dengan pengamatan morfologi koloni, pengamatan morfologi sel dan pengecatan gram.
C. Batasan Penelitian
Batasan dalam penelitian ini ialah: 1.
Pelarut etanol yang digunakan dalam membuat ekstrak bawang lanang merupakan etanol absolut konsentrasi 99.9
2. Konsentrasi ekstrak bawang lanang yang digunakan konsentrasi ekstrak
15, 30, 45, 60, 75, dan 90
D. Desain Penelitian
Desain dalam penelitian ini ialah variasi populasi bakteri S. aureus dan E. coli yang mewakili bakteri gram positif dan gram negatif serta variasi
konsentrasi ekstrak bawang lanang 15, 30, 45, 60, 75 dan 90.
E. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2015 hingga Februari 2016 di Laboratorium Biologi, Program Studi Pendidikan Biologi,
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
F. Alat dan Bahan
1. Alat
Keseluruhan alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah: blender, erlenmeyer, timbangan, autoklaf, inkubaktor, cawan petri, batang
bengkok, gelas ukur, magnetik stirer, hot plate, stopwacth, bunsen, tabung reaksi, rak tabung, mikroskop, pipet tetes, kaca benda, pinset, vortex, pipet
volume, jarum ose, timbangan digital, corong, saringan, wadah, tabung ukur dan jangka sorong.
2. Bahan
Keseluruhan bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah: bakteri S. aureus, E. coli, etanol absolut 99.9, agar NA, akuades steril,
paper disk, kristal violet, iodium, alkohol 96, safranin, tinta cina, aluminium foil, minyak emersi, tusuk gigi dan kloramfenikol.
G. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini terdiri dari beberapan tahapan penelitian yang meliputi, tahap persiapan, tahap pelaksanaan yang terdiri dari pembuatan
ekstrak bawang lanang A. sativum L., pembuatan media uji Nutrient Agar NA, sterilisasi alat dan media, penyiapan mikroorganisme uji, uji
kemurniaan mikroorganisme uji dan tahap perlakuan yang terdiri dari uji aktivitas antibakteri, uji Kadar Hambat Minimum KHM dan uji Kadar
Bunuh Minimum KBM. Berikut ini tahapan yang dilakukan dalam penelitian:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti mendata alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Sampel bawang lanang dibeli di Pasar Beringharjo
Yogyakarta sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian. Populasi mikroorganisme uji yang didapatkan dari Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada dilakukan kultur ulang terlebih dahulu untuk memperbanyak populasi mikroorganisme uji. Langkah kerja
yang dilakukan ialah dengan menyiapkan terlebih dahulu media NA miring
di tabung
reaksi lalu
menggoreskan secara
zig-zag mikroorganisme uji lalu dinkubasi selama 24 jam.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pembuatan Ekstrak Bawang Lanang A. sativum L.
Bawang lanang yang telah dibeli dari Pasar Beringharjo terlebih dahulu dikupas bagian kulitnya lalu dicuci bersih di bawah air
mengalir hingga benar-benar bersih. Bawang yang baik ialah dilihat dari warnanya yang putih bersih mengkilat tanpa adanya noda-noda
hitam pada bawang. Selanjutnya bawang tersebut ditimbang sebanyak 100 gram. Bawang yang telah ditimbang selanjutnya disterilkan secara
kimia. Sterilisasi dilakukan dengan melarutkan 10 ml Natrium hipoklorit dalam 3 liter akuades. Bawang tersebut direndam selama 15
menit lalu dibilas dengan menggunakan akuades steril. Ekstrak diperoleh dengan cara mengambil bawang yang telah
disterilisasi tadi, lalu dimasukkan dalam blender serta menambah 100 ml pelarut etanol konsentrasi 99.9. Proses blender harus cukup lama
agar bawang tersebut benar-benar hancur secara sempurna. Kemudian, bubur bawang disaring sebanyak 3 kali penyaringan. Pertama, disaring
menggunakan alat saring biasa dengan tujuan untuk mengeluarkan ampas-ampas bubur bawang. Kedua, hasil saringan pertama disaring
menggunakan kain saring agar bubur halus yang masih bercampur dengan ekstrak bawang keluar. Ketiga, disaring menggunakan kertas
saring hingga didapatkan ekstrak bawang lanang A. sativum L. 100.
Setelah didapatkan ekstrak dengan konsentrasi 100, ekstrak diencerkan lagi untuk mendapatkan ekstrak dengan konsentrasi 15,
30, 45, 60, 75 dan 90 dengan menambahkan pelarut etanol. Hasil pengenceran ekstrak dapat digunakan dalam uji aktivitas
antibakteri. Berbagai konsentrasi ekstrak pada tiap perlakuan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3.1.Perlakuan dengan konsentrasi ekstrak bawang lanang Allium
sativum L. 15, 30, 45, 60, 75, dan 90 dengan masing perlakuan terdapat 3 kali pengulangan pada tiap cawan petri
terhadap bakteri uji yaitu bakteri gram positif S. aureus
Gambar 3.2. Perlakuan dengan konsentrasi ekstrak bawang lanang Allium
sativum L. 15, 30, 45, 60, 75, dan 90 dengan masing
15 15 15
30 30 30
45 45 45
60 60 60
75 75 75
90 90 90
15 15 15
30 30 30
45 45 45
60 60 60
75 75 75
90 90 90
perlakuan terdapat 3 kali pengulangan pada tiap cawan petri terhadap bakteri uji yaitu bakteri gram negatif E. coli.
b. Pembuatan Media Uji Nutrient Agar NA NA sebanyak 10 gram dilarutkan ke dalam 500 ml akuades lalu
dipanaskan dan dihomogenkan dengan menggunakan alat pemanas dan magnetik stirer. Media NA harus benar-benar homogen terlihat dari
warna kuning bening yang menunjukkan bahwa NA telah bercampur secara baik dengan akuades. NA sebanyak 50 ml dipisahkan untuk
membuat agar miring pada tabung reaksi dengan masing-masing tabung berisi 10 ml NA yang akan digunakan untuk perbanyakan
bakteri mikroorganisme uji. Sisanya dimasukkan dalam erlenmeyer sebagai stok untuk membuat media NA di cawan petri yang akan
digunakan sebagai media tumbuhnya bakteri.
c. Sterilisasi Alat dan Media
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian disterilisasi untuk menghindari terjadinya kontaminasi dalam
praktikum. Pertama, alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian didetoks terlebih lalu dikeringkan. Selanjutnya alat yang telah didetoks
bersama dengan bahan media disterilisasi dalam autoklaf dengan tekanan 121°C selama 15 menit. Alat-alat yang disterilkan dengan
menggunakan autoklaf ialah alat yang biasanya terbuat dari kaca seperti tabung reaksi, cawan petri, erlenmeyer. Alat lainnya seperti pinset,
kaca benda cukup dengan dipijarkan di atas bunsen. Sedangkan batang bengkok di celupkan kedalam alkohol sehingga saat akan digunakan
cukup dilewatkan diatas bunsen.
d. Penyiapan Mikroorganisme Uji Mikroorganisme uji yang akan digunakan dalam penelitian
disiapkan dalam tabung reaksi dan cawan petri. Pertama, untuk tabung reaksi disiapkan mikroorganime untuk memperbanyak populasi
mikroorganisme. Diambil kultur murni bakteri S. aureus dan E. coli secara aseptis menggunakan jarum ose lalu digoreskan secara zig-zag
dalam agar miring NA lalu diinkubasi selama 24 jam. Mikroorganisme uji yang akan digunakan dalam uji aktivitas
antibakteri dilakukan pengenceran bertingkat terlebih dahulu yang bertujuan untuk mengurangi jumlah populasi bakteri. Satu ose bakteri
diambil dari tabung reaksi yang berisi bakteri lalu kultur murni tersebut dimasukkan dalam tabung reaksi lain yang telah berisi 10 ml
akuades steril. Selanjutnya, suspensi bakteri tersebut dihomogenkan dengan menggunakan vortex kurang lebih selama 1 menit hingga
suspensi bakteri tersebut hingga benar-benar homogen. Untuk pengenceran selanjutnya diambil 1 ml suspensi bakteri dari tabung
reaksi awal dan ditambahkan akuades steril 9 ml dan demikian seterusnya hingga pengenceran mencapai hingga pengenceran kelima
10
-
5
. Kemudian diambil 0,1 ml suspensi bakteri dengan menggunakan pipet volume dan diletakkan suspensi bakteri tersebut di
atas media agar NA padat dalam cawan petri. Dengan menggunakan batang bengkok trigalski disapukan atau diratakan suspensi bakteri
secara merata di atas media.
e. Uji Kemurnian Mikroorganisme Uji
Mikroorganisme uji yang digunakan dalam penelitian ini ialah bakteri S. aureus dan E. coli. Uji kemurnian mikroorganisme tersebut
dengan beberapa cara yaitu: 1
Pengamatan morfologi koloni Koloni bakteri diamati dari hasil teknik streak plate. Streak
plate ialah cara untuk menginokulasi bakteri dengan cara digoreskan pada kuadran yang telah dibuat. Kuadran yang
digunakan ialah 4 kuadran dan diharapkan pada kuadran 4 akan didapatkan koloni bakteri terpisah sehingga bisa diamati bentuk dan
warna dari koloni bakteri tersebut. Empat kuadran yang digunakan dalam penelitian seperti pada gambar di bawah ini:
2 Pengamatan Morfologi Sel
Mikroorganisme uji yang akan diamati morfologi selnya dilakukan dengan metode pengecatan negatif. Langkah kerja dalam
pengecatan negatif ialah kaca benda terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan alkohol lalu dikeringanginkan. Selanjutnya
mengambil satu ose koloni bakteri dan diletakkan di atas permukaan kaca benda lalu ditetesi dengan tinta cina dan
dihomogenkan dengan menggunakan tusuk gigi. Selanjutnya setelah bakteri dan tinta cina telah homogen, diambil kaca benda
lainnya yang terlebih dahulu juga telah dibersihkan dengan alkohol. Kaca benda tersebut diletakkan di ujung kaca benda yang ada
bakterinya hingga membentuk sudut 45° lalu ditarik hingga bakterinya rata dan tipis. Pengamatan dilakukan di bawah
I II
III IV
mikroskop hingga perbesaran 100 x 10 dengan menambahkan minyak emersi secukupnya agar sel bakteri bisa terlihat lebih jelas.
3 Pengecatan Gram
Langkah kerja dalam pengecatan gram ialah awalnya bersihkan kaca benda menggunakan alkohol lalu dikeringanginkan. Kemudian
letakkan satu ose koloni bakteri di atas permukaan kaca benda dan difiksasi dengan menambahkan larutan akuades steril. Fiksasi
dilakukan di atas bunsen hingga kering. Tujuan fiksasi ialah agar koloni bakteri dapat menempel pada kaca benda sehingga pada saat
dicuci bakteri tidak hanyut bersama air. Setelah kering bakteri tersebut, ditetesi dengan larutan kristal violet secukupnya hingga
menutupi bagian bakteri selama 60 detik. Setelah 60 detik, dicuci di bawah air mengalir lalu diberi iodin yang berfungsi untuk mengikat
warna dasar ungu pada bakteri selama 60 detik. Selanjutnya ditetesi alkohol yang berfungsi untuk dekolorisasi dan terakhir memberikan
safranin yang berfungsi memberi warna merah. Di antara bermacam-macam bakteri yang dicat, ada yang dapat
menahan zat warna ungu kristal violet dalam tubuhnya meskipun telah didekolorisasi dengan alkohol. Dengan demikian tubuh
bakteri itu tetap berwarna ungu meskipun disertai dengan pengecatan oleh zat warna kontras, warna ungu itu tetap
dipertahankan. Bakteri yang memberi reaksi semacam ini dinamakan bakteri gram positif. Sebaliknya, bakteri yang tidak
dapat menahan zat warna setelah dekolorisasi dengan alkohol akan kembali menjadi tidak berwarna dan bila diberikan pengecatan
dengan zat warna safranin akan berwarna sesuai warna safranin yaitu warna merah dan disebut bakteri gram negatif Irianto, 2006.
3. Tahap Perlakuan
a. Uji Aktivitas Antibakteri
Penelitian ini menggunakan cakram kertas paper disk untuk menghambat aktivitas dari bakteri. Cakram kertas dengan diameter 0,5
cm awalnya diambil secara aseptis menggunakan pinset lalu direndam dalam masing-masing konsentrasi ekstrak bawang yaitu konsentrasi
15, 30, 45, 60, 75 dan 90 yang masing-masing terdiri atas 3 kali ulangan. Digunakan pula akuades steril sebagai kontrol negatif
dan kloramfenikol sebagai kontrol positif. Lama perendaman selama 30 menit dimaksudkan agar esktrak bawang dapat terserap secara baik
dan benar pada cakram kertas. Ekstrak yang digunakan dikatakan efektif apabila terlihat
daerah yang dihambat oleh ekstrak tersebut. Daerah hambat akan terlihat lebih bening daripada daerah sekitarnya. Daerah hambat
diukur menggunakan jangka sorong. Daerah hambat diukur dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
meletakkan jangka sorong dari batas luar cakram kertas hingga batas terpanjang dan batas terpendek daerah hambat yang terbentuk
sehingga diperoleh jari-jari daerah hambat terpanjang dan jari-jari daerah hambat terpendek. Setelah didapatkan jari-jari daerah hambat
terpanjang dan terpendek pada masing-masing kuadran, lalu nilainya dirata-rata dan dihitung diameternya sehingga akan didapatkan nilai
diameter zona hambat pada masing-masing konsentrasi ekstrak bawang lanang.
b. Uji Kadar Hambat Minimal KHM
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan sebelumnya, akan didapat konsentrasi minimal antibakteri. Konsentrasi minimal
tersebut digunakan untuk menguji nilai Kadar Hambat Minimal KHM.
Cara mengujinya dengan menggunakan suspensi bakteri yang telah diencerkan dengan pengenceran bertingkat lalu diambil sebanyak
1 ml dituang ke dalam cawan petri steril dan ditambahkan ekstrak sampel yang digunakan lalu dituang media NA yang masih panas
sekitar suhu 45°C ke dalam cawan petri tersebut dan diinkubasi selama 24 jam. Penentuan nilai KHM dilihat dari konsentrasi terendah yang
tidak ditumbuhi bakteri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Uji Kadar Bunuh Minimal KBM
Setelah dilakukan pengujian pada KHM, selanjutnya menguji Kadar Bunuh Minimal KBM dengan cara menggoreskan hasil yang
ditetapkan sebagai KHM dengan menggunakan cutton bud steril lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35°C dan media yang tetap
terlihat jernih setelah diinkubasi ditetapkan sebagai Kadar Bunuh Minimal KBM.
H. Analisis Data
Analisis data yang digunakan ialah ANOVA untuk One Factor Between Subject Design. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 16.
I. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ialah: Variabel bebas
: konsentrasi ekstrak bawang lanang Variabel terikat
: daya hambat KHM dan daya bunuh KBM Variabel terkendali
: suhu inkubasi, waktu inkubasi, media, volume media serta
lama perendaman
kertas cakram.
50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Aktivitas Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak bawang lanang terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli dilakukan dengan berbagai konsentrasi
yaitu: konsentrasi 15, 30, 45, 60, 75, 90 serta kontrol positif dan negatif. Bakteri yang digunakan ialah bakteri S. aureus yang merupakan bakteri
gram positif serta E. coli bakteri gram negatif. Kedua bakteri ini didapatkan dari laboratorium Mikrobiologi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta. Dalam proses pengujian, bakteri yang akan digunakan terlebih dahulu diencerkan dengan pengenceran bertingkat hingga pengenceran 10
-5
dengan tujuan untuk mengurangi jumlah populasi bakteri. Ekstrak yang digunakan juga terlebih dahulu disterilkan agar pada ekstrak tersebut hanya
mengandung zat dalam bawang lanang untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan bukan sebaliknya agar tidak terjadi kontaminasi. Zona hambat diukur
menggunakan jangka sorong dengan ketelitian ukurannya milimeter mm. Hasil pengukuran zona hambat ekstrak bawang lanang terhadap bakteri S. aureus dan
bakteri E. coli dapat dilihat pada tabel berikut ini: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.1. Diameter zona hambat aktivitas antibakteri ekstrak bawang lanang
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
Keterangan: R : Jari-jari daerah zona hambat D: Diameter daerah zona hambat
Pada tabel 4.1 terlihat bahwa diameter zona hambat pada masing- masing konsentrasi ekstrak bawang lanang 15, 30, 45, 60, 75, 90
terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus memiliki nilai yang berbeda namun kriteria kekuatan antibakterinya sama karena termasuk dalam kategori sangat kuat
dengan zona hambat yang terbentuk 20 mm. Hal ini menunjukkan bahwa dalam esktrak bawang lanang mengandung zat antibakteri yang sangat baik dan ampuh
dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus. Kemampuan bawang putih sebagai antibakteri juga didukung oleh penelitian Yamada dan Azama 1977
Bakteri Kosentrasi
Ekstrak D mm
Kriteria kekuatan
antibakteri
Staphylococcus aureus
15
46.83
Sangat kuat 30
37.71
Sangat kuat 45
41.15
Sangat kuat 60
46.48
Sangat kuat 75
49.93
Sangat kuat 90
50.78
Sangat kuat Kontrol +
46.14
Sangat kuat Kontrol -
Tidak ada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang menyatakan bahwa selain bersifat antibakteri, bawang putih juga bersifat antijamur. Kemampuan bawang putih ini berasal dari zat kimia yang terkandung
dalam umbi. Komponen kimia tersebut adalah allicin. Allicin berfungsi sebagai penghambat atau penghancur berbagai pertumbuhan jamur dan bakteri.
Kandungan allicin tersebut bila bergabung dengan enzim allinase akan bereaksi sebagai antibakteri Anonymous, 2004 dalam Lingga, dkk 2005. Pada tabel 4.1
diatas, terlihat bahwa konsentrasi yang memiliki nilai diameter zona hambat paling besar yaitu pada konsentrasi ekstrak 90 dengan diameter zona hambat
mencapai hingga 50.78 mm sedangkan rerata diameter zona hambat yang paling kecil yaitu sekitar 37.71 mm pada konsentrasi ekstrak 30.
Sesuai dengan hipotesis bahwa semakin besar tinggi konsentrasi suatu ekstrak, maka akan semakin besar pula zona hambat yang akan terbentuk.
Namun, jika diperhatikan pada konsentrasi terendah 15 memiliki zona hambat yang besar yaitu 46.83 mm. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan hipotesis
tersebut. Diameter zona hambat yang terbentuk ini, dapat dikarenakan saat melakukan proses uji aktivitas antibakteri, suspensi bakteri yang akan digunakan
hanya divorteks tidak begitu lama sehingga suspensi bakteri masih berkumpul di bagian dasar tabung reaksi. Oleh karena itu, dengan suspensi bakteri yang
mengandung jumlah bakteri yang sedikit, apabila di sapukan pada permukaan media NA secara spread plate, bakteri yang terbentuk tumbuh sedikit sehingga
saat diberikan kertas cakram yang mengandung ekstrak, dapat menghambat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pertumbuhan bakteri dengan zona hambat yang cukup besar. Sedangkan untuk konsentrasi 30, 45, 60, 75, 90, diameter zona hambat yang terbentuk
sesuai dengan teori bahwa semakin besar konsentrasi yang digunakan maka zona hambat yang terbentuk juga akan semakin besar. Perbandingan zona hambat yang
dihasilkan oleh masing-masing konsentrasi ekstrak pada pertumbuhan bakteri S. aureus dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1.Perbandingan zona hambat yang dihasilkan oleh masing-masing
konsentrasi ekstrak pada pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus Dalam penelitian ini, data yang didapat dianalisis secara statistik.
Pengujian yang dilakukan ialah uji One Way Annova dikarenakan hanya satu variabel penguji yang diuji yaitu konsentrasi ekstrak bawang lanang. Syarat dalam
uji One Way Annova ialah data yang digunakan harus berdistribusi normal serta data memiliki varian yang sama. Oleh sebab itu dilakukan terlebih dahulu uji
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00
15 30
45 60
75 90
D ia
m e
te r
H a
m b
a t
m m
Konsentrasi Ekstrak
Normalitas Kormogorov Smirnov serta uji Homogenitas dengan menggunakan program SPSS versi 16. Berdasarkan hasil uji normalitas, data zona hambat yang
didapatkan normal. Hal ini terbukti dari nilai sig. 0.447 0.05 sehingga hal ini membuktikan bahwa data normal. Selanjutnya untuk pengujian homogenitas, data
yang didapat ternyata memiliki varian yang tidak sama dengan nilai sig. 0.028 0.05 sehingga hal ini membuktikan bahwa datanya tidak homogen. Uji One Way
Annova didapatkan nilai sig. 0.021 0.05 sehingga hasilnya signifikan. Bahwa ada pengaruh penggunaan ekstrak bawang lanang terhadap pertumbuhan bakteri.
Sebagai pembanding, uji yang akan dilakukan selanjutnya yaitu uji Kruskal- Wallis. Dalam uji ini, kita akan membandingkan apakah nilai signifikan yang
didapat dalam uji Annova sesuai dengan hasil nilai signifikan pada uji Kruskal- Wallis mengingat data yang tidak homogen. Uji Kruskal-Wallis ialah uji non
parametrik berbasis peringkat yang bertujuan untuk menentukan adakah perbedaan signifikan secara statistik antara 2 atau lebih variabel independen pada
variabel dependen Hidayat, 2014. Syarat atau asumsi dalam uji ini ialah:
1. Variabel independen berskala kategorik lebih dari 2 kategori
2. Variabel dependen berskala numerik data rasio
3. Independen artinya sampel ditiap kategori harus bebas satu sama lain, yaitu tidak
boleh ada sampel yang berada pada 2 kategori atau lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Tiap kategori memiliki variabilitas yang sama, yaitu bentuk kurva histogram atau
sebaran data yang sama. Apabila bentuk sebaran data sama, maka uji Kruskal- Wallis dapat digunakan untuk menilai perbedaan median antar kategori.
Sedangkan jika bentuk sebaran tidak sama, maka uji ini tidak dapat digunakan untuk menilai perbedaan median, jadi hanya untuk menilai perbedaan peringkat
rata-rata Hidayat, 2014.
Pengujian dengan Kruskal-Wallis hampir mirip dengan pengujian One Way Annova tetapi bedanya uji dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis tidak harus
memenuhi syarat data harus homogen. Setelah dilakukan uji dengan Kruskal-Wallis, didapatkan bahwa histogram variabilitasnya tidak sama sehingga dalam uji hanya
akan menilai perbedaan peringkat rata-rata dari masing-masing konsentrasi ekstrak. Nilai signifikansi yang didapatkan ialah sig. 0.028 0.05 yang berarti bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap penggunaan berbagai ekstrak bawang lanang terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus yang berarti hipotesis alternatif Ha diterima
dan Hipotesis Nol Ho ditolak. Berbeda secara signifikan, maka uji tes selanjutnya ialah dengan uji Post Hoc yaitu uji BNT LSD untuk melihat perbedaan konsentrasi-
konsentrasi ekstrak yang satu dengan lainnya yang digunakan dalam penelitian untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini berarti secara statistik, penggunaan
berbagai konsentrasi ekstrak bawang lanang berbeda secara signifikan dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Output data uji statistik aktivitas antibakteri
terhadap bakteri S. aureus dengan perhitungan SPSS versi 16 dapat dilihat pada lampiran 4.
Tabel 4.2. Diameter zona hambat aktivitas antibakteri ekstrak bawang lanang
terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli
Bakteri Kosentrasi
Ekstrak D mm
Kriteria kekuatan
antibakteri
Escherichia coli
15
9.11
Sedang 30
4.65
Lemah 45
18.96
Kuat 60
19.59
Kuat 75
30.46
Sangat kuat 90
38.24
Sangat kuat Kontrol +
47.27
Sangat kuat Kontrol -
Tidak ada Keterangan: R : Jari-jari daerah zona hambat
D: Diameter zona hambat
Hasil pada tabel 4.2 merupakan diameter zona hambat yang terbentuk pada masing-masing konsentrasi 15, 30, 45, 60, 75, 90 serta kontrol
positif dan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak bawang lanang mempunyai zat antibakteri yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri
Escherichia coli. Diameter zona hambat yang terbentuk berbeda-beda antara konsentrasi yang satu dengan lainnya. Nilai diameter zona hambat yang paling
besar yaitu pada konsentrasi 90 yang memiliki diameter 38.24 mm. Namun jika dibandingkan dengan kontrol positif yang digunakan, diameter zona hambat
kontrol positif hingga 47.27 mm karena kloramfenikol bersifat bakteriostatik dengan menghambat sintesis protein bakteri gram negatif dan bakteri gram
positif. Kloramfenikol merupakan antibiotik yang mempunyai spektrum kerja yang luas. Antibiotik ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif
maupun gram negatif dengan cara menghambat sintesa protein bakteri Handayani, dkk 2009.
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, ada data yang tidak sesuai dengan hipotesis bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka zona hambat yang terbentuk
akan semakin besar. Hal ini terlihat pada konsentrasi 30, diameter zona hambat yang terbentuk hanya sekitar 4.65 mm. Jika dibandingkan dengan konsentrasi
yang lebih rendah yaitu 15, zona hambat yang terbentuk 9.11 mm. Hal ini dapat diakibatkan kurangnya proses aseptis saat mengambil kertas cakram dari
erlenmeyer serta saat meletakkan kertas cakram tersebut di atas permukaan media NA. Hal ini terlihat dengan jelas pada hasil lampiran 4 bahwa pada kuadran 2 dan
3 kertas cakram mengalami kontaminasi dengan ditumbuhinya bakteri sehingga zona hambat hanya terbentuk pada kuadran 1 yang menyebabkan perhitungan
zona hambat hanya bisa dilakukan pada kuadran 1 yang tidak ditumbuhi bakteri. Perbandingan zona hambat yang dihasilkan oleh masing-masing konsentrasi
ekstrak pada pertumbuhan bakteri E. coli dapat dilihat pada Gambar 4.2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
.Gambar 4.2.Perbandingan zona hambat yang dihasilkan oleh masing-masing
konsentrasi ekstrak pada pertumbuhan bakteri Escherichia coli
Berdasarkan uji statistik, terhadap pengujian normalitas dan homogenitas bahwa data yang didapatkan berdistribusi normal serta memiliki
varian data yang sama homogen. Uji normalitas dengan program SPSS versi 16 didapatkan nilai sig. 0.973 0.05 sehingga hal ini menunjukkan dengan jelas
bahwa secara statistik, data yang didapat ialah data normal. Salah satu syarat dalam uji Annova selesai, dan selanjutnya ialah uji homogenitas. Hasil dalam uji
homogenitas menunjukkan nilai sig. 0.017 0.05 sehingga hal ini menunjukkan datanya tidak homogen. Namun pengujian dengan uji One Way Annova tetap
dapat dilakukan karena datanya normal. Setelah uji Annova, nilai sig. 0.007 0.05 sehingga hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan ekstrak
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
40.00 45.00
15 30
45 60
75 90
D ia
m e
te r
H a
m b
a t
m m
Konsentrasi Ekstrak
antibakteri dari bawang lanang dalam menghambat pertumbuhan bakteri E. coli sebagai pembanding dari hasil Annova, kita akan uji dengan uji Kruskal-Wallis.
Uji ini merupakan uji nonparameterik yang tidak mempersyaratkan data yang harus homogen. Nilai signifikan yang didapat setelah uji Kruskal-Wallis ialah
nilai sig. 0.038 0.05 sehingga hal ini membuktikan bahwa benar secara statistik penggunaan berbagai konsentrasi ekstrak dalam menghambat pertumbuhan
bakteri berbeda secara signifikan. Hasil yang menunjukkan terdapat perbedaan secara signifikan, harus diuji lebih lanjut untuk mengetahui secara lebih spesifik
perbedaan diantara masing-masing konsentrasi yang digunakan. Uji yang dilakukan ialah uji Post Hoc yaitu uji BNT LSD untuk melihat perbedaan
konsentrasi-konsentrasi ekstrak yang satu dengan lainnya yang digunakan dalam penelitian untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini menunjukkan secara
statistik bahwa terdapat perbedaan secara signifikan terhadap masing-masing konsentrasi ekstrak yang digunakan dalam menghambat pertumbuhan bakteri.
Output data uji statistik aktivitas antibakteri terhadap bakteri E. coli dengan perhitungan SPSS versi 16 dapat dilihat pada lampiran 5.
Berdasarkan hasil yang didapatkan di atas, ekstrak bawang lanang memiliki zat antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dari
golongan bakteri gram positif dan gram negatif. Hal ini ditandai dengan adanya zona hambat pada masing-masing konsentrasi yang digunakan. Zona hambat
menandai bahwa adanya aktivitas antibakteri sehingga indikator inilah yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menjadi penentu acuan bahwa ekstrak bawang lanang berpotensi dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Salah satu bahan kimia yang berperan sebagai
antibakteri adalah allicin. Berbagai hasil penelitian juga membuktikan bahwa ekstrak bawang lanang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri, antijamur dan
antivirus. Semua konsentrasi yang digunakan untuk uji antibakteri memiliki potensi untuk membentuk zona hambat dengan kekuatan antibakteri yang
berbeda-beda. Menurut hasil penelitian tersebut ekstrak bawang lanang yang efektif
dalam menghambat pertumbuhan bakteri ialah pada konsentrasi ekstrak 90. Semua konsentrasi ekstrak yang digunakan baik itu konsentrasi 15, 30, 45,
60, 75 dan 90 dalam penelitian memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri, baik itu bakteri S. aureus maupun E. coli. Kontrol positif
seperti yang telah dijelaskan di atas, digunakan kloramfenikol. Kloramfenikol sangat mempengaruhi pertumbuhan bakteri dengan cara menghambat
pertumbuhan bakteri tersebut sehingga terbentuk zona bening di sekitar kertas cakram. Kloramfenikol yang digunakan sebanyak 250gml. Antibiotika ini dapat
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif dengan cara menghambat sintesa protein bakteri. Perbandingan diameter zona hambat antara
bakteri S. aureus dan bakteri E. coli terlihat pada gambar 4.3. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.3.Perbandingan diameter zona hambat mm antara bakteri
Staphylococcus aureus Sa dan Escherichia coli Ec
Hasil pada gambar 4.3 merupakan perbandingan antara bakteri S. aureus dan E. coli dilihat dari diameter zona hambat yang terbentuk. Pada gambar
tersebut, terlihat dengan jelas bahwa bakteri S. aureus yang merupakan bakteri gram positif memiliki diameter zona hambat yang lebih besar jika dibandingkan
dengan diameter zona hambat bakteri gram negatif. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri gram positif lebih rentan terhadap ekstrak bawang lanang dengan
menggunakan pelarut etanol sehingga zat aktif dalam ekstrak dapat bekerja dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus.
Pada bakteri gram positif memiliki kandungan lipid yang rendah yaitu hanya sebesar 1- 4 apabila dibandingkan dengan bakteri gram negatif 11-22
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00
15 30
45 60
75 90
D ia
m e
te r
Z o
n a
H a
m b
a t
m m
Konsentrasi Ekstrak
Bakteri Sa Bakteri Ec
Pelczar dan Chan, 2005. Bakteri gram positif hanya memiliki satu lapis membran peptidoglikan yang tebal. Membran peptidoglikan ini mudah larut oleh
etanol Brock, et al., 1994 dalam Lingga, 2005. Hal inilah yang terjadi pada bakteri gram positif yang diuji dengan ekstrak bawang lanang dengan pelarut
etanol. Dengan demikian, terjadi kerusakan peptidoglikan oleh etanol yang terdapat pada ekstrak etanol bawang lanang, sehingga zat terlarut dari bawang
yang larut dalam etanol mudah memasuki membran sel bakteri Brock, et al., 1994 dalam Lingga, 2005.
Sedangkan bakteri E. coli yang merupakan bakteri gram negatif yang lebih resisten terhadap antibakteri ekstrak bawang lanang yang menggunakan pelarut
etanol. Hal ini berkaitan dengan kandungan lipid pada bakteri gram negatif yang tebal. Zat antibakteri akan lebih sulit dalam melarutkan lipid yang tebal sehingga
tidak mudah dalam melarutkan peptidoligkan.
B. Kadar Hambat Minimum KHM