4.4. Pemaknaan terhadap Ilustrasi Cover majalah Tempo Edisi 2-8
Agustus 2010
Berdasarkan tiga kategori tanda dari Charles Sanders Pierce yang dibedakan atas ikon, indeks, simbol, maka selanjutnya peneliti akan mengupas
dan menganalisi corpus penelitian ini berdasarkan tanda tersebut mulai dari makna eksplisit, yaitu makna berdasarkan apa yang tampak denotatif, serta
makna yang mendalam yang berkaitan dengan pemahan-pemahaman terhadap ilustrasi cover majalah Tempo edisi 2-8 Agustus 2010 :
4.4.1 Ikon
Ikon pada cover majalah Tempo adalah tokoh Jaksa Agung Hendarman Supandji, dan foto Hary Tanoesoedibjo. Adapun interpretasi dari tampilan gambar
tokoh Jaksa Agung Hendarman Supanji, bahwa merupakan sosok Jaksa Agung yang memimpin institusinya yaitu Kejaksaan RI. Jaksa Agung yang merupakan
penuntut umum tertinggi yang memimpin dan mengawasi para jaksa dalam menjalankan tugasnya. Jaksa Agung dapat mengesampingkan suatu perkara, jaksa
agung dapat bermusyawarah dengan pejabat tinggi terkait seperti kepala kepolisian RI, menteri, dan presiden. Jadi Jaksa Agung Hendarman Supanji adalah
seorang penuntut umum tertinggi yang memimpin dan mengawasi para jaksa dalam menjalankan tugasnya..
Ikon berikutnya pada ilustrasi cover tersebut adalah foto Hary Tanoesoedibjo yang berada di tumpukan sampah di bawah karpet ruang kerja
Jaksa Agung Hendarman Supanji. Hary Tanoesoedibjo merupakan adik tersangka
kasus korupsi SISMINBAKUM Hartono Tanoesoedibjo. Makna dari foto Hary Tanoesoedibjo yang berada di tumpukan sampah di bawah karpet ruang kerja
Jaksa Agung Hendarman Supanji menjelaskan bahwa Jaksa Agung Hendarman ingin menutupi kasus korusi dana SISMIBAKUM yang menyangkut kakaknya
Hartono Tanoesoedibjo. Selanjutnya ikon gumpalan sampah yang mirip hewan tikus. Sampah yang
memiliki arti sesuatu yang tidak bernilai dan tidak berguna lagi. Sedangkan tikus yang bermakna seekor hewan mamalia yang identik dengan kotoran, selain itu
tikus juga disebut sebagai simbol korupsi. Sehingga makna dari ikon itu adalah suatu kasus korupsi yang ingin ditutupi oleh Jaksa Agung.
4.4.2 Indeks
Indeks pada ilustrasi cover ini adalah pose dan ekspresi Jaksa Agung Hendarman. Ekspresi wajah atau mimik adalah hasil dari satu atau lebih gerakan
atau posisi otot pada wajah. Ekspresi wajah merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal, dan dapat menyampaikan keadaan emosi dari seseorang
kepada orang yang mengamatinya. Ekspresi wajah merupakan salah satu cara penting dalam menyampaikan pesan sosial dalam kehidupan manusia.
http:id.wikipedia.orgwikiEkspresi_wajah . Pada ilustrasi cover tersebut
terlihat pose Jaksa Agung Hendarman sedang duduk di kursi dengan tangan kanan memegang handuk kecil, dan tangan kiri memegang sapu. pose ini tidak
mencerminkan seorang Jaksa Agung yang bertugas sebagai seorang pemimpin Kejaksaan. Makna dari pose Jaksa Agung Hendarman memegang sapu tersebut
menunjukkan bahwa dalam menangani kasus SISMINBAKUM, Jaksa Agung Hendarman ingin membersihkan kasus tersebut sebagai mana tugas Jaksa Agung
sebagai penuntut umum tertinggi, tetapi dalam posenya dinilai salah karena menyalahi aturan dengan melakukan penjajakan kemungkinan penyelesaian kasus
di luar pengadilan. Kemudian makna dari tingkah Jaksa Agung Hendarman yang membasuh muka dengan handuk kecil adalah ingin menunjukkan sikap hati-hati
Jaksa Agung Hendarman dalam menyelesaikan kasus SISMINBAKUM. Selanjutnya ekspresi wajah dari Jaksa Hendarman terlihat bingung dan cemas.
Dari pesan komunikasi non verbal yang ditangkap dari ekspresi wajah tersebut adalah sikap bingung dan cemas Jaksa Agung Hendarman dalam menangani kasus
SISMINBAKUM, padahal sebagai Jaksa Agung, Hendarman diharapkan tegas dalam menangani sebuah kasus.
Selanjutnya pada indeks terdapat tulisan ”Kasus SISMINBAKUM: Ada Apa Dengan Hendarman” yang terletak di bawah objek. Menurut Pierce salah satu
bentuk tanda adalah kata, sedangkan jika diterapkan pada tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata, kalimat tidak memiliki arti pada dirinya sendiri, kitalah yang
menghubungkan tanda dengan apa yang ditandakan sesuai dengan konvensi dalam sistem bahasa yang bersangkutan.
Kemudian peneliti akan menginterpretasi kalimat tersebut berdasarkan pengertian secara konvensional tentang arti kata dalam bahasa Indonesia, sebagai
berikut: kasus SISMINBAKUM merupakan kasus yang telah merugikan negara sampai Rp 450 miliyar, kasus ini sebenarnya sudah lama terjadi sejak tahun 2008,
dan perkaranya sudah terselesaikan. Kejaksaan Agung pada saat itu menetapkan
Zulkarnain Yunus, yang sudah mantan Dirjen AHU dan penggantinya, Syamsuddin Manan Sinaga, sebagai tersangka. Tetapi ternyata kasus itu berbuntut
panjang, karena terdapat bukti-bukti baru dan menyeret beberapa nama baru seperti Yusril Ihza Mahendra dan Hartono Tanoesoedibjo sebagai tersangka.
Dari segi warna, kata ”Kasus SISMINBAKUM” dengan warna orange dapat dimaknai sebuah kasus yang masih hangat dan menarik untuk diperhatikan
tentang penangananya, apakah sudah dianggap adil atau belum, apakah ada tekanan sosial dari pihak lain, dan lain sebagainya, sesuai dengan arti warna
orange sendiri yang berarti ketertarikan, antusiasme, kehangatan, tekanan sosial, keadilan. Selanjutnya kata ”Ada Apa Dengan” yang ditampilkan dengan warna
putih yang dapat diartikan sebagai suatu kalimat tanya yang menanyakan tentang ketetapan seseorang apakah telah bersikap netral atau belum. Warna putih sendiri
bermakna seteril, ketetapan, netral, ketidak bersalahan, kedamaian. Sedangkan yang terakhir dengan kata ”Hendarman” yang ditampilkan dengan warna kuning
yang dapat diartikan ingin menonjolkan sosok Hendarman Supanji sebagai Jaksa Agung yang harus memiliki semangat untuk maju dan optimis dalam menjalankan
tugasnya. Warna kuning sendiri memiliki makna yang bersifat menonjol, semangat, untuk maju dan berkesan optimis.
Jadi makna keseluruhan dari kalimat ”Kasus SISMINBAKUM: Ada Apa Dengan Hendarman” pada ilustrasi cover tersebut dapat bermakna Kasus
SISMINBAKUM merupakan kasus yang masih hangat dan menarik untuk diperhatikan tentang penanganan kasusnya apakah sudah dianggap adil atau
belum, apakah ada tekanan sosial dari pihak lain atau tidak. Dalam Kasus ini ingin
menanyakan Jaksa Agung Hendarman yang menangani kasus tersebut apakah telah bersikap netral atau tidak karena Hendarman sebagai Jaksa Agung harus
memiliki semangat untuk maju dan optimis dalam menjalankan tugasnya.
4.4.3 Simbol