51
dipertimbangkan juga faktor harga karena proses klaim BPJS berdasarkan paket INA-CBGs. Jika ada beberapa pilihan, dibuat rangking harga, mulai dari sediaan
ASKES, sediaan generik, sediaan paten dalam formularium rumah sakit, dan sediaan paten di luar formularium. Kemudian dipilih obat dengan harga yang
paling rendah dengan tetap memperhatikan kualitas obat. Jika pilihan jatuh pada sediaan di luar formularium, maka dilakukan pengajuan pengadaan kepada
direksi. Hal ini juga dilakukan sebagai upaya kendali biaya dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan kebutuhan dan harga yang sesuai PP
RI, 2009, serta dalam upaya m
enjamin ketersediaan obat yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau
Depkes RI, 2014a.
B. Peramalan kebutuhan obat JKN kelompok A indeks kritis untuk Juli
2015 –Desember 2015
Penentuan kelompok
obat A
indeks kritis
didahului dengan
mengelompokkan obat berdasarkan ABC nilai pakai dan ABC nilai investasi. Pengelompokan
berdasarkan indeks
kritis kemudian
dihitung dengan
menggabungkan nilai dari pengelompokkan ABC nilai pakai, nilai investasi, dan nilai kritis obat.
1. Pengelompokan obat berdasarkan ABC nilai pakai.
Melalui analisis pada data penggunaan obat JKN selama Januari –Juni
2015, didapatkan pengelompokan ABC nilai pakai adalah sebagai berikut:
52
Tabel 4.1. : Pengelompokan obat JKN berdasarkan analisis ABC nilai pakai
Kelompok Jumlah
Pemakaian Persentase
Pemakaian Jumlah Item
Obat Persentase Item
Obat
A 861.415
76 49
14 B
174.314 15
36 10
C 104.190
9 262
76 Jumlah
1.139.919 100
347 100
Hasil perhitungan analisis ABC nilai pakai menunjukkan komposisi persentase item obat kelompok A, B, dan C berbanding terbalik dengan
persentase jumlah pemakaiannya. Hal ini sesuai dengan komposisi persediaan pada umumnya di mana kelompok A terdiri dari 10
–20 item obat tetapi mencakup 75
–80 dari total penggunaan obat. Kelompok B dengan 10–20 dari jumlah item obat mencakup 15
–20 total penggunaan obat dan kelompok C dengan 60
–80 dari total jumlah item obat namun hanya mencakup 5
–10 penggunaan obat Quick et al, 2012. Dari hasil penghitungan juga nampak kelompok C dengan penggunaan obat sebanyak
9 persediaan, namun mencakup 76 dari seluruh item obat. Hal ini menandakan ada banyak item obat kelompok C yang moving-nya sangat
rendah. Adanya penghitungan ini dapat digunakan untuk menyeleksi item obat mana saja yang benar-benar perlu diadakan dan mana yang tidak perlu
diadakan kembali karena terlalu banyak item obat dengan moving rendah akan menyulitkan pemantauan dan berisiko kadaluarsa.
Berdasarkan efek farmakologinya, obat-obat kardiovaskuler merupakan persentase terbesar dalam kelompok A nilai pakai, yaitu 41. Hal ini
menunjukkan bahwa obat-obat kardiovaskuler merupakan golongan obat dengan moving yang tinggi. Dengan demikian tingkat persediaan obat-obat
53
kardiovaskuler perlu mendapat perhatian agar tidak sampai terjadi kekosongan. Demikian juga dengan obat-obat golongan hormon, endokrin,
dan konstrasepsi, serta obat golongan saluran cerna yang memiliki persentase kedua dan ketiga dalam kelompok A nilai pakai, yaitu sebesar 16 dan 8.
Sementara dari pengelompokan berdasar efek farmakologi kelompok C nilai pakai terdapat beberapa golongan obat yang memiliki persentase terkecil
dalam persentase pemakaian, bahkan beberapa menunjukkan nilai 0, yang berarti tidak ada penggunaan sama sekali. Beberapa golongan obat tersebut
antara lain golongan psikofarmaka 3, golongan anestetik dan obat topikal kulit masing-masing 2, golongan antiepilepsi antikonvulsi, antimigren,
diuretik dan hipertrofi prostat, vitamin dan mineral masing-masing sebesar 1, dan obat-obatan dengan pemakaian 0 antara lain pada golongan
antialergi dan anafilaksis, antidot, diagnostik, antiseptik desinfektan, obat yang mempengaruhi sistem imun, serta produk darah dan pengganti plasma.
Dengan demikian persediaan untuk obat-obat dengan moving sangat rendah ini juga perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi penumpukan yang
berisiko meningkatnya kerugian akibat kadaluarsa, kerusakan, atau pencurian Quick et al, 2012. Namun perlu diperhatikan juga apakah obat-obat tersebut
termasuk dalam kategori vital atau bersifat life saving yang penggunaannya tidak selalu banyak tetapi tetap harus tersedia walaupun dalam jumlah kecil.
54
2. Pengelompokan obat berdasarkan ABC nilai investasi.