xvii
DAFTAR SINGKATAN A.
Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab Perjanjian Lama dan Baru dalam terjemahan baru yang diselenggarakan oleh Lembaga
Alkitab Indonesia, LAI, 2005.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
AA : Apostolicam Actuositatem Dekrit Konsili Vatikan II tentang
kerasulan awam LG
: Lumen Gentium Konstitusi dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja
KWI : Komisi Waligereja Indonesia
EG : Evangelii Gaudium Seruan Apostolik Paus Fransiskus tentang
Sukacita Injil AG
: Ad Gentes Dekrit Konsili Vatikan II tentang kegiatan misioner Gereja
CT : Catechesi Tradendae Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus
II tentang penyelanggaraan katekese ASG
: Ajaran Sosial Gereja
C. Singkatan Lain
USD : Universitas Sanata Dharma
HAM : Hak Asasi Manusia
xviii
PAK : Pendidikan Agama Katolik
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan Skripsi
Injil Yohanes sebagai sumber cerita peristiwa pembasuhan kaki merupakan Injil keempat dalam Tradisi Gereja. Markus-Matius-Lukas bersama
sering disebut sebagai Injil Sinoptik Darmawijaya, 1998: 16. Penyebutan Sinoptik berasal dari bahasa Yunani
συν syn = bersama dan οψις opsis = melihat untuk menandakan bahwa isi dari ketiga Injil tersebut dapat dilihat
berdampingan. Injil sinoptik dapat dibaca secara bersama atau paralel karena
bahan yang ditampilkan berasal dari sumber yang sama. Injil Yohanes tidak termasuk dalam golongan itu. Ada 3 perbedaan besar antara Injil Yohanes dengan
sinoptik yakni pertama mengenai tempat, Sinoptik menceritakan hidup Yesus lebih banyak di Galilea sedangkan Yohanes menceritakan Yesus empat kali ke
Yerusalem dan sebagian besar tugas-Nya di Yudea; kedua mengenai kronologi, sinoptik menceritakan awal karya Yesus sesudah Yohanes Pembabtis dipenjara
dan berkarya selama satu tahun sedangkan Yohanes menceritakan awal karya Yesus sebelum Yohanes Pembabtis dipenjara dan berkarya selama dua tahun;
yang ketiga mengenai mukjizat, sinoptik menyebutnya sebagai mukjizat sedangkan Injil Yohanes menyebutnya sebagai tanda yang diinterpretasikan
sebagai tanda kasih Allah kepada manusia. Dari perbedaan di atas nampak jelas Yohanes memiliki keistimewaan dari
ketiga Injil sebelumnya. Keistimewaan itu penulis temukan juga dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
perkuliahan di prodi Pendidikan Agama Katolik. Mata kuliah Injil Yohanes terpisah dari mata kuliah Injil Sinoptik. Mata kuliah Injil Sinoptik dilakukan pada
tahun pertama sedangkan mata kuliah Injil Yohanes dilangsungkan pada tahun ke tiga. Bagi penulis ini memberi makna bahwa Injil Yohanes menuntut pemikiran
yang lebih matang dan waktu pembasahan yang lebih lama. Penulis tertarik terhadap peristiwa pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus
yang hanya terdapat dalam Injil Yohanes. Dalam peristiwa itu Yesus mengatakan,“Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab
memang Akulah Guru dan Tuhan Yoh 13: 13”, memberi makna penegasan
kepada para murid bahwa memang tepat para murid mengikuti-Nya. Pernyataan ini dikatakan Yesus setelah membasuh kaki para murid-Nya beberapa saat
sebelum peristiwa penangkapan diri-Nya di Taman Getsemani. Peristiwa pembasuhan kaki oleh Yesus kepada para murid hanya ditemukan dalam Injil
Yohanes dan tidak ada dalam ketiga Injil lain. Peristiwa pembasuhan kaki memiliki tempat di hati pengarang Injil Yohanes sehingga menampilkan di tempat
strategis sebelum kisah sengsara Yesus. Pembasuhan kaki yang dilakukan oleh Yesus ternyata juga menarik bagi
Gereja. Gereja sebagai murid Yesus memandang bahwa peristiwa ini memiliki banyak makna bagi perkembangan Gereja masa kini. Kita dapat mengingat
kembali peristiwa pembasuhan kaki dalam perayaan Kamis Putih. Kamis Putih adalah penggabungan dari dua tradisi Injil yakni Injil Yohanes dan Injil Sinoptik.
Di dalam perayaan Kamis Putih, kita mengikuti prosesi pembasuhan kaki dan perjamuan terakhir. Kisah pembasuhan kaki hanya ada dalam Injil Yohanes,
3
sedangkan perjamuan terakhir diceritakan secara detail dalam Injil Sinoptik. Injil Yohanes menceritakan perjamuan terakhir secara berbeda dengan yang
diceritakan Sinoptik. Injil Yohanes hanya menuliskan bahwa saat itu sedang terjadi makan bersama
. Yohanes kemudian menceritakan peristiwa pembasuhan
kaki secara jelas. Dalam perayaan Kamis Putih, Gereja mengenang kembali perjamuan terakhir yang dilakukan Yesus termasuk di dalamnya dipraktekkan
pembasuhan kaki. Pembasuhan kaki pada perayaan Kamis Putih dilakukan oleh Pastur sebagai peringatan akan pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus pada
jaman-Nya. Pastur membasuh kaki umat atau perwakilan umat sebagai ilustrasi Yesus membasuh kaki para murid. Pada saat itu, Gereja merasakan getaran akan
detik-detik menjelang sengsara Yesus yang penuh kemuliaan. Yesus menyampaikan hal-hal penting mengenai kemuridan dalam
peristiwa pembasuhan kaki. Seorang murid adalah yang mengikuti teladan dari gurunya. Demikian juga yang dikatakan Yesus,”Jadi jikalau Aku membasuh
kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh, sebab telah Aku memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya
kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu Yoh 13: 14- 15
”. Gereja sebagai murid Yesus juga termasuk ikut melakukan perintah itu. Para murid Yesus tidak hanya meneladan Yesus soal pembasuhan kaki, tetapi ini
berarti meneladan seluruh hidup Yesus. Katekis adalah orang dipanggil atau terpanggil untuk mewartakan ajaran
Yesus. Kata katekis berasal dari kata dasar katechein yang yang mempunyai beberapa arti: mengomunikasikan, membagikan informasi, mengajarkan hal-hal
4
yang berkaitan dengan iman Indra Sanjaya, 2011: 16. Yesus dapat kita sebut sebagai katekis. Indra Sanjaya 2011: 16 memberikan gambaran bahwa Yesus
dapat kita sebut sebagai katekis. Yesus tidak dipanggil sebagai katekis dalam Injil tetapi tindakan Yesus yang memberi pengajaran tentang Kerajaan Allah dan
ajakan untuk menyambut Kerajaan Allah adalah tindakan seorang katekis. Saat ini sebutan katekis dialamatkan kepada kaum awam yang memiliki
tugas pewartaan dalam bidang pengajaran dan pembinaan iman. Katekis memiliki peranan penting pada perkembangan Gereja dari masa ke masa. Pada awal
perkembangan Gereja Perdana, katekis yang terlibat dalam pewartaan adalah Para Rasul yang dibantu murid-murid lain. Perkembangan selanjutnya, Uskup yang
merupakan pengganti Para Rasul meneruskan tugas sebagai katekis. Para Uskup tidak dapat bekerja sendiri maka dibantu oleh para imam dalam wilayah
keuskupannya. Dikarenakan jumlah yang banyak, cakupan wilayah yang luas dan jumlah imam yang sedikit, para imam melibatkan awam untuk membantu
tugasnya dalam hal pengajaran dan pembinaan iman umat. Para awam inilah yang disebut katekis. Para katekis awam tidak berdiri sendiri dalam hierarki Gereja
karena sifatnya yang membantu tugas imam. Katekis yang utama dalam sebuah keuskupanparoki adalah Uskupimam.
Dalam mengemban tugas pewartaan, para katekis harus memiliki ketrampilan dan spiritualitas yang mendalam. Ketrampilan yang baik akan
membantu katekis dalam hal pewartaan terutama dalam pembinaan dan pengajaran iman. Selain membantu katekis, ketrampilan yang dimiliki katekis
juga secara tidak langsung membantu para umat memahami maksud ajaran yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
diberikan katekis. Spiritualitas juga wajib dimiliki oleh seorang katekis. Spiritualitas akan mendorong dan menyemangati katekis dalam tugasnya.
Spiritualitas menjadi kekuatan untuk menapaki tugasnya sebagai katekis. Spiritualitas juga menjadi api semangat yang terus menghidupi iman dan tugasnya
sebagai katekis. Ada banyak sumber referensi yang membahas mengenai spiritualitas katekis. Spiritualitas seorang katekis yang utama digali dari Injil
sebagai kisah Yesus, teladan para katekis. Melalui kehidupan Yesus, perbuatan dan ajaran-Nya, katekis dapat menggali spiritualitas untuk memberikan semangat
dalam melayani. Demikian pula dalam Injil Yohanes 13: 1-20 katekis dapat menggali spiritualitas bagi kehidupan dan pelayannya kepada Yesus dan Gereja.
Dengan melihat kenyataan di atas maka penulis mencoba mendalami tulisan ini dengan judul : MENGGALI SPIRITUALITAS PELAYANAN
KATEKIS YANG BERSUMBER DARI INJIL YOHANES 13: 1-20. Adapun
maksud dari penulisan ini adalah untuk membantu para katekis menggali dan menghayati spiritualitas yang ada dalam Yoh 13: 1-20 sebagai spiritualitas bagi
dirinya untuk menyemangati dan mendorong dalam pelayanaanya.
B. Rumusan Masalah