Kriteria rasio lingkar pinggang panggul menurut WHO 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel II. Nilai Rasio Lingkar Pinggang-Panggul yang Ideal World Health Organization, 2008
Jenis Kelamin Ukuran RLPP Ideal
Laki-laki 0,90
Perempuan 0,85
Menurut de Koning, et al. 2007 antara individu obesitas dan tidak obesitas dapat memiliki nilai rasio lingkar pinggang panggul yang sama.
Penelitian yang dilakukan oleh Lear, Humphries, Kohli, Chockalingam, and Birmingham 2007 menunjukkan bahwa populasi Asia memiliki jaringan adiposa
viseral yang lebih banyak dibandingkan dengan populasi Eropa, sehingga untuk menentukan batas nilai lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul perlu
disesuaikan untuk tiap populasi. Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Chan, et al. 2003 menemukan bahwa adanya korelasi positif antara rasio lingkar
pinggang panggul terhadap jaringan lemak intraabdomen yang menyebabkan terjadinya obesitas sentral.
B. Obesitas Sentral
Obesitas merupakan suatu keadaan ditemukannya lemak yang berlebihan dalam tubuh, terbagi menjadi obesitas perifer dan obesitas sentral. Adanya
penimbunan lemak dalam tubuh atau yang dikenal sebagai obesitas sentral atau obesitas viseral lebih mempunyai kaitan dengan kejadian penyakit kardiovaskular
Jalal et al., 2008. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas
sentral adalah kondisi dimana terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan di
dalam rongga perut Mahan, Adair, Popkin, 2002. Obesitas sentral berkorelasi erat dengan peningkatan mortalitas dan dapat menimbulkan risiko penyakit seperti
diabetes melitus, hipertensi, sindroma metabolik, dan penyakit jantung koroner Adam, 2006.
Obesitas dapat dinilai dengan berbagai cara, antara lain pengukuran Indeks Massa Tubuh IMT, lingkar pinggang, serta perbandingan lingkar
pinggang dan lingkar panggul Caballero, 2005. Berdasarkan National Institute of Health 2008, obesitas terjadi ketika seseorang mengkonsumsi makanan yang
memiliki kalori yang lebih banyak daripada kalori yang dibakar. Tubuh membutuhkan kalori untuk bertahan hidup dan aktif secara fisik tetapi untuk
menjaga berat badan, seseorang perlu menyeimbangkan asupan energi yang dimakan dengan energi yang digunakan karena keseimbangan energi ini akan
berujung pada penambahan berat badan, bahkan obesitas. Ketidakseimbangan antara kalori yang masuk dan kalori yang keluar akan berbeda pada masing-
masing orang. Faktor genetik, lingkungan, dan faktor sosial juga berpengaruh terhadap terjadinya obesitas. Obesitas sentral berperan besar pada perkembangan
penyakit degeneratif seperti penyakit diabetes melitus tipe 2. Pada obesitas sentral terjadi keadaan resistensi insulin Hidayatulloh, et al., 2011.
C. Resistensi Insulin dan DM Tipe 2
Resistensi insulin merupakan gangguan respon biologis terhadap insulin. Resistensi insulin diawali dengan kompensasi tubuh terhadap peningkatan
konsentrasi insulin sebagai akibat dari peningkatan glukosa darah. Insulin merupakan hormon peptida yang disekre
sikan oleh sel β dari pulau langerhans.
Fungsi insulin adalah untuk mengatur kadar normal glukosa darah. Insulin bekerja memperantarai uptake glukosa seluler, regulasi metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein, serta mendorong pemisahan dan pertumbuhan sel melalui efek motigenik pada insulin Wilcox, Gisela, 2005.
Keadaan resistensi insulin adalah suatu kondisi di mana tubuh memproduksi insulin, tetapi tidak dapat digunakan secara efektif sehingga glukosa
tidak dapat diserap oleh sel dan terjadi penumpukan glukosa dalam darah. Pada keadaan resistensi insulin, otot, lemak, dan hati tidak dapat merespon insulin
dengan baik sehingga tidak dapat menyerap glukosa dari aliran darah, akibatnya, dibutuhkan insulin yang lebih banyak untuk membantu glukosa masuk kedalam
sel. Perubahan pada sensitifitas reseptor insulin akan menyebabkan insulin tidak terikat pada reseptor sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Keadaan
ini dapat memicu terjadinya penyakit diabetes melitus tipe 2 . Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan sel-sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin yang
cukup untuk memenuhi peningkatan kebutuhan insulin dalam tubuh National Diabetes Information Clearinghouse, 2012. Keadaan konsentrasi insulin yang
tinggi secara terus menerus akan mengakibatkan perubahan pada sensitifitas reseptor insulin McFarlane, Banerji, and Sowers, 2001.
Keadaan obesitas dapat menjadi faktor pemicu terjadinya resistensi insulin. Pada keadaan obesitas jumlah jaringan lemak meningkat. Jaringan lemak
akan mengalami lipolisis sehingga terjadi peningkatkan fatty fat acid. Fatty fat acid akan dilepaskan ke sirkulasi portal dan mengalir ke hati. Fatty fat acid dapat
merangsang penurunan sensitifitas insulin di jaringan perifer Dipiro, et al., 2008.
Keadaan resistensi insulin lama-kelamaan dapat menyebabkan penyakit diabetes melitus tipe 2. Kasus diabetes melitus menunjukkan bahwa jumlah
penderita diabetes melitus tahun 2011 telah mencapau 366 juta orang, jumlah ini akan diperkirakan meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030 IDF, 2011.
Diabetes melitus DM adalah suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan keadaan hiperglikemia Powers, 2001. Diabetes melitus tipe 2 merupakan
suatu keadaan hiperglikemi kronik dengan etiologi yang kompleks, yang timbul sebagai respons terhadap pengaruh genetik dan lingkungan. Berdasarkan Centers
for Disease Control and Prevention 2013 diabetes melitus tipe 2 umumnya terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Obesitas, khususnya obesitas sentral atau
viseral merupakan keadaan yang umum dijumpai pada DM tipe 2 Powers, 2001.
D. Kadar HbA1c