47
Berbahagialah yang memiliki kedekatan hubungan dengan Yesus karena berarti memiliki hubungan kedekatan dengan Allah Bapa.
D. Spiritualitas yang bersumber dari Yohanes 13:1-20
Yesus adalah Guru dan Tuhan. Ia ingin ajaran-Nya dilaksanakan dan tindakan-Nya diteladani oleh murid-Nya. Murid Yesus bukan hanya Para Rasul
yang berjumlah 12 orang, tetapi siapapun yang mencintai dan melayani Dia. Sebagai murid Yesus, kita juga harus melaksanakan ajaran-Nya dan meneladani
tindakan-Nya. Ajaran dan tindakan Yesus dapat kita temukan dalam Injil sebagai sumber utama kisah perjalanan hidup Yesus di dunia. Banyak kisah Yesus yang
mengandung banyak makna tertuang dalam keempat Injil; Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.
Brown 1970: 558 mengatakan bahwa, “sebagian kecil umat Kristiani mengartikan pembasuhan kaki secara harafiah dan menganggap pembasuhan kaki
sebagai praktek wajib saja, dan ada yang beranggapan sebagai hal yang terpuji karena mau ambil bagian dalam upacara Kamis Putih.” Sebagai umat Kristiani
kita belum memahami pembasuhan kaki secara lebih mendalam. Pembasuhan kaki bukanlah sebuah kisah yang hanya baik untuk dilakukan. Pembasuhan kaki
bukan hanya sekedar pelengkap dalam upacara liturgi Kamis Putih. Kita perlu menggali lebih dalam makna pembasuhan kaki, sehingga pembasuhan kaki tidak
hanya sekedar upacara saja, melainkan mengerti dan mendalami makna pembasuhan kaki untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kisah
pembasuhan kaki yang telah dibahas sebelumnya, kita akan menggali lebih jauh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
mengenai spiritualitas yang dapat kita temukan di dalamnya. Spiritualitas yang kita dapatkan melalui kisah pembasuhan kaki yakni:
1. Penuh Cinta
Cinta bukan hanya sekedar kata-kata karena cinta membutuhkan tindakan nyata. Dalam peristiwa pembasuhan kaki ayat 1, Yesus memiliki cinta yang
begitu besar kepada para murid. Yesus mencintai murd-murid-Nya sampai selama-lamaNya. Cinta yang ditunjukkan Yesus adalah cinta seorang gembala
kepada dombanya yang akan mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi domba-domba yang dicintainya. Yesus melakukan tindakan cinta itu pada saat
pembasuhan kaki. Tetapi bukti cinta sampai akhir akan diwujudkan ketika Ia menyerahkan hidup-Nya di kayu salib. Yesus mencintai semua orang dengan
begitu besar sampai Ia rela memberikan nyawa-Nya untuk manusia. Cinta Yesus tidak diragukan lagi oleh kita, yang menjadi perhatian bagi kita para murid Yesus
adalah meniru dan mengamalkan teladan cinta Yesus di dalam tindakan kita sehari-hari.
Tindakan nyata Yesus juga tertuang ketika Ia membasuh kaki murid-murid- Nya. Cinta Yesus menggerakkan diri-Nya untuk dengan rela membersihkan kaki
murid-murid-Nya. Cinta Yesus melepas batas antara Guru dan murid. Cinta Yesus menggerakkan tindakan yang sulit dimengerti. Cinta Yesus membersihkan murid-
murid-Nya dari dosa. Melalui pembasuhan kaki Yesus telah menunjukkan cinta- Nya kepada para murid. Sebagai murid Yesus, kita sudah diberi contoh nyata
kualitas cinta yang sejati. Manusia membutuhkan cinta di dalam kehidupannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tanpa cinta manusia akan kehilangan jati diri-Nya karena manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sangat dicintai. Sebagai murid Yesus, kita diberi
pelajaran oleh Yesus untuk memberikan cinta seutuhnya kepada orang-orang yang kita cintai. Cinta yang kita berikan bukan cinta yang diumbar lewat kata-kata saja
tetapi kita bertindak berdasarkan cinta agar dunia ini dipenuhi cinta seperti yang Yesus harapkan.
2. Melayani Kehendak Allah
Allah menghendaki supaya manusia selamat. Hal ini tercantum dalam Yoh 3:16 yang mengatakan,” Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga
Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, mela
inkan beroleh hidup yang kekal.” Kasih Allah begitu besar kepada manusia, sehingga Ia tidak ingin manusia binasa.
Dalam keadaan manusia yang semakin berdosa Allah mengutus Putra-Nya untuk ikut terlibat dalam Karya Keselamatan Allah. Yesus menjadi pewarta Karya
Keselamatan Allah dan mengajak manusia untuk ikut dalam Karya Keselamatan Allah dengan percaya kepada-Nya. Salah satu hal yang dilakukan Yesus tampak
dalam kisah pembasuhan kaki. Yesus membasuh kaki para murid-Nya bdk. Yoh. 13:4-5 sebagai simbol Yesus membersihkan dosa para murid-Nya. Ia ingin para
murid-Nya selamat. Dalam kisah pembasuhan kaki Yesus tahu bahwa tugas-Nya di dunia akan
segera selesai dan akan kembali kepada Bapa-Nya Yoh. 13:1. Ia tidak ingin Karya Keselamatan Allah berhenti ketika Diri-Nya meninggalkan dunia ini. Ia
50
ingin meneruskan Karya Keselamatan Allah kepada manusia, khususnya para murid-Nya. Yesus ingin supaya para murid-Nya meneladani tindakan-Nya dan
saling membasuh satu sama lain Yoh. 13:13-15. Dengan saling membasuh dalam arti sebagai simbol, manusia terlibat untuk saling menyelamatkan satu
sama lain. Yesus tidak menginginkan keselamtan hanya dimiliki oleh sebagian orang saja, tetapi ingin semua orang mendapatkan keselamatan sejati. Sehingga
Kehendak Allah terwujud yakni semakin banyak orang terselamatkan. Orang Katolik sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus dan Allah Bapa, harus
ikut terlibat aktif dalam Karya Keselamtan Allah dengan mengajak orang untuk mewartakan Yesus kepada dunia dan terus mengimani Yesus supaya semakin
banyak orang terselamatkan.
3. Berani Berkorban
Melakukan Kehendak Allah memiliki konsekuensi untuk berkorban. Allah sendiri berkorban demi keselamatan manusia. Ia merelakan Putra-Nya untuk turun
ke dunia demi terlaksana-Nya misi keselamatan manusia. Yesus juga berkorban supaya Kehendak Allah terwujud. Demi keselamatan manusia Yesus rela
menderita hingga wafat di salib. Dalam kisah pembasuhan kaki tampak pengorbanan yang dilakukan Yesus. Yesus tahu bahwa Ia akan segera
menghadapi kematian Yoh. 13:1. Tetapi sebelum kematian itu terjadi, Ia telah menghadapi kenyataan bahwa Ia akan dikhianati oleh murid-Nya sendiri Yoh.
13:2. Hal mengerikan telah menghadang diri-Nya. Yesus merupakan Putra Allah yang telah diberi kuasa untuk menentukan nasib-Nya sendiri Yoh. 13:3. Yesus
51
bisa saja dengan kuasa-Nya membatalkan semua yang akan terjadi dalam diri-Nya kelak. Tetapi Yesus diutus bukan untuk lari dari tugas-Nya. Demi misi
keselamatan manusia, Yesus tidak akan lari dari kenyataan pahit yang akan menimpa-Nya. Ia tetap ingin menyelamatkan manusia, sehingga tetap
melanjutkan karya itu dengan membasuh kaki para murid-Nya sebagai simbol pembersihan dosa untuk keselamatan mereka Yoh. 13:4-5.
Orang Katolik yang juga meneruskan Karya Keselamatan Allah dari Yesus juga memiliki pengorbanan tersendiri. Misi orang Katolik adalah mewujudkan
keselamatan bagi banyak orang. Ini adalah misi yang mulia tetapi memiliki pengorbanan yang juga besar. Untuk dapat mewujudkan karya keselamtan Allah,
orang Katolik harus rela berkorban waktu, tenaga, pikiran bahkan materi. Lebih dari itu, di banyak tempat orang Katolik harus berkorban dengan ditolak, dianiaya,
dikucilkan dan bahkan dibunuh. Semua itu menjadi pengorbanan orang Katolik demi keselamatan manusia yang lebih luas. Katekis misinoner adalah contoh-
contoh nyata bagaimana orang Katolik berani berkorban. Mereka mengorban waktu, tenaga, pikiran, harta dan bahkan nyawa supaya Yesus semakin dikenal
luas sehingga karya keselamatan Allah semakin luas.
4. Rendah hati
Kerendahan hati menjadi hal yang menonjol dalam pembasuhan. Di dalam tradisi Yahudi, membasuh kaki adalah tindakan hamba. Yesus mengambil peran
seorang hamba untuk melayani murid-murid-Nya. Seorang pemimpin, menurut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Yesus, bukan orang yang ingin dilayani tetapi melayani. Yesus menunjukkan sikap rendah hati itu kepada para murid.
Pembasuhan kaki menjadi simbol sikap rendah hati Yesus. Brown 1970: 558 mengatakan bahwa ayat 14-17 terlihat bahwa Yesus membasuh kaki para
murid sebagai contoh rendah hati mengorbankan diri untuk diikuti oleh mereka. Tetapi Brown juga mengkritik sebagian umat Kristiani yang hanya menganggap
kerendahan hati Yesus dalam pembasuhan kaki hanya dilihat sebagai mandat dari Yesus untuk diikuti dan dilakukan bdk. Brown, 1970: 558. Yesus memang
memandatkan umat-Nya untuk melakukan seperti yang dilakukan bdk. Yoh. 13:14-15, tetapi bukan semata-mata tindakan yang dilakukan tanpa berdasarkan
kemauan tulus dari hati. Sikap rendah hati Yesus nampak jelas di dalam ayat 4-5. Namun kita akan
melihat dari ayat 3 terlebih dahulu. Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya Yoh. 13:3. Yesus memiliki kuasa atas
apapun yang ada di dunia ini. Ia juga memiliki kuasa atas nasib-Nya sendiri karena Bapa-Nya telah menyerahkan segala keputusan atas kehendak diri-Nya.
Kekuasaan yang dimiliki-Nya tidak menjadikan diri-Nya ingin menguasai semuanya. Kita ingat kisah pencobaan Yesus di padang gurun Luk. 4:1-13.
Yesus tentu bisa melakukan seperti yang diminta oleh iblis, tetapi Ia menyadari bahwa kekuatan dan kuasa yang dimiliki-Nya bukan untuk dipamerkan apalagi
untuk menguasai dunia. Kita juga ingat Yesus beberapa kali terlibat kontak dengan orang yang dianggap najis. Yesus terlibat percakapan dengan perempuan
Samaria Yoh. 4:1-42 dan tidak menjatuhkan hukuman apapun kepada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
perempuan yang tertangkap berzinah Yoh. 7:53-8:11. Yesus tidak menjadikan kuasa yang diberikan Bapa-Nya untuk kepentingan sendiri tetapi untuk tujuan
kebaikan manusia seperti membangkitkan orang mati Yoh. 11:1-44 dan menyembuhkan orang sakit Yoh. 9:1-41.
Di dalam pembasuhan kaki Yesus melakukan tindakan yang biasanya dilakukan oleh hamba. Ia membasuh kaki murid-murid-Nya. Sebelum membasuh,
Yesus melepaskan jubah-Nya Yoh. 13:4a. Jubah adalah tandasimbol kebesaran dalam tradisi Yahudi. Yesus melepaskan kebesaran yang Ia kenakan. Kemudian Ia
mengikatkan kain lenan Yoh. 13:4b. Kain lenan merupakan simbol seorang hamba. Kain lenan biasa digunakan hamba untuk mengeringkan kaki setelah
dibasuh. Yesus merendahkan diri dan mengambil rupa seorang hamba Brown, 1970: 564. Ia tidak mementingkan status ke-Tuhan-an yang Ia sandang, tetapi
menunjukkan kerendahan hati yang menggetarkan para murid. Kerendahan hati yang ditunjukkan Yesus dalam pembasuhan kaki membawa
dampak terjalinnya hubungan yang erat dengan para murid-Nya. Dengan mengabaikan status sosial yang disandang, kita akan dengan mudah menjalin
hubungan yang erat antar pribadi. Yesus ingin ada hubungan yang erat antara Dia dengan murid-murid-Nya dan juga antar sesama murid-Nya. Kita sebagai murid-
Nya dapat mencontoh kerendahan hati Yesus untuk membangun relasi yang erat dengan Dia dan sesama manusia. Yesus ingin murid-murid-Nya mengikuti apa
yang Ia lakukan Yoh. 13:14-15. Dalam konteks dunia saat ini, yang kita ikuti bukan hanya pembasuhan kaki yang Ia lakukan. Tentu sangat sulit jika kita
membasuh tamu kita atau orang lain. Yang perlu kita tekankan adalah sikap yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
ditunjukkan Yesus dalam pembasuhan kaki. Dengan penuh rendah hati, Ia menunduk menuangkan air di kaki para murid dan mengeringkannya dengan kain
lenan. Sikap rendah hati inilah yang kita pakai dalam hidup kita saat ini. Dengan rendah hati kita lebih mudah menjalin hubungan erat dengan sesama kita. Rendah
hati juga akan membuat kita dapat bekerja sama dengan banyak orang dan juga dapat diterima bukan hanya oleh kalangan sendiri tetapi juga oleh banyak orang
lain. Maka sikap rendah hati menjadi hal yang selalu ada dalam hati kita sama seperti Yesus yang rendah hati.
E. Penutup