diri, stres dalam pendekatan ini muncul jika tekanan yang
dihadapi melebihi optimum Helmi Safaria Saputra, 2009. Hardjana 1994 berasumsi bahwa, stres adalah bentuk
ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan