menanyakan Jaksa Agung Hendarman yang menangani kasus tersebut apakah telah bersikap netral atau tidak karena Hendarman sebagai Jaksa Agung harus
memiliki semangat untuk maju dan optimis dalam menjalankan tugasnya.
4.4.3 Simbol
Simbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya, bersifat arbiter atau semena, hubungan berdasarkan konvensi
perjanjian masyarakat.Sobur, 2004:42. Seperti simbol di representasi sikap negatif Jaksa Agung pada ilustrasi
cover majalah Tempo edisi 2-8 Agustus, ”Kasus SISMINBAKUM : Ada Apa Dengan Hendarman”. Terdapat simbol warna yang menjadi latar belakang atau
background pada ilustrasi, Warna Bacground dari ilustrasi ini yang lebih dominan dengan warna orange. Warna orange memiliki makna ketidak-tahuan, melempem,
keunggulan, kehangatan, kerahasiaan. Simbol lainnya adalah kecoa, kecoa yang menempel pada sapu
menjelaskan bahwa kecoa yang merupakan hewan serangga yang identik dengan kotoran, sehingga kecoa bisa mendatangkan serta menularkan penyakit pada
makhluk hidup termasuk manusia. Hal ini seperti masih adanya jajaran di Kejaksaan yang menjadi penyakit dengan penanganan kasus yang diselesaikan
tanpa menggunakan undang-undang yang berlaku, atau bisa disebut dengan
makelar hukum
Simbol berikutnya adalah posisi sampah yang dibuang di bawah karpet. Sampah yang memiliki makna berupa bahan yang tidak mempunyai nilai atau
tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat yang sudah tidak berguna, karena tidak memliki nilai
yang berarti dan tidak berguna sampah harus dibuang atau dihancurkan. Selain itu sampah juga merupakan sumber dari berbagai macam penyakit, karena Kamus
Istilah Lingkungan, 1994. Sedangkan makna dari sebuah karpet adalah sebagai salah satu alat untuk mempercantik ruangan. Dalam ilustrasi cover tersebut
sampah di perumpamakan sebagai suatu masalah atau kasus yang ditindak oleh Jaksa Agung. Pada ilustrasi tersebut sampah yang seharusnya dibuang ditempat
sampah tidak dibuang di tempat sampah, melainkan di buang di bawah karpet. Hal ini dapat diartikan bahwa suatu kasus yang sedang ditidak oleh Jaksa Agung tidak
diselesaikan sesuai dengan hukum dan undang-undang yang berlaku, tetapi diselesaikan diluar hukum dan undang-undang yang ada dengan kesan ditutup-
tutupi, agar penyelesaian kasus tersebut tidak diketahui oleh publik. Simbol berikutnya adalah kabinet, rak buku dan buku. Rak buku
merupakan sebuah tempat penyimpan buku, tempat ini dipakai untuk menaruh dan menyimpan buku supaya terlihat rapi dan teratur. Hal itu sama juga dengan
kabinet, bedanya tidak hanya buku kabinet juga dapat menyimpan benda-benda penting lainnya. Kemudian buku yang memiliki arti sebagai jendela dunia karena
dengan membaca buku semua ilmu dapat terserap. Dari arti tersebut akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa pemaknaan dari kabinet, rak buku dan buku
adalah sebagai seorang Jaksa Agung harus menjalankan tugas secara rapi sesuai dengan tugas dan undang-undang yang berlaku.
Berikutnya adalah simbol dari posisi sampah yang kosong dan terjatuh. Tempat sampah yang merupakan tempat yang menampung barang yang tidak
bernilai dan tidak berguna. Pada ilustrasi cover tersebut tempat sampah yang kosong dan terjatuh dapat dimaknai sebagai tempat yang kasus yang seharusnya
diselesaikan atau ditindak oleh Jaksa Agung Selanjutnya simbol dari tampilan sapu, sapu menurut kamus besar
Indonesia merupakan alat rumah tangga dibuat dari ijuk lidi, sabut, dan lai-lain yang diikat menjadi berkas, diberi bertangkai pendek atau panjang untuk
membersihkan debu, sampah, dan lain-lain. Di dalam ilustrasi cover ini sapu mempunyai makna sebagai alat untuk membersihkan kasus-kasus yang ditangani
oleh Jaksa Agung. Jaksa Agung Hendarman sebagai Jaksa Agung harus membersihkan kasus-kasus dengan bersih.
Simbol selanjutnya adalah kacamata. Kacamata merupakan sebuah alat yang terbuat dari rangkat yang menyangga lensa, biasanya digunakan untuk
membantu penglihatan atau melindungai mata dan juga untuk gaya. Dalam ilustrasi cover tersebut kacamata bermakna yaitu seorang Jaksa Agung harus
cermat dan teliti dalam menjalankan tugasnya.
Selanjutnya adalah simbol handuk kecil. Handuk adalah selembar kain atau kertas yang dapat menyerap cairan dan digunakan untuk mengelap atau
mengeringkan. Handuk memiliki beberapa jenis yaitu handuk mandi yang digunakan untuk mengeringkan badan setelah mandi. Handuk pantai berukuran
lebih besar dari pada handuk mandi dan digunakan untuk berbaring di pantai. Dan handuk tangan berukuran lebih kecil daripada handuk mandi dan digunakan untuk
mengeringkan tangan dan membasuh muka. http:id.wikipedia.orgwikiHanduk
. Maka makna dari handuk kecil pada ilustrasi cover tersebut bahwa handuk
tersebut digunakan untuk membasuh muka dengan menunjukkan bahwa tugas Jaksa Agung sangat berat dan menguras tenaga.
Kemudian ada pula simbol baju safari dan sepatu kerja dengan sol sepatu berwarna merah. Baju safari merupakan pakaian yang identik dengan baju seorang
pegawai yang memiliki pangkat tinggi dan disegani. Kemudian sepatu juga mencerminkan diri dari seseorang dengan diliat dari jenisnya. Dari ilustrasi cover
tersebut makna baju safari dan sepatu tersebut adalah Jaksa Agung Hendarman adalah sosok seorang yang memiliki pangkat tinggi di kejaksaan dan disegani.
Kemudian dari sepatu kerja dengan sol sepatu berwarna merah yang dikenakan adalah jenis sepatu pantofel yang dimana mencerminkan sosok yang formal dan
resmi, serta sol sepatu yang berwarna merah mencerminkah warna merah yang tegas kuat dan berani dalam melangkah menjalankan tugasnya.
Berikutnya simbol tulisan “bensin bermasalah siapa yang salah” dan “kongkalikong tanah komplek senayan”, adalah merupakan salah satu berita yang
diangkat majalah Tempo pada edisi 2-8 Agustus 2010. Sehingga judul berita tersebut dimasukkan di dalam sampul depan cover tersebut.
Lalu kemudian simbol tulisan “edisi 2-8 Agustus 2010”, tulisan “berita mingguan” dan tulisan “Rp27.000”. Tulisan edisi 2-8 Agustus 2010 memiliki
makna bahwa majalah Tempo tersebut merupakan majalah yang berlaku pada tanggal 2-8 Agustus 2010. Lalu tulisan berita mingguan berarti majalah Tempo
merupakan majalah yang hadir atau terbit setiap satu minggu sekali atau
mingguan. Kemudian tulisan Rp27.000 memiliki arti bahwa Majalah Tempo diberandol seharga Rp27.000 per majalah.
Simbol berikutnya yaitu jenis tulisan pada judul ilustrasi cover :”Kasus SISMINBAKUM: Ada Apa Dengan Hendarman, jenis huruf ini adalah Arial,
dilihat dari ciri-cirinya Sans Serif: huruf yang tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Sumber
http:en.wikipedia.orgwikiArial Pada ilustrasi tertulis ”Kasus SISMINBAKUM: Ada Apa Dengan
Hendarman” dengan mengguakan jenis Arial, kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien. Tulisan Arial pada judul
ilustrasi cover mengkomunikasikan secara tegas, serius bahwa sikap negatif Jaksa Agung Hendarman dalam menangani kasus SISMIBAKUM perlu diusut, karena
akan meresahkan masyarakat. Arial biasanya digunakan untuk menulis dokumen-dokumen resmi dan
surat kabar. Font ini bersifat resmi dan ukurannya besar dan jelas. Hal ini membuktikan judul pada ilustrasi cover ditujukan pada umum agar mengetahui
adanya sikap negatif yang dilakukan Jaksa Agung Hendarman dalam menangani kasus SISMINBAKUM.
Selanjutnya ikon barcode yang ada di dalam ilustrasi cover tersebut. Barcode yang merupakan sebuah kode mesin yang dapat dibaca. Barcode terdiri
dari sebuah bentuk bar dan spasi hitam dan putih dalam rasio yang didefinisikan yang mempresentasikan karakter alphanumerik. Kode baris digambarkan dalam
bentuk baris hitam tebal dan tipis yang disusun berderet sejajar horisontal. Untuk
membantu pembacaan secara manual dicantumkan juga angka-angka dibawah kode baris tersebut. Angka-angka tersebut tidak mendasari pola kode baris yang
tercantum. Ukuran dari kode baris tersebut dapat diperbesar maupun diperkecil dari ukuran nominalnya tanpa tergantung dari mesin yang membaca. Jadi barcode
yang berada di ilustrasi cover ”Kasus SISMINBAKUM: Ada Apa Dengan Hendarman” memiliki makna untuk menunjukkan code dari majalah tersebut,
yaitu majalah Tempo edisi 2-8 Agustus 2010. Lalu yang terakhir simbol tulisan TEMPO atau lambang dari Tempo
selaku perusahaan penerbit, sehingga apabila kita melihat tulisan tersebut, maka akan langsung mengenalinya sebagai simbol dari tempo. Keberadaan simbol ini
menandakan bahwa majalah ini diterbitkan oleh TEMPO, sekaligus sebagai media promosi dan identitas corporate dari TEMPO.
4.5. Makna Keseluruhan Representasi Sikap Negatif Jaksa Agung