Injil Yohanes 13:1-20 Menggali spiritualitas pelayanan Katekis yang bersumber dari Injil Yohanes 13:1-20.

26 Penggunaan dialog dalam injil Yohanes juga merupakan sastra yang dikenal baik dalam sastra modern dan kuno Jaubert, 1980: 22. Dengan dialog, diungkap Yesus yang dekat dengan para pendengar-Nya. Dialog yang terjadi antara Yesus dengan yang lain mengakibatkan banyak hal salah paham dan salah arti. Hal itu ditegaskan oleh Yohanes untuk menunjukkan pemikiran Yesus yang melampaui manusia, sehingga manusia sulit mengimbangi yang membuat menjadi salah pahamsalah arti. Kiasansimbolik adalah cara berikutnya yang digunakan Yohanes. Kiasan membantu penginjil mengungkapkan sebuah pernyataan lain di balik kiasan itu. Namun hal ini menuntut pembaca memahami dengan seksama apa yang dimaksud dari kiasan itu. Lambang-lambang biasa digunakan oleh orang Yahudi untuk mengungkapkan sesautu yang konkret.

C. Injil Yohanes 13:1-20

Injil Yohanes memasuki bagian Buku Kemuliaan dengan kisah pembasuhan kaki sebagai pembukanya. Yesus menutup perjalanan panjang selama dua tahun berkarya untuk orang banyak dan memasuki akhir dari perjalanan karya-Nya di dunia. Yesus ingin memberikan warisan kepada para murid-Nya sebelum Ia meninggalkan mereka. Warisan yang diberikan Yesus bukanlah harta benda yang dapat hilang dalam waktu singkat, tetapi warisan wejangan-wejangan yang berguna bagi Rasul-rasul dan para pengikut Yesus sampi saat ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 Buku Kemuliaan dimulai dengan kisah pembasuhan kaki. Pembasuhan kaki adalah kisah yang hanya ada dalam Injil Yohanes. Yesus mulai memberikan warisan-Nya kepada Para Rasul juga dalam pembasuhan kaki. Brown 1970: 558 mengatakan “ayat 6-10 mengindikasikan bahwa apa yang Yesus lakukan dalam pembasuhan kaki adalah hal yang perlu karena ingin memberikan nasehatwejangan kepada para murid dan membersihkan dosa mereka.” Apakah sebenarnya warisan yang diberikan Yesus dalam pembasuhan kaki? Jawaban atas pertanyaan itu terus digali oleh para cendikiawan Gereja untuk menemukan warisan-warisan yang diberikan Yesus dalam pembasuhan kaki. Banyak pendapat dari mereka mengenai apa yang Yesus maksudkan dari tindakan pembasuhan kaki hingga diskusi setelahnya. Brown 1970: 560 mengutip dari Boismard mengatakan bahwa “ Moral dan Sakramental adalah dua makna yang dapat ditafsirkan dari perisiwa pembasuhan kaki.” Sejalan dengan pemikiran itu, jika dilihat dengan perspektif moral maka pembasuhan dipandang sebagai tanda kematian Yesus, tanda aksi nyata pelayanan Yesus, tanda akan cinta Yesus dan tanda kerendahan hati Yesus. Jika dilihat dari sudut pandang sakramental, Cullman yang telah menghidupkan kembali teori Loisy dan Bauer W. mengatakan bahwa “pembasuhan kaki merujuk pada Baptis dan Ekaristi Brown, 1970: 559. Ada juga rujukan lain dari pembasuhan kaki yakni Tobat dengan kata kunci dari ayat 10 “.. tidak perlu mencuci seluruh badan kecuali kaki.” Pada tulisan ini kita akan membahas sedalam mungkin untuk menemukan banyak hal yang akan mengantar kita menemukan spiritualitas dari Injil Yohanes 13:1-20. 28 Schnackenburg 1975: 15-27 membagi Yoh. 13:1-20 menjadi empat bagian utama yakni; pendahuluan dan pembasuhan kaki 13:1-5, dialog Yesus dengan Petrus 13:6-11, Pembasuhan Kaki sebagai teladan untuk para murid 13:12-17 dan peringatan pengkhianatan dan penekanan akan iman 13:18-20. Brown 1970: 563-572 membagi Yoh. 13:1-20 menjadi lima bagian yakni; Pendahuluan Buku Kemuliaan 13:1, Pendahuluan Pembasuhan Kaki 13:2-3, Pembasuhan Kaki 13:4-5, Penjelasan Pembasuhan Kaki Dialog 13:6-11 dan Penjelasan Pembasuhan Kaki Diskursus 13:12-20. Berdasarkan Schnackenburg dan Brown, penulis akan membagi Yohanes 13:1-20 menjadi 5 bagian utama yakni:  Pendahuluan 13:1-3  Pembasuhan kaki 13:4-5  Dialog antara Yesus dan Petrus 13:6-11  Diskursuspenjelasan dari Yesus 13:12-17  Peringatan pengkhianatan Yudas 13:18-20 Kita akan membahas per-bagian agar lebih mudah memahami.

1. Pendahuluan ayat 1-3

1. Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. 2. Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia. 3. Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. 29 Peristiwa pembasuhan kaki berada dalam konteks perayaan Paskah. Dalam Yohanes, ini adalah perayaan Paskah yang ketiga bdk. Yoh. 2:13,23; 6:4 sepanjang karya Yesus O’day, 1995: 721. Yesus melakukan pembasuhan kaki dalam sebuah perjamuan makan malam bersama murid-murid-Nya. Perjamuan makan malam diadakan “sebelum hari Raya Paskah mulai” Yoh. 13:1. Tanggal perjamuan malam sebelum wafat Yesus memiliki perbedaan antara Injil Sinoptik dengan Injil Yohanes. Menurut Injil Sinoptik Mrk. 14:12, Mat. 26:17 dan Luk. 22:7 Yesus makan perjamuan Paskah bersama para murid di malam sebelum Dia wafat Brown, 1970: 555. Ketiga Injil Sinoptik menuliskan hampir serupa yakni bahwa hari itu akan diadakan hari raya Roti Tak Beragi, kemudian diceritakan Yesus meminta murid-murid-Nya untuk pergi ke kota dan mempersiapkan tempat perjamuan Paskah yang terakhir bdk. Mrk. 14:14, Mat. 26:18 dan Luk. 22:11. Maka, dapat disimpulkan bahwa perjamuan makan malam sebelum Yesus ditangkap adalah perjamuan Paskah. Injil Yohanes memiliki penanggalan yang berbeda mengenai perjamuan makan malam sebelum Yesus ditangkap. Brown 1970: 555 mengatakan bahwa Yohanes memberikan gambaran waktu perjamuan makan malam terakhir yang berbeda. Perjamuan Terakhir berada dalam periode sebelum Paskah 13:1, dan penghukuman dan penyaliban Yesus ditanggal persiapan Perayaan Paskah , Nisan tanggal 14 Yoh. 18: 28, 39; 19: 14. Jika kita melihat berdasarkan urutan kejadian, kita mulai dari Yoh. 13:1 yang saat itu merupakan makan malam yang disebutkan sebelum Paskah. Setelah Yesus selesai memberi wejangan-wejangan terakhir, Ia berdoa Yoh. 13:21-17:26. Masih malam yang sama kemudian Yesus ditangkap dan dibawa kepada Hanas sampai 30 pagi hingga peristiwa penyangkalan Petrus Yoh. 18:1-27. Saat pagi, Yesus dibawa ke gedung pengadilan tetapi orang Israel tidak ikut masuk yang disebabkan takut najis karena mereka hendak makan Paskah Yoh. 18:28. Yesus kemudian berhadapan dengan Pilatus Yoh. 18:29-19:16a. Dalam Yoh. 18:39 Pilatus memberi hadiah Paskah kepada orang Israel dengan membebaskan tahanan. Dari sini jelas bahwa perayaan Paskah baru akan berlangsung. Untuk lebih jelas, dalam Yoh. 19:14 dikatakan bahwa “hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira- kira jam dua belas.” Maka perjamuan malam yang disertai pembasuhan kaki malam sebelumnya bukan perjamuan Paskah, tetapi perjamuan malam terakhir Yesus bersama murid-murid-Nya. Ayat 1 adalah pendahuluan dari Buku Kemuliaan. Buku Kemuliaan merupakan kisah dimana Yesus akan meninggalkan dunia melalui kematian di salib. Yohanes menuliskan bahwa “Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kep ada Bapa.” Yoh. 13:1. Kata “tahu” memperlihatkan keilahiaan Yesus yang mengetahui rencana Allah yang Agung. Kata “saat-Nya” menunjuk kepada kematian Yesus yang tidak akan lama lagi. Saat kematian Yesus itu sama artinya dengan waktunya memimpin dengan kemuliaan-Nya yang lebih besar Schnackenburg, 1975: 15. Hal ini karena melalui kematian-Nya yang sudah Ia ketahui, Yesus akan mengakhiri aktifitas- Nya di dunia ini dan akan kembali kepada Bapa. Bersama Bapa-Nya Yesus akan melakukan pekerjaan menyelamatkan manusia sebagai Putra Allah Yang Tunggal yang sudah tidak lagi berwujud manusia. Kematian Yesus bukan merupakan akhir dari hidup Yesus. Melalui kebangkitan-Nya, Yesus mengalahkan maut dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 melalui kenaikan-Nya ke surga Ia dipermuliakan sebagai Anak Tunggal Allah, Sang Penebus Dosa. Yesus akan memimpin para murid dan dunia dengan kemuliaan Putra Bapa yang duduk di sisi kanan Bapa. Kematiaan Yesus menandakan untuk kembali kepada Bapa. Apapun yang berasal dari Bapa akan kembali kepada Bapa, maka Yesus yang berasal dari Bapa akan kembali kepada Bapa melalui jalan terjal dan kematian. Di frase kedua Yesus menunjukkan cinta-Nya kepada siapapun dan sampai selama-lamanya. Frase kedua 1b. Sama seperti Ia senatiasa mengasihi murid- murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya merupakan pendahuluan dari pembasuhan kaki dan perjamuan terakhir karena di sana Yesus menunjukkan cinta-Nya yang begitu besar kepada para murid. Yesus mencintai semua orang. Kematiaan-Nya bukan semata untuk para murid dan orang-orang dekat Yesus tetapi untuk semua orang demi penebusan dosa dunia. Kata “mereka” menunjuk kepada siapa yang mencintai, mendengarkan dan mengikuti jalan-Nya Schnackenburg, 1975: 16. Yesus mencintai sampai pada kesudahan-Nya merupakan tanda bagaimana kualitas cinta Yesus O’day, 1995: 721. Cinta yang ditunjukkan Yesus adalah cinta seorang gembala kepada dombanya yang akan mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi domba-domba yang dicintainya. Yesus melakukan tindakan cinta itu pada saat pembasuhan kaki. Tetapi bukti cinta sampai akhir akan diwujudkan ketika Ia menyerahkan hidup-Nya di kayu salib. Ayat 2 dan 3 adalah pendahuluan pembasuhan kaki. Sekalipun ayat 1 juga demikian, dalam ayat 2 dan 3 tampak lebih jelas. Dalam ayat 2 dikisahkan bahwa 32 mereka sedang makan bersama dan saat yang bersamaan iblis membisikkan rencana kepada Yudas untuk mengkhianati Yesus. Mengenai saat iblis membisikkan rencana pengkhianatan kepada Yudas, Injil Yohanes berbeda dengan Injil Sinoptik. Injil Sinoptik menceritakan bahwa Yudas telah dibisikkan rencana untuk mengkhianati Yesus dan melakukannya sebelum perjamuan makan malam berlangsung bdk. Mat. 26:14-16, Mrk. 14:10-11, Luk. 23:3-6. Dalam Injil Sinoptik, Yesus mengatakan tentang pengkhianatan akan diriNya saat makan bersama. Yohanes mengisahkan bahwa iblis baru membisikkan rencana pengkhianatan saat mereka makan bersama dan akan dilaksanakan dalam ayat 27. Pengkhianatan masuk dalam ayat 2 yang sudah masuk dalam buku kemuliaan, sehingga pembaca dapat menghubungkan pembasuhan kaki dan kematian Yesus secara lebih jelas Brown, 1970: 563. “Yesus tahu” dalam ayat 3, dapat menunjukkan 2 hal sekaligus. Yesus mengetahui bahwa iblis telah membisikkan rencana pengkhianatan kepada Yudas dan Yesus juga tahu bahwa Ia diberi kuasa untuk memilih jalan-Nya oleh Bapa. Yohanes menunjukkan kekuatan dan kemuliaan Yesus melalui ini. Kita tidak perlu kaget dengan kemuliaan, kekuatan dan pengetahuan Yesus. Kita sudah mengetahuinya dalam ayat 1 melalui kata “saatnya” yang menunjukkan pengetahuan Yesus, dan bahwa diri-Nya akan dipermuliakan pada nantinya. Yesus diberi kuasa oleh Bapa untuk menentukan nasib-Nya sendiri. Yesus tahu bahwa bisa saja Ia menolak kematian yang menghadang di depan, tetapi Ia adalah Putra yang taat kepada Bapa. Kedatangan-Nya di dunia memiliki tujuan dan Ia akan menyelesaikan tujuan itu sekalipun Ia harus melalui kematian. Yesus berasal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 dari Bapa dan akan kembali kepada Bapa. Frase ini menunjukkan hubungan erat antara Yesus dengan Bapa. Hal ini seperti menegaskan bahwa Yesus adalah Putra Bapa yang berasal dari Bapa, datang ke dunia menyelesaikan tugas dari Bapa- Nya. Saat semua tugas telah selesai, Ia akan kembali ke rumah, kembali kepada Bapa-Nya. Yesus memiliki kekuatan yang besar, tetapi Ia akan menunjukkan sesuatu dari sisi yang lain dari kekuatan-Nya. Pada saat pembasuhan kaki nantinya, sekalipun Yesus memiliki kekuatan dan kemuliaan yang jauh lebih besar dari manusia, Ia menunjukkan kerendahan hati seorang pelayan kepada para murid-Nya.

2. Pembasuhan kaki ayat 4-5

4 Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, 5 kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid- murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu Pembasuhan kaki merupakan sebuah tradisi Yahudi. Dalam tradisi Yahudi, jika seorang tamu akan memasuki rumah seorang tuan rumah, sebelum masuk rumah budakhamba akan membersihkan kaki mereka dengan membasuh dan mengeringkan karena te lah kotor selama dalam perjalanan O’day, 1995: 722. Sebagai tanda pengabdian, kadang murid-murid akan memberikan layanan ini kepada guru atau rabbi mereka Brown, 1970: 565. Dengan kata lain, pembasuhan kaki merupakan bentuk pelayanan kepada orang yang memiliki status sosial yang lebih tinggi dari yang membasuh. Yesus memiliki pandangan yang berbeda dengan tradisi ini. Ia merubah hal ini secara luar biasa, yakni pelayanan dilakukan oleh guru kepada murid. 34 Perubahan yang dilakukan Yesus bukan hanya menggetarkan hati para murid, tetapi juga banyak orang setelah membaca Injil ini. Bagaimana bisa seorang Guru yang bahkan Tuhan merunduk dan membasuh kaki murid-Nya yang hanya manusia biasa? Yang perlu kita ingat bahwa Yesus dalam hal ini sedang memberikan warisan kepada murid-murid-Nya. Bisa jadi ini adalah warisan juga dari Yesus. Warisan macam apa yang diberikan Yesus akan dijelaskan oleh Yesus melalui dialog dengan Petrus dan penjelasan-Nya secara langsung. Yesus membasuh kaki para murid tanpa basa-basi atau pendahuluan. Ia langsung bangkit dan menanggalkan jubah-Nya dan mengikatkan kain lenan di pinggang-Nya. Yesus menanggalkan pakaian luar-Nya adalah kata kerja sama yang digunakan oleh Yesus untuk menggambarkan meletakkanmenyerahkan nyawa-Nya O’day, 1995: 722. Jubah adalah tanda kebesaran seseorang bagi si pemakai. Dengan Yesus menanggalkan jubah-Nya, maka Ia juga menanggalkan segala kebesaran yang Ia punya. Kemudian Ia mengikatkan kain lenan di pinggan- Nya. Kain lenan digunakan oleh budak untuk mengeringkan kaki para tamu setelah dibasuh. Yesus merendahkan diri dan mengambil rupa seorang hamba Brown, 1970: 564. Tindakan Yesus yang menanggalkan jubah yang diteruskan dengan mengikatkan kain lenan berurutan. Ia meninggalkan kemuliaan yang Ia punya kemudian mengambil peran seorang hamba yang akan melayani murid- Nya. Ketika Yesus mengikat dirinya dengan kain lenan, dia menganggap posisi hamba, tetapi tindakan keramahan yang ditunjukkan adalah tindakan dari tuan rumah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 Yesus menuangkan air ayat 5 menandakan Ia mulai membasuh kaki para murid satu demi satu. Penggunaan air di sini dapat melambangkan sebuah pembaptisan. Yesus menggunakan air untuk membersihkan kaki para murid dari debu. Bila kita hubungkan dengan pembaptisan, Yesus membersihkan para murid dari dosa. Yesus mempunyai dua peran dalam pembasuhan kaki yakni sebagai hamba dan tuan rumah. Ketika Yesus membasuh kaki dan menyeka dengan kain lenan Ia mengambil peran seorang hamba, tetapi saat Ia memberikan keramahan saat pembasuhan Yesus mengambil peran tuan rumah yang menyambut tamu O’day, 1995: 722-723. Tidak begitu jelas mengapa Yesus membasuh kaki di tengah- tengah perjamuan. Brown 1970: 565 mengatakan,”Pembasuhan kaki harusnya dilakukan saat akan masuk ke dalam rumah, bukan dilakukan saat sedang makan. Bisa jadi ini memang dimaksudkan Yesus akan melakukan tindakan ini saat semua murid berkumpul jadi lebih mudah juga untuk menjelaskan langsung kepada semua. Yesus tidak akan melakukan tindakan tanpa maksud, kemungkinan pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus bukan dimaksudkan untuk mengubah tradisi, tetapi tentang cinta Yesus kepada murid- murid-Nya.

3. Dialog antara Yesus dengan Petrus ayat 6-11

6. Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku? 7. Jawab Yesus kepadanya: Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak. 8. Kata Petrus kepada-Nya: Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya. Jawab Yesus: Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku. 9. Kata Simon Petrus kepada-Nya: Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku 10. Kata Yesus kepadanya: Barangsiapa telah 36 mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua. 11. Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: Tidak semua kamu bersih. Percakapan antara Petrus dengan Yesus dalam pembasuhan kaki menjadi awal dari penafsiran maksud pembasuhan kaki. Brown 1970: 565 mengatakan bahwa sulit menentukan apakah Petrus menanggapi tindakan Yesus untuk mewakili para murid yang lain atau untuk dirinya sendiri. Petrus menolak ketika Yesus tiba untuk membasuh kakiknya karena Ia mengerti bahwa Yesus adalah Tuhan dan Gurunya Riyadi, 2011: 303. Sebagai seorang Yahudi, Petrus sangat paham mengenai posisi dan status sosial. Yesus memiliki status yang lebih tinggi dari Petrus. Ia Guru dan bahkan Tuhan, maka jelas Petrus tidak mau orang yang sangat Ia hormati berlutut dan membasuh kakinya. Petrus dalam posisi yang sulit. Ia ingin menunjukkan rasa hormatnya kepada Yesus dengan menolak dibasuh karena Petrus merasa tak layak mendapat perlakukan seperti itu dari Yesus. Yohanes seperti sebelumnya menggambarkan murid-murid Yesus adalah orang- orang yang sangat sulit memahami setiap tindakan Yesus Schnackenburg, 1975: 18. Percakapan Petrus dan Yesus menjadi bukti nyata mengenai pendapat ini. Gail R. O’day 1995: 722 mengetengahkan pendapat bahwa “yang dapat menjadi perhatian dari ayat 6 adalah Yesus membasuh kaki Petrus di urutan pertama seperti yang diyakini Agustinus atau terakhir seperti yang diyakini Origen”. Jika Petrus yang pertama bisa jadi sikapnya mempengaruhi murid lain, tetapi jika Petrus yang terakhir bisa jadi ia terpengaruh oleh yang lain. Tetapi berdasarkan keyakinan penulis, jika kita melihat awal dari ayat 6 Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus dengan melihat ayat 5 bagian akhir dan mulai membasuh kaki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 murid-murid-Nya, Petrus tidak berada pada urutan pertama. Penulis setuju dengan Origen bahwa Petrus berada pada urutan terakhir karena setelah berdialog dengan Petrus, Yesus menyudahi pembasuhan kaki. Petrus adalah orang yang keras kepala, penulis meyakini sekalipun terakhir Petrus tidak terpengaruh murid lain. Petrus memiliki prinsip yang kuat, pendirian yang teguh, itu sebabnya Petrus ditunjuk menjadi batu penjuru Gereja. Yesus memberi jawaban atas penolakan yang dilakukan Petrus. Yesus mengatakan dengan jelas bahwa yang dilakukan-Nya adalah sebuah tindakan simbolik. Tindakan yang dilakukan Yesus memiliki makna tersembunyi yang akan dipahami murid-murid- Nya kelak. Yesus berkata “..., tetapi engkau akan mengerti kelak.”, adalah sebuah simbol kematian-Nya. Para murid benar-benar paham dengan semua yang dilakukan Yesus setelah kematian Yesus. Dengan bantuan Roh Kudus, para murid akan memahami setiap ajaran Yesus dengan mengingat-ingat kembali setelah Yesus kembali kepada Bapa. Brown 1970: 565 dalam bukunya mengatakan,”Yesus melakukan pelajaran dalam tindakan tentang kerendahan hati kepada para murid agar lebih mudah dimengerti.” Yohanes memberi perhatian bahwa yang dilakukan Yesus mengandung pelajaran berharga, tidak hanya tindakan yang terjadi begitu saja tanpa maksud dan tujuan. Petrus masih mempertahankan argumen bahwa Yesus adalah Guru dan Tuhan yang harus dihormati. Petrus masih sungkan kalau harus dilayani oleh Yesus, karena kesehariaannya dia bersama murid lain melayani Yesus. Brown 1970: 565 berpendapat bahwa “pembasuhan kaki sangat penting karena tanpa ini para murid akan kehilangan warisan dari Yesus.” Karena begitu pentingnya 38 pembasuhan kaki, Yesus sampai memberikan pilihan yang sulit kepada Petrus agar ia menerima pembasuhan kaki ini. Yesus melepas batas sosial dalam pembasuhan kaki. Ia tidak memperlihatkan bahwa Ia harus dilayani, tetapi juga melayani. Jikalau ingin mendapat bagian dari Yesus, tidak lain jalannya adalah mengikuti Yesus dan segala tindakan-Nya. Brown 1970: 548 mengutip Injil di ayat 8 yang berbunyi, Peter replied,”You shall not wash my feet-ever” “If I do not wash you,” Jesus answered, “you will have no heritage with me.” Sedangkan Schnackenburg 1975: 18 mengutip Injil di ayat 8 yang berbunyi , Peter said to him,’You shall never wash my feet’. Jesus answered him,’If I do not wash you, you have no part in me’. Penulis menggaris bawahi kata “heritage” yang berarti warisan dan “part” yang berarti bagian dari kedua kutipan di atas untuk memberi penekanan kedua kata ini masing-masing menjadi pokok dari kalimat di ayat 8. Penulis menganggap bahwa kata “warisan” dan “bagian” bisa kita artikan sama yakni sesuatu yang diberikan Yesus jika Petrus menerima pembasuhan kaki dari Yesus. Petrus sadar dengan teguran Yesus ay. 8. Jika ia menolak untuk dibasuh, bisa saja ia akan kehilangan hubungan dengan Yesus yang bisa menyebabkan kehilangan warisan yang dibagikan Yesus. Schnackenburg 1975: 19 mengatakan bahwa,”sepertinya Petrus mulai mengerti, tetapi itu dapat menjadi dugaan yang salah dari maksud perkataan Yesus bahwa yang sebenarnya Dia berikan adalah diri-Nya sendiri dalam kematian dan aksi keselamatan melalui kematian itu digambarkan dalam pembasuhan.” Brown 1970: 566 mengatakan bahwa Petrus berfikir kalau dengan dibasuh kaki ia mendapatkan bagian dari Yesus, ia ingin 39 mendapatkan lebih dengan meminta dibasuh tangan juga kakinya ay. 9. Pernyataan Petrus semakin menegaskan bahwa yang dilakukan Yesus belum dipahami sebagai sebuah simbol, bukan faktanya seperti itu. Petrus menganggap pembasuhan kaki adalah sebuah kekuatan, padahal Yesus menekankan hubungan erat dengan para murid melalui aksi pembasuhan kaki ini. Brown, Schnackenburg dan O’day berpendapat hampir serupa bahwa ayat 10a dipandang sebagai Baptis. Yesus yang mengatakan “Barangsiapa telah mandi, ia tid ak usah membasuh diri lagi..”, memberi gambaran bahwa mandi adalah kata yang menunjuk pada pembaptisan. Brown 1970: 567 membedakan mandi Pembaptisan murid-murid yang telah dipunyai, misalnya, oleh Yohanes Pembaptis dan pembasuhan kaki pengampunan terh adap dosa. “kecuali kaki” 10a yang dikatakan Yesus sulit untuk dipahami. Jika memang tidak perlu membasuh mengapa kaki menjadi pengecualian? Schnackenburg 1975: 20 yang mengutip pendapat Bultman menarik kesimpulan bahwa,”seseorang yang telah mandi bel um bersih secara keseluruhan.” Jika dalam perjalanan terkena debu, maka ia menjadi kotor kembali. Namun tidak semua bagian tubuhnya kotor, yang paling mungkin kotor adalah kaki yang bersentuhan langsung dengan tanah. Kita tahu bahwa di Timur Tengah didominasi oleh tanah berpasir. Cara berpakaian orang-orang Yahudi dan sekitarnya mengikuti kondisi alam. Mereka menggunakan pakaian yang hampir menutupi seluruh tubuhnya kecuali matawajah dan kaki. Setiap orang yang sudah dibaptis tidak perlu meminta baptis untuk membersihkan dirinya, tetapi hanya perlu melakukan pertobatan. Ayat 10a jika 40 dihubungkan dengan sakamen yakni sakramen Baptis membersihkan dari dosa dan sakramen tobat akan mebersihkan kita dari dosa bila kita jatuh lagi Brown 1970: 568. Seorang Katolik akan menerima Sakramen Tobat setelah menerima Sakaramen Baptis. Hal ini tidak berlaku sebaliknya karena dengan Pembaptisan kita dibersihkan dari dosa asal yang diwariskan Adam dan Hawa, tetapi sebagai manusia akan mudah jatuh ke dalam dosa maka manusia memerlukan pertobatan untuk memperbaiki hubungan yang rusak akibat dosa. Schnackenburg 1975: 21 mengatakan bahwa “Yesus mengingatkan Petrus dan para murid yang lain bahwa mereka sudah sudah mandi tidak perlu meminta mandi lagi.” Mereka saat ini sudah bersih. Bersih di sini bukan hanya milik Petrus saja tetapi semua yang hadir dalam pembasuhan kaki. Karena pembasuhan kaki mereka saat ini sudah bersih hanya saja “tidak semua”. Kata pengecualian dari Yesus mengingatkan kita pada ayat 2. Yudas telah dibisikkan tentang rencana jahat untuk mengkhianati Yesus. Yesus yang tahu akan semuanya mengatakan ini berkaitan dengan hati Yudas yang telah dipenuhi pengkhianatan.

4. Diskursuspenjelasan dari Yesus ayat 12-17

12 Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? 13 Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. 14 Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; 15 sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. 16 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. 17 Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 Yesus telah menyelesaikan tindakan pembasuhan kaki. Yang perlu diingat lagi bahwa ketika berdialog dengan Petrus pembasuhan kaki masih berlangsung. Dalam ay. 12 ditekankan bahwa Yesus telah menyelesaikan pembasuhan kaki para murid dan mengenakan kembali jubah-Nya. Yesus mengenakan jubah-Nya berarti mengembalikan kemuliaan yang sebelumnya telah dilepas Schnackenburg, 1975: 23 dan mengambil peran-Nya sebagai guru dan Tuhan. Brown 1970: 569 berpendapatan bahwa dengan selesainya pembasuhan kaki maka selesai juga contoh yang diberikan oleh Yesus kepada para murid. Yang menjadi pertanyaan sudah mengertikah para murid saat ini? Untuk menegaskan itu, Yesus bertanya kepada para murid mengenai pengertian para murid tentang semua itu. Para murid tidak ada yang menjawab pertanyaan ini maka dapat dipastikan mereka tidak mengerti apa maksud dari tindakan Yesus ini. Ayat 12-17 masih memiliki fokus yang sama dengan ayat 6-10 yakni tentang interpretasi dari pembasuhan kaki. Tetapi jika diperhatikan ada perbedaan interpretasi dari keduanya. Ayat 6-10 menekankan bahwa para murid harus menerima tindakan pembasuhan kaki sedangkan ayat 12-17 menekankan bahwa para murid harus meniru pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus. Maka ayat 12- 17 akan berfokus pada kewajiban mengikuti teladan Yesus. Yang istimewa adalah Yesus menjelaskan langsung tidak dengan simbol-simbol seperti biasanya dalam Injil Yohanes. Yesus mengingatkan kembali kepada para murid mengenai siapa diri-Nya. Guru dan Tuhan adalah panggilan yang disematkan para murid kepada Yesus. Gail R. O’day 1995: 726 memberikan pemikiran bahwa seharusnya yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 memiliki posisi sebagai Guru dan Tuan Tuhan dilayani oleh pengikutnya, tetapi pembasuhan kaki merubah pandangan itu. Yesus menegaskan kembali bahwa sekalipun telah melakukan tindakan serang hamba, tetapi Yesus tetaplah Guru dan Tuhan yang diakui para murid. Dalam ayat 13 Yesus menegaskan kembali kemuliaan-Nya yang besar. Penegasan mengenai siapa Yesus dimata para murid ay. 13 digunakan untuk memberi penekanan mengenai teladan untuk mengikuti tindakan pembasuhan kaki. Seorang guru yang dipercaya tindakan dan perkataannya akan diteladani oleh para muridnya. Yesus tidak diragukan lagi mengenai kebenaran-Nya. Gail R. O’day 1995: 726 berpendapat bahwa yang menjadi kebenaran Guru haruslah menjadi kebenaran bagi para muridnya juga. Pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus adalah kebenaran maka tindakan ini juga harus dilakukan oleh para murid. Yesus mengatakan langsung bahwa pembasuhan kaki adalah sebuah teladan dari- Nya untuk para murid. Yesus adalah seorang guru yang tidak hanya berkata mengenai kebaikan dan kasih, lebih dari sekedar kata-kata Yesus mempraktekkan langsung apa yang Ia ajarkan. Ia tidak sungkan sama sekali memberi contoh bagaimana cinta kasih itu diwujudnyatakan. Yesus Kristus bukan sekedar profesor moral mengajarkan kaidah-kaidah tingkah laku Kristen, atau sebagai petunjuk jalan yang tidak pernah berjalan sendiri, melainkan contoh perjuangan hidup manusia beriman Darmawijaya, 1988: 96. Menjadi orang Kristen bukan hanya mendengarkan perkataan-Nya yang telah dibukukan dalam Injil, ataupun mendengarkan kisah-Nya dari cerita atau film, tetapi mengikuti apa yang Ia lakukan karena yang Ia lakukan adalah contoh hidup orang Kristiani yang benar. 43 Di ayat 16 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. kita harus berfikir lebih karena ayat ini seperti tidak terhubung dengan cerita sebelumnya. Brown 1970: 569 mengatakan “..., kemungkinan itu ayat 16 bukan bagian asli dari penjelasan tentang pembasuhan kaki.” Schnackenburg 1975: 25 mengatakan “Editor Yohanes bisa jadi hanya mendapat pengetahuan dari tradisi oral atau dari tradisi lain. Kedua pendapat ini dapat dijadikan sumber untuk mempertegas bahwa ayat 16 adalah hasil dari editorial Injil Yohanes. Terlepas itu editorial atau asli kita sudah menerima Injil Yohanes dengan ayat 16 di dalamnya. Yang paling mungkin kita lakukan adalah menemukan makna yang terkandung dari ayat 16 ini. Ayat 16 memiliki kesamaan dengan Mat. 10: 24-25 dan Luk. 6: 40 yang membahas perbandingan antara guru dengan murid, tuan dengan hamba serta utusan dengan yang mengutus. Semuanya menunjukkan komparasi status sosial yang lebih besar dan yang lebih kecil. Bila dibaca sekilas, ayat-ayat itu seperti ingin mengatakan yang kecil tidak mungkin melampaui dari yang lebih besar. Penafsiran semacam itu akan mengarah kepada pesimistis. Yesus tidak mungkin mengatakan demikian untuk merendahkan murid-Nya. Beberapa ahli menafsirkan secara lebih positif ayat-ayat tersebut. Schnackenburg 1975: 25 mengatakan bahwa “..., bukan hanya soal kepercayaan dari yang mengutus, tetapi menjadikan kedekatan hubungan dengan dia yang mengutus dan komitmen kepada dia.” Seorang utusan harus berkomitmen dengan hal untuk apa ia diutus. Menjadi seorang utusan tidak boleh ragu-ragu karena ia membawa pesan dari yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 mengutus. Apapun yang terjadi, apapun resikonya utusan wajib sampai pada tujuan dimana ia diutus. Itulah komitmen seorang utusan. Mengapa seorang utusan tidak lebih besar dari yang mengutus? Logikanya, seorang utusan membawa pesan dari yang mengutus. Pesan itu berasal dari yang mengutus, tugas utusan adalah menyampaikan pesan yang mengutus secara benar. Maka suara utusan adalah suara yang mengutus, tidak lebih tidak kurang. Sudah dapat dipastikan utusan sama dengan yang mengutus, karena utusan adalah perwujudan dari yang mengutus. Teladan seorang guru itu sangat dianjurkan untuk dilakukan oleh murid- murid-Nya juga. Brown 1970: 570 berpendapat bahwa ayat 12 dan 17 menekankan pada para murid yang mulai paham bahwa pembasuhan kaki adalah contoh dari sikap kerendahan hati. Penjelasan mengenai pembasuhan kaki telah dilakukan oleh Yesus, kini para murid sudah mulai mengerti maksudnya. Yesus menekankan bahwa mengerti saja tidaklah cukup. Yesus telah mengatakan dalam ayat 14-15 bahwa pembasuhan kaki adalah teladan, jika sudah mengerti maksudnya maka haruslah diikuti teladan itu. Gail R. O’day 1995: 726 mengatakan bahwa “... para murid akan terberkati jika mereka mengikuti teladan Yesus dalam cinta dan pelay anan.” Pembasuhan kaki dalam konteks pelayanan dan cinta akan menghadirkan berkat bagi yang melakukan. Ayat 17 menjadi semacam perintah tidak langsung kepada para murid untuk saling membasuh kaki. Ayat 17 juga menunjukkan bahwa para murid mulai mengerti yang Yesus maksudkan dari pembasuhan kaki itu. Yesus menjanjikan kebahagiaan kepada orang yang paham maksud dari pembasuhan kaki sekaligus mau melakukan juga. 45

5. Peringatan pengkhianatan Yudas ayat 18-20

18 Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku. 19 Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia. 20 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku. Bagian ini adalah pembicaraan terakhir dalam konteks pembasuhan kaki. Pembahasan berulang mengenai pengkhianatan Yesus. Dalam peristiwa pembasuhan kaki, penginjil mengemukakan 3 kali mengenai hal pengkhianatan yakni; ayat 2, 11 dan 18. Bisa ditangkap ini adalah sebuah proses pengkhianatan. Dalam ayat 2 iblis baru membisikkan untuk mengkhianati Yesus. Ayat 2 hanya sebatas rencana. Ayat 11 Yesus telah tahu rencana pengkhianatan Yudas dengan ungkapan “tidak semua kamu bersih.” Tidak secara eksplisit Yesus mengatakan tentang pengkhianatan. Dalam ayat 18 Yesus secara lebih jelas mengatakan bahwa ada salah satu murid yang akan menyerahkan Dia kepada musuh. Yesus tidak ingin para murid salah menangkap tentang perkataan-Nya. Ia memberi petunjuk bahwa pembicaraan tentang pengkhianatan bukan ditunjukkan kepada semua murid tetapi salah satu murid yang telah dibisiki iblis yakni Yudas. Di ayat 18b Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku Yesus juga memberi penjelasan mengenai murid yang mengkhianati-Nya. Ia mempertegas bahwa diri-Nya tidak salah memilih murid. Yudas dipilih bukan karena ia jahat. Yang Dia lakukan adalah menerima pengkhianatan Yudas untuk menggenapi nas. Yesus bisa saja 46 melakukan tindakan untuk mencegah pengkhianatan itu sehingga Ia selamat dari kematian, tetapi Ia sadar bahwa diri-Nya adalah utusan Bapa yang akan menggenapi segala nas yang telah tertulis. Di ayat 19 Yesus menunjukkan keilahian bahwa diri-Nya mengetahui segala yang akan terjadi. Eko Riyadi 2011: 307 mengatakan bahwa “Yesus mengatakan itu demi para murid, yakni supaya mereka tida k goncang kalau hal itu terjadi.” Ia ingin para murid tidak panik dan ketakutan jika suatu hal yang di luar dugaan mereka akan terjadi. Ia sudah memberitahu sebelumnya. Ayat ini juga berhubungan dengan persitiwa kematian Yesus. Kata “jika hal itu terjadi” Yoh 13:19 menunjuk pada jika kematian datang atas diri-Nya seperti yang Ia sudah ketahui dalam ayat 1 Yesus telah tahu bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa, Ia sudah membaritahu bahwa Yesuslah Mesias yang menebus dosa manusia dengan darah-Nya. Para murid tidak perlu takut dan hanya perlu percaya kepada-Nya. Yesus sudah sering memberitahu bahwa Putra Allah akan dikorbankan untuk menebus dosa manusia. Jika hal itu terjadi, para murid akan percaya penuh bahwa Yesuslah Putra Allah tersebut. Di akhir kisah Yesus kembali memberi penekanan mengenai hubungan-Nya dengan Allah Bapa dan para murid. Gail R. O’day 1995: 726 mengatakan bahwa “Apa yang Tuhan lakukan kepada Yesus mengirim Dia ke dunia, Yesus kini lakukan kepada para murid. Para murid mendapatkan pekerjaan dari Yesus, yang mana berarti mereka mendapat pekerjaan dari Tuhan.” Ayat ini juga mengandung pesan siapapun yang menerima Yesus berarti menerima Allah Bapa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 Berbahagialah yang memiliki kedekatan hubungan dengan Yesus karena berarti memiliki hubungan kedekatan dengan Allah Bapa.

D. Spiritualitas yang bersumber dari Yohanes 13:1-20