Jaksa Agung Pengertian Sikap

memiliki peran lain dalam Hukum Perdata dan Tata Usaha Negara, yaitu dapat mewakili Pemerintah dalam Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara sebagai Jaksa Pengacara Negara. Jaksa sebagai pelaksana kewenangan tersebut diberi wewenang sebagai Penuntut Umum serta melaksanakan putusan pengadilan, dan wewenang lain berdasarkan Undang-Undang. www.kejaksaan.go.id

2.1.10 Jaksa Agung

Dilingkungan masyarakat, dalam organisasi formal maupun nonformal selalu ada seseorang yang dianggap lebih dari yang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan lebih tersebut kemudian diangkat atau ditunjuk sebagai orang yang dapat dipercaya untuk mengatur orang lain. Biasanya orang seperti itu disebut pemimpin.Veitzal Rivai, 2004:1 Seperti halnya di dalam Kejaksaan, Kejaksaan dipimpin oleh seorang Jaksa Agung. Jaksa Agung merupakan penuntut umum tertinggi yang memimpin dan mengawasi para jaksa dalam menjalankan tugasnya. Jaksa agung dapat mengesampingkan suatu perkara, jaksa agung dapat bermusyawarah dengan pejabat tinggi terkait seperti kepala kepolisian RI, menteri, dan presiden. Adapun yang menjadi tugas dan wewenang jaksa agung adalah: 1. Menetapkan dan mengendalikan kebijakan penegakan hokum dan keadilan 2. Mengkoordinasikan penanganan perkara pidana tertentu dengan intitusi terkait berdasarkan UU yang pelaksanaanya ditetapkan oleh presiden 3. Mengajukan kasasi demi kepentingan hokum kepada Mahkamah Agung dalam perkara pidana, perdata, dan tat usaha negara. 4. Mengajukan pertimbangan hukum kepada Mahkamah Agung dalam pemeriksaan kasasi perkara pidana. 5. Menyampaikan pertimbangan kepada Presiden mengenai permohonan grasi dalam hukuman mati 6. Mencegah atau melarang seseorang untuk masuk atau meninggalkan wilayah negara Republik Indonesia karena terlibat dalam perkara pidana. www.kejaksaan.go.id

2.1.11 Pengertian Sikap

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberikan reaksi yang menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral terhadap suatu objek atau sebuah kumpulan objek. Sikap relatif menetap, berbagai studi menunjukkan bahwa sikap kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan Rakhmat, 2001:39. Dapat dipahami setiap manusia dilingkupi dengan masalah-masalah yang mengharuskan memiliki sikap. Sikap dikatakan sebagai respon yang akan timbul bila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individu. Respon yang timbul terjadi sangat evaluatif berarti bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap Rakhmat, 2001:40. Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan proses belajar. Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak terapan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai upaya pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya untuk mengubah sikap seseorang Rakhmat, 2001:42. Pada hakekatnya sikap merupakan suatu interealisasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen terebut ada tiga 3, yakni: 1. Komponen Kognitif Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang objyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tentang sikap tersebut. 2. Komponen Afektif Yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi, sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya. 3. Komponen Konatif Yaitu merupakan kesiapan seseorang bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya Mar’at dalam Dayakisni, 2003:96. Apabila dikaitkan dengan tujuan komunikasi yang terpenting adalah bagaimana caranya agar suatu pesan isi atau komentar yang disampaikan oleh komunikator tersebut mampu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Adapun dampak yang ditimbulkan tersebut diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu: 1. Dampak Kognitif Yaitu dampak yang timbulpada komunikan yang menyebabkan seseorang menjadi tahu. Disini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan perkataan lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran dari komunikan, ap yang diketahui, dipahami atau dipersepsi oleh komunikan tersebut. 2. Dampak Afektif Dampak Afektif kadarnya lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi juga tergerak hatinya. Misalnya perasaan takut, gembira, marah dan lain sebagainya. 3. Tampak Behavioral Merupakan dampak yang kadarnya paling tinggi, yaitu dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan dan kegiatan Rahmat, 2005:219.

2.1.12 Arti Kecoak

Dokumen yang terkait

Perbandingan Makna Korupsi pada Ilustrasi Sampul antara Majalah Gatra dan Tempo Tahun 2013

0 6 119

PEMAKNAAN ILUSTRASI BERPACU UNTUK RI – 1 (Studi Semiotika Pemaknaan Ilustrasi “Berpacu Untuk RI – 1” Pada Cover Majalah Tempo Edisi 30 April – 6 Mei 2012).

0 0 189

PEMAKNAAN COVER PADA MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Revolusi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 7 - 13 Februari 2011).

1 3 74

REPRESENTASI SKANDAL POLITIK DALAM COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Representasi Skandal Politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dalam Cover Majalah TEMPO Edisi 28 Februari- 6 Maret 2011).

1 3 87

Pemaknaan karikatur “Artalyta Suryani” Pada Cover Majalah Tempo (Studi semiotik Terhadap Cover Majalah Tempo Edisi Januari 2010). SKRIPSI.

2 9 79

Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Redenominasi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 9 – 15 Agustus 2010).

2 4 79

Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Redenominasi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 9 – 15 Agustus 2010).

0 1 19

REPRESENTASI SIKAP NEGATIF JAKSA AGUNG HENDARMAN PADA ILUSTRASI COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Terhadap Representasi Sikap Negatif Jaksa Agung Pada Ilustrasi Cover Majalah Tempo edisi 2-8 Agustus 2010)

0 0 21

KATA PENGANTAR - Pemaknaan karikatur “Artalyta Suryani” Pada Cover Majalah Tempo (Studi semiotik Terhadap Cover Majalah Tempo Edisi Januari 2010). SKRIPSI

0 0 17

REPRESENTASI SKANDAL POLITIK DALAM COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Representasi Skandal Politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dalam Cover Majalah TEMPO Edisi 28 Februari- 6 Maret 2011)

0 0 19