90
memiliki semangat rendah hati. Katekis yang memiliki kerendahan hati akan menempatkan dirinya sebagai sesama manusia dengan umat lain. Dengan sikap
rendah hati, katekis hadir di semua kalangan umat. Katekis menyapa semua umat sebagai sesama umat Allah dan tidak membeda-bedakan status umat. Katekis
menerima semua umat dengan segala keunikannya. Bila suatu saat dalam pertemuan ada umat yang mengemukakan pendapat yang keliru, katekis tidak
menghakimi umat itu tetapi merangkul dan membimbing umat dengan menyampaikan pendapat yang lebih tepat. Katekis tidak bersikap arogan dan
seolah-olah paling bisa dan tahu segalanya. Bila berhadapan dengan umat yang wawasannya lebih rendah, katekis tidak merasa diri lebih pandai dari yang lain.
Bila berhadapan dengan umat yang memiliki wawasan yang lebih baik, katekis tidak rendah diri tetapi menerima kekurangannya dan mau belajar supaya bisa
mengimbangi pembicaraan umatnya. Sikap rendah hati akan membuat katekis mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga terbangun relasi yang
harmonis antara katekis dengan umat lain.
D. Pembinaan Katekis
Pembinaan katekis saat ini menjadi sangat penting. Congregation for Evangelization of Peoples Komkat KWI, 1997: 43 mengatakan bahwa perlu
ditekankan pembinaan yang dikaitkan dengan kualitas, karena setiap kegiatan kerasulan yang tidak ditunjang oleh tenaga terdidik secara tepat akan gagal.
Pembinaan katekis harus menjadi perhatian karena sebagai pewarta Kabar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Gembira harus memiliki kualitas hidup yang dapat dipertanggungjawabkan untuk memenuhi tugas itu. Pembinaan katekis ini menyangkut pengetahuan, ketrampilan
dan kehidupan rohani agar pewartaanya sungguh berbobot dan dapat dipertanggungjawabkan Prasetya, 2007: 53. Pembinaan katekis tentang
pengetahuan, ketrampilan dan kehidupan rohani harus dilangsungkan terus- menerus. Kitab Hukum Kanonik kanon 780 mengatakan,
“Hendaknya para Ordinaris wilayah berusaha agar para katekis disiapkan dengan sungguh-sungguh untuk dapat melaksanakan tugas mereka dengan
baik, yakni supaya dengan diberikan pendidikan yang terus-menerus mereka memahami dengan baik ajaran Gereja dan mempelajari teoritis dan praktis
norma-norma khas untuk ilmu-
ilmu pendidikan” Pembinaan dan pendidikan untuk katekis dapat menjadi perhatian penting bagi
Gereja karena katekis akan mewartakan Kabar Gembira. Dengan adanya pembinaan dan pendidikan katekis yang berkualitas dan terus-menerus katekis
akan menjadi juru bicara Gereja dalam hal penyampaian iman Gereja secara benar dan bertanggung jawab.
1. Pembinaan Kehidupan Rohani
Pembinaan kehidupan rohani dan kepribadian katekis harus diarahkan kepada “kemampuan untuk menerobos ke dalam jiwa untuk menemukan prinsip dan
sumber identitas katekis, yakni pribadi Yesus Kristus sendiri Komkat KWI, 1997: 44. Katekis harus menempatkan Yesus di dalam jiwanya. Yesus Kristus
dengan segala peri hidup-Nya harus menjadi prinsip dan identitas katekis. Hal ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
karena yang menjadi perhatian utama katekis adalah menyampaikan ajaran dan kehidupan Yesus melalui ajaran dan perilaku hidup mereka.
Pembinaan juga mengarahkan katekis menuju kedewasaan manusiawi. Katekis yang diharapkan adalah seorang pribadi dengan kematangan sebagai
manusia yang sesuai dengan perannya yang penuh tanggung jawab dalam komunitas gerejawi Komkat KWI, 1997: 45. Kematangan sebagai manusia yang
dimaksudkan di atas adalah keseimbangan psikologis, kesehatan yang baik, rasa tanggung jawab, jujur, dinamis, semangat berkorban, tekun, memiliki relasi yang
baik dengan sesama, berpikir terbuka, mampu menyampaikan hiburan dan harapan serta tangkas dalam pekerjaan-pekerjaannya.
Pembinaan juga mengarahkan katekis menuju kehidupan rohani yang mendalam. Untuk bisa mendidik orang lain dalam hal iman, para katekis harus
mempunyai kehidupan rohani yang mendalam Komkat KWI, 1997: 45. Kehidupan rohani akan membawa katekis kepada relasi yang mesra dengan Yesus
dalam setiap segi kehidupannya. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk memperdalam kehidupan rohani yakni; menghadiri Ekaristi secara teratur,
mendaraskan Ibadat Harian, meditasi, doa pribadi, menerima sakaramen pengampunan dosa dan ikut ambil bagian dalam retret rohani baik sebagi peserta
maupun pendamping Komkat KWI, 1997: 46-47. Melalui hidup doa yang mendalam semacam itu para katekis akan memperkaya kehidupan batinnya dan
mengembangkan hidup rohaninya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
2. Pengayaan Harta Kekayaan Iman Gereja
Pembinaan katekis mencakup pembinaan mengenai harta kekayaan iman Gereja. Petemuan Nasional Katekis tahun 2005 di Jakarta merekomendasikan
bahwa katekis harus memiiki pengetahuan yang memadai dan sesuai dengan perkembangan jaman yang menunjang tugas panggilannya Komkat KWI, 2005:
135. Pengetahuan yang dimaksudkan di sini adalah pengetahuan mengenai ajaran Gereja dan ilmu-ilmu manusia human sciences.
Ada kebutuhan yang jelas akan pendidikan yang menyangkut ajaran Gereja karena para katekis pertama-tama harus memahami hakikat ajaran Gereja
sebelum mereka dapat menyampaikan kepada orang lain secara benar Komkat KWI, 1997: 48. Seorang katekis harus memiliki pengetahuan mengenai ajaran
Gereja karena hal ini akan menjadi modalnya untuk menyampaikan ajaran Gereja kepada orang lain sesuai dengan ajaran yang benar. Tidak diharapkan katekis
menyampaikan ajaran Gereja secara kurang tepat karena kurangnya pengetahuan katekis mengenai ajaran Gereja yang benar.
Ajaran-ajaran Gereja yang perlu dipahami oleh katekis adalah pengetahuan mengenai Kateketik, Pastoral, Teologi, Moral, Kitab Suci, Hukum Gereja dan
Liturgi. Semua pengetahuan di atas akan sangat menunjang tugas katekis bukan hanya dalam kegiatan katekese tetapi juga dalam pelayanan pastoral lain seperti
memimpin doa lingkungan dan ibadat mingguan. Pengetahuan mengenai ilmu-ilmu manusiawi antara lain memiliki
pengetahuan tentang perkembangan politik, situasi negara dan perkembangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
iptek. Perkembangan politik perlu menjadi wawasan bagi katekis terutama di Indonesia karena isu-isu politik dapat menjadi bahan katekese yang dibahas
bersama umat sebagai sikap aktif Gereja dalam politik negara. Pengetahuan mengenai situasi negara yang terjadi harus diperbarui oleh katekis agar ia
memahami isu-isu yang terjadi di negara ini entah itu keamanan, ekonomi atau yang lain. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga menjadi perhatian
para katekis. Contoh kecil saja, penggunaan komputerlaptop sebagai sarana untuk berkatekese semakin marak dan mampu menarik minat umat sehingga katekis
perlu mempelajari penggunaan laptop untuk menunjang tugas-tugasnya.
3. Pembinaan Ketrampilan
Selain memiliki kehidupan rohani yang mendalam dan pengetahuan, katekis juga harus memiliki ketrampilan dalam melaksanakan tugasnya. Pertemuan
Nasional Katekis tahun 2015 di Jakarta Komkat KWI, 2005: 135 merumuskan ketrampilan-ketrampilan yang harus dimiliki katekis yakni: ketrampilan
berkomunikasi dan berdialog; ketrampilan berefleksi; ketrampilan menganalisa; ketrampilan menggeluti tanda-tanda jaman dalam terang Kitab Suci; ketrampilan
menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi program kateketik dan pastoral; dan ketrampilan dalam kepemimpinan dan manajemen.
Ketrampilan untuk berkomunikasi dan berdialog perlu dimiliki para katekis karena katekis sebagai public figure harus mampu berkomunikasi dan berdialog
dengan terampil sehingga peserta katekese dapat tertarik untuk mendengarkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
katekis. Kemampuan berefleksi yakni kemampuan untuk menemukan nilai-nilai manusiawi dalam pengalaman sehari-hari, nilai-nilai kristiani dalam Kitab Suci
dan ajaran Gereja kemudian memadukan nilai-nilai kristiani dalam pengalaman hidup sehari-hari Lalu, 2007: 159. Untuk terampil berefleksi katekis perlu
melatih diri misalnya menyempatkan waktu hening sebelum tidur untuk meresapkan apa yang terjadi di hari itu. Katekis harus terampil menganalisa
keadaan. Ia harus mampu membaca tanda-tanda zaman, menganalisa apa yang sebenarnya terjadi dalam terang Kitab Suci.
Kemampuan menganalisa juga dapt digunakan katekis untuk membaca situasi umat sehingga ia dapat menempatakan diri di tengah umat secara tepat. Katekis
juga harus terampil menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi program dan kegaiatan kateketik. Katekis mengerti tema apa yang harus dibawakan dalam
katekese, materi apa saja yang disampaikan, tujuan yang ingin dicapai, metode yang akan dipakai dan sarana apa saja yang menunjang. Katekis juga harus
memiliki jiwa kepimimpinan. Selain menjadi pelayan katekese, katekis juga sering bertugas dalam pelayanan pastoral. Wibawa kepemimpinan diperlukan agar
sebagai katekis tidak dipandang sebelah mata oleh umat dan mampu meyakinkan umat bahwa apa yang disampaikan mengenai ajaran Gereja benar adanya.
Pembinaan katekis harus berlangsung terus-menerus. Para katekis harus tetap membina diri terus-menerus selama seluruh perjalanan pelayanan mereka
Komkat KWI, 1997: 58. Hal ini karena pada kenyataannya pribadi manusia terus berkembang, kehidupan manusia terus berkembang, jaman terus
berkembang dan menuntut para katekis memahami perkembangan yang terjadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
dengan ikut berkembang juga. Pembinaan terus-menerus bukan untuk menggantikan apa yang menjadi dasar pendidikan katekis, tetapi memperkokoh
pendidikan dasar katekis dan penerapannya dalam praktek. Pembinaan dan pendidikan yang terus-menerus harus menjadi perhatian semua pihak yakni pusat-
pusat pastoral, komunitas setempat, keuskupan dan paroki. Pada akhirnya, pembinaan katekis baik itu dasar maupun yang berkelanjutan harus menjadi
perhatian katekis itu sendiri sebagai pelaku karena katekis harus menyadari apa yang manjdi kebutuhan dirinya agar ia dapat mewartakan Kabar Gembira secara
tangguh, tekun dan dapat dipertanggungjawabkan.
E. Penutup