Reaksi antara senyawa fenolik dengan Folin –Ciocalteu berjalan lambat pada
suasana asam, sehingga perlu penambahan natrium bikarbonat agar terbentuk suasana basa dan reaksi dapat berjalan lebih cepat. Penggunaan metode ini telah
digunakan oleh Agustiningsih, Wildan, dan Mindaningsih, 2010 dalam menetapkan kandungan senyawa fenolik pada ekstrak daun pandan wangi
Pandanus amaryllifous Roxb . Pengukuran dengan Folin-Ciocalteu digunakan untuk pengukuran
senyawa fenolik total. Prinsipnya berdasarkan pada rekasi oksidasi dari senyawa fenolik dan reduksi dari senyawa yang memiliki kromofor. Jika dalam sampel
tersebut t terdapat agen pereduksi seperti asam askorbat, asam amino, xantin dan protein akan mengganggu pada pengukuran ini Makar., 2003. Reagen ini
terdiri dari campuran polimer anionik yang akan tereduksi menjadi warna biru. Struktur dari bentuk kromofor ini tergantung dari sifat fenolik dan panjang
gelombang maksimum pada 760 nm Hemingway and Laks,1992.
D. Antioksidan
1. Pengertian antioksidan
Senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron. Secara biologis pengertian antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau meredam
dampak dari oksidan dalam tubuh. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas
senyawa oksidan teresbut bisa dihambat Winarsih, 2007.
2. Sumber antioksidan
a. Antioksidan alami Tumbuhan mengandung berbagai jenis antioksidan , namun yang paling
penting adalah vitamin C, vitamin E, senyawa fenol meliputi flavonoid, tokoferol dan lignin. Khasiat antioksidan untuk mencegah bahaya radikal bebas terdapat
pada tanaman dan buah-buahan yang kaya akan antioksidan. Mekanisme kerja dari zat tersebut sebagai antiokisdan adalah sebagai berikut.
1 Vitamin E Vitamin E atau tokoferol adalah inhibitor terhadap lipida peroksidasi.
Terdapat delapan jenis tokoferol alam yang mempunyai aktivitas sebagai vitamin E, tetapi alfa tokoferol yang paling aktif secara biologis.
Tokoferol suatu antiokisdan yang sangat efektif, yang dengan mudah menyumbangkan atom hidrogen pada gugus hidroksil OH dari struktur
cincin ke radikal bebas sehingga radikal bebas menjadi tidak reaktif. Dengan menyumbangkan hidrogen, vitamin E sendiri menajdi suatu
radikal , tetapi lebih stabil karena elektron yang tidak berpasangan pada atom oksigen mengalami delokalisasi ke dalam struktur cincin
aromatikSilalahi, 2006. 2 Vitamin C
Vitamin C merupakan suatu antioksidan penting yang larut dalam air. Vitamin C secara efektif menagkap radikal-radikal O
2
-, OH, peroksil dan oksigen singlet, dan juga berperan dalam melindungi membrane biologis.
Dengan mengikat radikal peroksil dalam fase berair dari plasma atau
sitosol, vitamin C dapat melindungi membran biologis dari kerusakan peroksidatif. Sifat penting dari vitamin C sebagai antioksidan pertama,
karena mempunyai potensial reduksi yang rendah sehingga radikal askorbil mampu bereaksi dengan radikal biologis dan mereduksi oksidan-
oksidan. Stabilitas dan reaktivitas yang rendah dari radikal askorbil, yang terbentuk ketika askorbat yang menangkap SOR dan senyawa nitrogen
yang reaktif Silalahi, 2006. 3 β karoten
Senyawa karotenoid bekerja sebagai antioksidan, yakni penangkap radikal bebas, terutama radikal peroksil dan hidroksil maupun oksigen
singlet. Sebagai antioksidan, beta karoten memperlambat fase inisiasi. Senyawa ini lebih efektif sebagai antiokisdan biologis terutama pada
bagian yang memiliki tekanan partial oksigen rendah Silalahi, 2006. b. Antioksidan sintetik
Antioksidan sintetik merupakan antiokisdan yang dibuat di pabrik untuk tujuan tertentu misalnya untuk mengawetkan makanan. Sebagai contoh dari
senyawa antiokisdan sintetik adalah BHA Butil Hidroksi Anisol, BHT Butil hidroksi toluena dan TBHQ Tersier Butil Hidro Quinon . Namun saat ini
penggunaan dari antiokisdan bautan mulai dibatasi penggunaannya karena dapat menimbulkan penyakit seperti kanker, asma, urtikaria, dsb Race, 2009.
3. Penggolongan antioksidan